7 New Friend

266 9 17
                                    

"Menjadi orang baik dimata semua orang adalah suatu hal yang mustahil, karena orang pada umumnya terlalu cepat menjatuhkan hukuman terhadap orang lain, walaupun hanya mendengar melalui cerita yang belum terbukti benar."

"Intunnnnn!" teriakku kesal sembari melempar boneka kelinciku ke pantatnya, bukannya bangun Intun malah kembali memeluk guling disampingnya dan kembali tertidur nyenyak setelah berhasil membangunkanku dengan suara bom kentutnya.

"Bangun, gak lo! Kentut lo bau banget, najis!" aku menggoyangkan badan Intun yang lumayan berisi itu, salah satu matanya terbuka kemudian tersenyum meledek kearahku.

"Gue udah bangun dari subuh, Kal! Lo tuh yang masih molor mele,"

Giliran Intun yang kini membalasku dengan mengayunkan gulingnya tepat ke kepalaku.

Perempuan ini adalah Intan Mouriska dan aku memanggilnya Intun, dia teman sekamarku selama kami KKN. Dia lebih pendek dariku, memiliki wajah yang manis, kulitnya sawo matang, dan punya sifat yang apa adanya, dia sangat blak-blakan padaku. Salah satu hal mengapa kami bisa sangat dekat adalah, Intan ini temannya Ian, dan fakta baru yang paling mengejutkan adalah dia ternyata tetangga Ry di Pemalang.

"Bilangin ke Ry, kalo lagi ngapelin lo jangan bawain sempolan mulu. Apa kek, pizza kek," pinta Intun sambil melipat selimutku, aku hanya duduk bersila disebelahknya sambil mengumpulkan nyawa karena baru bangun, "pizza matamu,"

"Gue gak pacaran sama dia," balasku kesal.

"Loh kenapa?"

"Gak suka."

"Kenapa emang? Ry kurang apa, Kal? Tinggi, ganteng, baik pula," jelas Intun,

"Iye, baiknya gak ke gue doang!" jawabku jujur, mendengar itu Intun yang duduk tak jauh dariku segera mendekat, seperti biasa dia selalu tertarik untuk membicarakan Ry.

"Ry itu sebenernya baik, Kal. Cuman dia jadi kayak gitu karena masa lalunya aja," jelas Intun yang membuat bahuku bergedik, "maksud lo?" tanyaku untuk meminta Intun melanjutkan ceritanya.

"Lah lo gatau?" Intun malah menanyakan balik hal itu padaku, aku hanya menggeleng sembari duduk bertopang dagu.

"Jadi gini, dulu dia punya pacar dan udah jalan berapa tahunan gitu, tapi tiba-tiba dia di putusin dengan alesan ga jelas gitu deh, kayak lo," Intun melirikku dengan wajah meledek.

Aku memutar mataku dan kembali meminta ia melanjutkan ceritanya. "Terus?"

"Terus Ry ditikung, pacarnya itu jadian sama temennya sendiri. Semenjak itu, Ry jadi orang yang beda banget. Nyepik ke cewe-cewe lah, suka ngasih makanan ke cewe tanpa ada perasaan. Ya semacam php-in gitu," Jelas Intun, dan aku hanya bisa menggeleng perlahan mendengar cerita dari Intun.

"Kenapa dia gak pernah cerita sama gue ya?" gumamku, kemudian Intun menepuk jidatku. "Lo, sih!"

"Lo emangnya pernah nanya ke dia? Dia selalu dengerin semua cerita lo, bikin lo ketawa buat lupain Arga. Tapi lo sendiri malah mandang Ry sebelah mata, apalagi dari 'katanya-katanya' sahabat lo itu." Ujar Intun dengan penekanan pada 'katanya'.

Benar kata Intun, selama ini aku memang tau tentang Ry hanya dari mulut ke mulut. Entah meskipun dia player atau bagaimana, ketika bersamaku dia adalah sosok Ry yang berbeda dari omongan sahabat-sahabatku. Jauh dari kata brengsek, nakal ataupun player.

Ry bahkan pernah memberikan ponselnya padaku untuk mengecek pesannya, apakah ada dari perempuan atau tidak. Kemudian dia juga sering diam-diam mengambil gambarku, dan mempostingnya ke social media untuk mendapatkan pengakuan, bahwa dia hanya dekat denganku, bukan yang lain.

Love, KaleelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang