#Preparation?
Foto Felicia Sarvillion---
“Masalah datang!”ucap Felicia sambil melihat ambang pintu cafeteria yang terbuka dengan keras. Seorang perempuan dengan pakaian kurang bahannya memasuki pintu. Lalu melihat ku dengan sinis. Biar ku tebak, Ashley sang queen bee datang.
Aku memutar bola mata ku bosan. Lalu beranjak.
“Mau kemana kau, pengecut?”
Ashley memutar tubuh ku yang langsung menghadap diri nya. Dandanan menor itu membuat ku ingin memukul nya keras-keras agar dia bisa menangis. Mengingat segala hal yang dia lakukan di dunia ini, membuat ku ingin cepat-cepat pergi dari hadapannya.
Aku tersenyum miring. “Maaf, apakah kau menanyakan hal itu pada diri mu sendiri?”
Ashley tampak terkejut. Dia memajukan bibir nya sehingga panjang nya menjadi 5 meter. “Tidak sih. Kau saja yang sok tahu!”
Aku memutar bola mata ku. Sudah kelihatan dari tatapan Ashley kalau dia ingin menghancurkan kegiatan ku agar aku bisa beradu mulut dengannya.
“Dasar cari perhatian!”cibir ku sambil memutar jari telunjuk ku. “Kalau tidak ada yang menemani, tidak usah mengadu dengan ku. Please.”
Ashley terkejut. Sekarang mata nya mengatakan kalau perkataan ku itu tepat sasaran. Dengan arti kalau semua pernyataan ku memang benar di hidup nya.
“Sok tahu! Sok tahu!”sahut Ashley sambil menghentakan kaki nya.
Dengan ke sekian kali nya, aku memutar bola mata ku karena malas menghadapi queen bee ini. “Kau saja yang ‘sok’ cari perhatian tapi tidak bisa karena tidak ada yang mau berteman dengan queen bee seperti mu,”ucap ku pedas. “Oh, I’m sorry, tidak ada yang mau berteman dengan queen bee yang sok seperti mu.”
Ashley menatap ku dengan tatapan tak percaya.
Lihat? Aku bisa menjadi pedas dan dingin jika ada yang membuat ribut waktu-waktu santai ku.
Dia menghentakan kaki nya sekali lagi sebelum pergi. Aku menatap nya tajam saat dia mulai membuka pintu dan keluar dari cafeteria. Akhirnya suasana cafeteria normal kembali. Aku melipat tangan ku sambil tersenyum miring.
“Wah! Aku tidak pernah melihat mu seperti itu tadi!”
Suara lembut ini meyakinkan diri ku kalau Felicia tidak sendiri. “Oh ya?”
Aku berbalik, memandang Himika yang sedang tersenyum pada ku dengan permen jeli di tangannya. Himika mengangguk. “Iya! Kau keren sekali tadi. Ternyata perkataan mu kemarin memang benar.”
Aku menaikan satu alis ku bingung. “Memang nya aku berkata apa?”
Bodoh.
Himika dan Felicia langsung menatap ku bingung. “Kau lupa?”tanya Felicia sambil memajukan tubuh nya agar mendekati ku.
Himika mengernyit. “Kau amnesia?”
Bodoh! Bodoh!
“Tidak! Bukan begitu. Amnesia—mungkin saja! Kemarin kan aku terbentur!”ucap ku sambil memutar bola mata—sebenarnya aku mencari alasan yang bagus untuk berbohong. Aku tidak mau mereka tahu tentang harapan ku itu. Walaupun aku tak yakin tentang semua hal yang terjadi tiba-tiba di hidup ku.
“Pokok nya, coba jelaskan bagaimana perkataan ku kemarin.”
Felicia dan Himika saling bertatapan. Lalu mereka tersenyum seakan membaca pikiran masing-masing. Himika akhirnya angkat bicara. “Baiklah. Kau berkata kalau mungkin sikap kau akan berubah suatu saat nanti!”

KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid Wish
Roman pour AdolescentsIngat. Hanya itu yang bisa ku katakan setelah tidak lama melihat mu. Ingat lah aku. Lalu kau akan tahu seberapa besar aku mencintai mu, Dan seberapa besar kau mencintai ku. -Charlonna Kristina Quenna