#Oh God

1.1K 49 0
                                    

#Oh God

#A/N : Iya aku tahu ini pendek-_-tapi ini berpengaruh juga buat part yang lain. Jadi maaf ya kalau pendek gtu. Makasih yang udah votes+comment fufu :d Cheers! #

Author POV

“Oh tidak, Charlonna..”

Edward mengusap pelipis nya dengan kasar. Ia berusaha berlari meskipun kaki nya masih terseok-seok di tanah. Ia mengigit bibir nya keras. “Kalau begini, kapan akan aku sampai ke dia?”

“Edward? What are you doing here? Aku kira kau bersama Develine,”

Mendengar suara itu, Edward segera berlari kencang, tak peduli dengan kaki nya yang masih sakit. Ia mendekap Melodies di tangannya. Lalu berulang kali mengatakan kata ‘maaf’.

Melodies mengernyit, tetap berada di dekapan Edward.“Edward?”

“Maaf, maaf, maaf,”desis Edward.  “Ya tuhan, aku memang lelaki brengsek. Maafkan aku, apa yang terjadi dengan mu, Melodies?”

Melodies mematung. Dia menghela nafas lembut. Lalu tersenyum tipis. “Aku tidak apa-apa. Develine tadi hanya minta maaf dengan ku. Itu saja,”

Edward mengerutkan dahi nya. “Benarkah?”

“Yap,”kata Melodies sambil mengangguk. Ia menerawarang jauh, lalu sadar saat Edward memanggil nya.

“Ada yang terjadi ya? Apa? Jangan bermain rahasia-rahasian dengan ku, Dies.”ucap Edward curiga.

Melodies menggeleng kuat. Lalu mendongak, tersenyum ke arah Edward. “I’m fine.

-

“Charlonna!”

Dengan nafas yang masih belum bisa di kontrolkan, Develine menghentikan langkah nya di depan rumah Michael. “Apakah dia ada disini?”

Develine memandang sekeliling. Lalu terperanjat ketika melihat bunga yang bergoyang-goyang karena angin. “Waktu nya sudah mau habis?”gumam nya bingung. Ia mendekati bunga itu, lalu meraba nya. Ia semakin terkejut ketika melihat air mulai berjatuhan sedikit demi sedikit dari langit. “Oh god,

“Develine?!”

Develine menoleh, mendapati Edward dan Melodies berjalan beriringan. Mata nya menjadi teduh ketika melihat Melodies, lalu ia menghancurkan nya dengan cara membuang muka.

Edward mengernyit. “Ada apa?”

Melodies yang mengetahui nya, menutup mulut nya rapat-rapat. Seakan tak mau memberitahu Edward padahal ia tak menanyakannya ke Melodies.

Develine menggeleng. Ia tersenyum simpul. Lalu terkejut ketika merasakan setitik air berwarna hitam mengalir dari rambut ke pelipis nya. “Warna hitam?”

Dua kata yang membuat mata Melodies melebar bulat. Ia melirik sekitar dengan cemas. Lalu mengerutkan dahi nya. “Charlonna dimana?”

“Aku juga mengkhawatirkannya, waktu nya..—”

Melodies menatap Develine dengan lemas. “Benar,”ucap Melodies menerawang jauh. “Waktu nya sudah mulai jalan.”

“Tapi, bagaimana bisa? Sungguh, aku tak mengerti tentang semua ini,”tukas Edward bingung.

“Iya karena kalian hanya manusia, manusia memang tidak di takdirkan untuk tahu,”sahut Melodies. Ia mengigit bibir nya kencang. “Seharusnya tidak seperti ini. Apa waktu nya sudah habis?”

Edward terdiam, tak menanggapi perkataan Melodies.

“Kita harus memperingati Charlonna secepatnya,”lanjut Develine dengan helaan pendek di akhir kalimat. “Jangan sampai dia menghilang—”

My Stupid WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang