First Story

7.6K 1.1K 100
                                    

ABER

"Dia berdiri dihadapanmu, BIBI EM" ucapku lemah tapi berusaha berbicara dengan penuh penekanan.

"Dihadapanku?" tanya Bibi Em, aku rasa kini bibi Em menatap Kara yang berdiri kaku.

Aku mengerutkan dahiku, mataku masih tidak terlalu berfungsi. Apakah Linsey berhasil mengambil serpihan kaca di kepalaku? Tapi kenapa aku hanya melihat bayangan-bayangan samar?

Tiba-tiba perutku terasa bergejolak dan tubuhku terasa berat. Nyeri!

Damn! Rasa nyeri ini lagi!

"Kau baik-baik saja sayang?" suara bibi Em berdengung di telingaku.

"Akan aku panggil dokter!" suara Kara terdengar menjauh tapi aku rasa aku bisa menarik tangannya.

"Ab—" suaranya terdengar menjauh meskipun ada bayangannya mendekat.

"Aku saja yang panggil dokter..." bibi Em memutuskan, suaranya juga terdengar seperti suara robot atau Alien. Apakah sekarang ada penyerangan Alien?

Aku merasakan seseorang menepuk wajahku, menggenggam tanganku dan menyentak-nyentakku.

Tapi apa yang kini kurasakan? Dingin. Apa Kara menaikkan suhu ruangan ini?

"Aber... Aber... apa kau dengar suaraku?" suara siapa lagi yang terdengar jauh dan seperti robot itu?

"Aber... Aber..." aku mencoba mendengarkan suara yang tidak asing itu.

"Aber... bangun sayang..." sebuah kecupan di pipiku.

"Bangun... apa kau tahu hari ini nenek Dawson berkunjung untuk memanen bunga mawar?" aku mengerjapkan mataku.

"Mom?"

"Apa kau sudah lupa dengan Mom? Ayo cepat bangun jagoan. Adikmu sangat bersemangat memetik bunga mawar. Nenek Dawson juga sudah hampir sampai..."

"Benarkah?"

"Nenek Dawson baru saja mengabari. Mungkin sekarang sudah sampai. Beliau juga mengajak cucunya..."

"Siapa?"

"Mom pernah bertemu sekali saat mengunjungi nenek Dawson yang sakit. Gadis kecil bermata besar yang cantik..."

"Tidak secantik adikku!"

"Mom rasa sama cantiknya dengan adikmu sayang..."

"Granny!!!" jerit melengking suara yang familiar itu membuatku terbangun.

"Mereka sudah datang..." Mom berdiri dan tersenyum.

"Cepatlah bangun nak. Atau kau akan melewatkan acara panen mawar tahun ini..."

"Tidak mungkin ku lewatkan Mom. Itu bunga kesukaanku dan Mom!" aku bangkit dan segera berlari.

"Hei, boy. Cuci muka dulu!" aku mengabaikan peringatan Mom dan terus berlari. Berlari menyusuri tangga melingkar. Aku terdiam sejenak, memandang dekorasi rumah ini. Terasa hangat, seolah aku sudah lama tidak tinggal disini.

Aku mendengar suara tawa nenek Dawson yang renyah. Beliau sangat suka tersenyum dan tertawa, mungkin itu yang menyebabkannya terlihat tidak pernah tua.

Kakiku berhenti dianak tangga terakhir. Nenek Dawson berbicara dengan Dad dan juga adikku.

"Hai kids..." sapa nenek Dawson sambil menoleh padaku dan merentangkan ke dua lengannya.

Saat Dad bergeser satu langkah ke kiri dan ikut menoleh, pandanganku tertuju pada satu titik.

Titik pada seorang gadis kecil berambut cokelat cerah membawa botol Jar dalam pelukannya yang kini juga menatapku.

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang