KARA
Untuk pertama kalinya aku bersyukur Aber tidak bisa melihat, mungkin ini pemikiran yang jahat tapi ini sedikit melegakan.
Aku menoleh dan menatapnya, dia diam sambil menengadahkan kepalanya ke tepian bathup. Aku menarik napas super pelan, berharap dia tidak bangun. Wajahku memanas bila ingat tentang ide berendam air hangat bersama ini. Kepalaku sudah membayangkan yang tidak-tidak tentang malam ini.
"Aku pasti sudah gila" rutukku dalam hati.
Aku memiringkan kepalaku menatap wajah Aber yang tenang itu kini mengernyit.
Apa dia mimpi buruk?
Ya, Tuhan. Buat apa aku peduli dia mimpi buruk atau tidak.
Aku pun menyandarkan kepalaku di bathup, ya, bathup yang sama dengannya. Sejak dua puluh menit yang lalu kami hanya diam karena sejak masuk ke dalam bathup ini yang kami lakukan hanyalah diam dalam keheningan.
Setelah meneriakiku berkali-kali tentang menjadi istri yang baik dia diam. Dia malahan menceritakan bagaimana ibunya yang sabar dan penyayang itu selalu cerewet setiap kali dia, adik ataupun ayahnya melakukan hal-hal konyol.
Aku tahu, dia pasti merindukan keluarganya, sama sepertiku.
Kalau saja dia tidak menciumku dan membuatku kesal lagi, aku pasti akan terhanyut mendengar ceritanya. Dan mungkin juga aku merasa menjadi orang terdekatnya.
Ok, aku tarik kembali tentang pikiran aku adalah orang terdekatnya. Itu tidak akan mungkin terjadi. Dia adalah beruang pemarah. Dan bagaimana dia sering menyebutku? Wanita penggoda? Astaga, itu tidak masuk akal.
Bagaimana caranya aku menggoda dia—kalau dia saja tidak bisa melihatku? Yang ada dialah yang menggodaku dengan tubuh sexy-nya.
"Sexy? Astaga... aku pasti sudah gila!" desisku sambil menegakkan tubuhku.
"Tuan Aber..." aku mengernyit saat aku mendengar suara ketukan di pintu kamar.
Kembali suara Jaquen terdengar memanggil Aber.
Aku menoleh, menatap Aber yang masih diam. Aku mendesah panjang, sebaiknya aku segera membukakan pintu sebelum dia bangun.
"Oh, my god!" pekikku kaget saat tiba-tiba seseorang menarikku ketika aku akan berdiri.
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya sambil membuka matanya lebar.
"Jaquen—" aku menunjuk ke arah luar.
Dia menggeram kesal lalu berdiri dengan cepat.
"Hati-hati!" pekikku saat dia akan melangkahkan kakinya. Dia ini apa tidak sadar kalau dia tidak bisa melihat.
"Kau bisa membakar rumah ini!" dengusku cepat dan segera menyambar beberapa lilin aromatherapy yang sengaja aku letakkan tak jauh dari bathup. Dia benar-benar merusak segalanya.
"Aku?" tanyanya padaku dengan nada bertanya yang terdengar tidak percaya.
"kaulah satu-satunya orang yang akan menjadi penyebab kebakaran di rumah ini!" tegasnya, melanjutkan kata-katanya dengan nada berapi-api.
"Aku?" tanyaku pelan sambil menunjuk diriku.
"Ingatkan saja dirimu untuk menjadi istri yang baik" desisnya pelan lalu melangkah keluar dari bathup.
"Astaga!" aku memejamkan mataku dengan kesal. Selalu saja dia mengingatkan untuk menjadi istri yang baik dan itu sangat menyebalkan. Dalam beberapa jam dia sudah ribuan kali mengingatkanku untuk menjadi istri yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall
RomansaKayana Kara, calon dokter bedah yang cantik dan pintar. Hidupnya yang damai berubah kacau dalam sekejab akibat kecelakaan yang menimpa keluarganya. Untuk membiayai pengobatan ibunya dia menerima tawaran Iori untuk berpura-pura menjadi dirinya dan be...