"The wrong person makes you beg for attention. The right person will make time for you."
August, 2018
Sudah sebulan berlalu, hubunganku dengan Avandy entah kenapa seperti berjalan biasa saja, mengalir dan tidak ada yang spesial, bahkan menurutku sepertiny tidak ada kemajuan. Aku pun juga seperti sudah lelah dengan sikapnya tersebut, sikap dinginnya padaku, namun aku tetap menjalani saja.
Aku juga ingin tahu seberapa lama aku bisa bersabar menghadapinya. Kata Avandy, aku ini seperti anak kecil yang haus akan perhatian. Tapi, menurutku wajar saja seorang wanita ingin di perhatikan oleh pasangannya. Ah.. apa memang dia menganggap aku ini bagian dari hidupnya?
Tapi disisi lain dari sikap dinginnya, Avandy selalu punya cara untuk membahagiakan aku. Jadi kalau dia suatu saat pergi dari hidupku, kebahagiaanku pun ikut pergi. Avandy selalu meminta aku untuk selalu berbahagia, tanpa tau bahwa dialah sebenarnya kebahagiaanku sesungguhnya.
🖤🖤🖤
Tak terasa besok aku akan menjalani sidang skripsi, Intun dan Ry sedang berada di kosku malam ini. Mereka memberikan martabak untuk teman cemilanku malam ini sambil belajar untuk sidang besok.
"Lo kenapa Kal, kok wajahnya kusut gitu? Grogi banget yah karena besok sidang?" tanya Intun sembari mengunyah martabak.
"Ya... gitu deh."
"Mana cowok lo? Harusnya malem sebelum lo sidang gini, dia nemenin lo dong... kok malah kita-kita?"
Aku hanya menggelengkan kepalaku, "ada masalah lagi sama Mas Pegadaian?" tanya Intun.
"Dia nyuekin gue," jawabku malas sambil membolak-balikkan lembar skripsiku.
Intun memutar matarnya, "dari dulu masalah lo sama cowok lo itu-itu aja, dia cuek lah, dingin lah... emang gak ada yang lain apa?"
"Ada. Dia gak peduli, gak bisa diajak bercanda, cemburuan, salah dikit gue di blokir kontaknya... dan parahnya meskipun gue lagi di deketnya, dia selalu sibuk sama dunianya sendiri,"
Intun mengelus pundakku dengan lembut, "mungkin lo belum beradaptasi aja sama sikapnya dia, kalo lo cari yang sempurna itu gak akan ada, yang ada itu cintai pasangan lo dengan cara yang sempurna," ucap Intun memberikan saran padaku, aku hanya bisa menganggukan kepalaku.
"Gue gak setuju!" sanggah Ry, kali ini dia membuka suara setelah lama berkutat dengan ponselnya.
"Kalo lo gak suka sama sikapnya dia, buat apa lo pertahanin? Yang ada malah tambah nyakitin diri lo sendiri!"
Aku menunduk, ucapan Ry seperti menyambar indera pendengaranku.
"Dah putusin aja cowok lo, apa enaknya sih jadian sama om-om sok cool kayak gitu?" canda Ry sembari menyikut lenganku.
"Dia gak sok cool, tapi emang sikapnya kayak gitu kok!" bela ku.
"Ya lo nyaman gak punya cowok kayak gitu? Gak diperhatiin, kemana-mana sendiri udah kayak jomblo, mending lo jomblo lagi aja sekalian."
Aku hendak membalas ucapannya, namun Intun menepuk tangannya dengan keras sehingga mengalihkan perhatianku dan Ry.
"Udah, stop! Kenapa jadi bahas cowok lo sih, mending ya Kaleela, lo latihan buat sidang besok, oke? Udah di siapin semuanya kan?" Tanya Intun sembari membuka lembar presentasiku besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Kaleela
Romantizm[COMPLETED] Inspired by the true story [Saya kembali minta izin kepada orang-orang yang merasa menjadi bagian cerita saya, maaf apabila ada kekurangan dalam penulisan saya. Saya jadikan cerita ini dari kisah nyata saya sebagai buku diary umum, agar...