#Smile
“Kenapa kau bisa berbicara seperti itu dengan air mata di pipi mu, hah?!"
Melodies berlalu meninggalkan Michael, ia berlari keluar dari rumah Michael, meninggalkan Michael yang masih terperanjat dengan perkataan Melodies. Michael meraba pipi nya, terkejut ketika mengetahui air mata nya memenuhi mata nya bagian bawah. Ia lebih terkejut lagi ketika mengetahui air mata nya sudah berceceran di baju nya.
Edward berhenti mengusap punggung Develine, lalu menatap Michael dingin. “Hati mu telah berbicara,”ujar nya pelan, tapi setajam pisau. “Mau berbohong lagi?”
--
Charlonna POV
Aku menghirup nafas hingga kian kali nya. Ku biarkan kaki ku bergerak bebas melayang di atas rel kereta api. Sesekali, aku mengatur tempat duduk ku, lalu kembali menggoyang-goyangnya seiring suasana hati ku. Tiba-tiba kaki ku terasa dingin sekali. Aku menghembuskan nafas perlahan. Lalu mengusap ujung kaki ku yang mulai menghilang. Serpihan-serpihan itu melayang mengelilingi ku. Akhirnya, rasa dingin menjalar ke tangan ku. Aku mengusap tangan ku perlahan, seakan tidak mau tangan ku di bawa pergi oleh serpihan itu.
Tetapi kemudian aku sadar akan suatu hal.
Untuk apa aku mencegatnya—tangan ku—untuk pergi? Aku akan menghilang juga akhirnya.
Kesedihan ku sudah memuncak, tetapi air mata masih ku tahan untuk mengalir. Buat apa? Nanti air mata ku juga akan menghilang bukan seiring kematian ku?
Mata ku memuram. Aku membaringkan tubuh ku di lantai kayu kusam. Ku goyangkan kaki ku lagi, dan tidak sadar kaki ku mengenai tiang yang menghubungkan lantai kayu tebal itu dengan pasir rel kereta api. Reflek, aku terbangun, mengaduh kesakitan padahal setengah dari kaki ku sudah menghilang dan menimbulkan banyak serpihan.
Mata ku kembali meredup ketika melihat seorang perempuan mengintip diri ku dari pohon. Sayang sekali, perempuan itu mempunyai wajah sama dengan ku—yang membuat ku muak dan mengalihkan pandangan ke bangunan-bangunan di depan ku.
“Charlonna—”
“Apa?”tanya ku jutek tanpa menoleh ke arah nya.
Charlmy mendengus. Ia berjalan mendekati ku. Lalu meraih serpihan-serpihan berwarna merah yang mengelilingi badan ku. “Sudah di mulai ya?”
“Semua nya sudah di mulai ketika aku berharap harapan bodoh itu,”desis ku lirih.
Charlmy menunduk. “Maaf,”
“Hah?”
Tungg, tunggu. Beberapa menit yang lalu dia marah-marah dengan ku, dan sekarang dia ingin minta maaf? Apa dia sudah gila?
“Dari detik kau berkata kalau aku mencuri takdir orang lain itu, membuat ku tersadar akan diri ku yang sebenarnya,”jawab Charlmy pelan. Ia menarik nafas, kemudian menghembuskannya panjang, “Well, ketika kau berkata seperti itu, aku sadar kalau aku adalah orang yang benar-benar jahat. Riley pasti tidak menginginkan cinta ku lagi, bukan?”. Charlmy terdiam, mengusap mata nya, lalu mengalihkan pandangannya menuju rel kereta api yang hitam legam.
“Dan sekarang, aku malah menginginkan kehidupan ku dulu,”ujar nya seraya tersenyum simpul.
Charlyn tertegun. Ia ikut mengalihkan pandangannya lurus, lalu ia menarik kaki nya agar terlipat rapih di depan dada nya. Ia merapatkan pelukan tangannya yang mengelilingi kedua kaki nya itu. “Jadi, kau sudah tahu, semua nya?”
Charlmy menoleh, lalu tersenyum lagi. “Tentu saja,”
Charlyn bangkit, ia mengusap kaki nya, lalu menghela nafas panjang. Tersenyum, Charlyn menepuk pundak Charlmy. “Akhirnya kau tahu kalau takdir itu sudah di atur oleh tuhan.”

KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid Wish
Fiksi RemajaIngat. Hanya itu yang bisa ku katakan setelah tidak lama melihat mu. Ingat lah aku. Lalu kau akan tahu seberapa besar aku mencintai mu, Dan seberapa besar kau mencintai ku. -Charlonna Kristina Quenna