#Scores?

4.4K 112 2
                                    

#Scores?

 

Aku berjalan cepat menuju papan nilai. Ku tarik iphone ku agar bisa langsung memberi tahu Michael tentang nilai ku.

 Why Michael,you ask? Karena dia adalah sahabat ku sejak aku di playgroup dan aku terus bersama nya sehingga sekarang. Orang tua ku saja ntah sedang kemana. Mungkin bekerja. Karena mereka jarang pulang dan jarang menghubungi ku.

Aku juga mempunyai kakak bernama Wendy. Tapi sekarang dia sudah kuliah S1 dan sudah menikah. Kebanyakan saudara ku menikah saat selesai SMA. Tapi aku tidak seperti itu. Aku masih ingin belajar dan mencari ilmu. Sebetulnya kakak ku juga. Tetapi dia di jodohkan dengan seseorang dan sekarang sudah mempunyai seorang anak.

Ibu ku selalu menanya setiap kali dia pulang atau berkomunikasi dengan ku,

“Charlyn,kapan kau akan bertunangan? Kau sudah mau selesai SMA. Apakah Mom harus menjodohkan mu dengan seorang dari keluarga terdekat kita?”

Aku hanya bisa terdiam jika beliau menanyakan hal itu. Atau mungkin mengangkat bahu. Karena aku memang tidak tahu apa yang akan terjadi dengan cinta ku nanti. Aku memang sudah SMA dan mau kuliah,tetapi aku belum tahu apa yang namanya cinta sejati.

Sure,aku pernah menjalani beberapa cinta monyet and that is just for fun. Aku belum bisa cinta dengan sungguh-sungguh layak seorang istri.

Develine mendekati ku dengan mata berkaca-kaca.

“Aku.. di terima di Forellie! YEAY!”dia bersorak. Lalu memeluk ku kencang.”Lihat surat nya!”Develine menunjukan sebuah kertas di tangannya. Aku tersenyum.

congrats. Aku saja belum tahu kalau aku di terima atau tidak di Edrill.”ucap ku pasrah. Develine menatap ku iba. Di tengah-tengah keramaian sorak para siswa,hanya aku yang masih belum bisa tersenyum sempurna.

Tring tring

Handphone ku bordering. Terdapat nama Michael di layar ponsel ku.”Halo?”

“Aku dapat surat mu. Aku ga boleh lihat ya?

Aku terlonjak,”Benarkah? Tidak lah. Aku duluan yang lihat. Kamu dimana?”

Michael tertawa renyah,”Disini.

Aku mengerucutkan bibir merah apel ku.”Dimana? Ayolah.”

“Iya dehh,aku lagi di dekat kafe Starbucks.

Aku terlonjak lagi.”Oh ya? Makasih Michael!”

Aku memutuskan panggilan. Kemudian mata ku berbinar-binar.”Aku harus pergi.”tuding ku. Lalu berlari keluar sekolah. Sesekali aku menabrak seseorang dan hampir terjatuh. Tapi aku tidak peduli. Yang ku pedulikan sekarang hanyalah surat itu. Surat yang menentukan nyawa ku.

*

“Dia masih kecewa.”

“Aku tahu. Tapi aku mau menghiburnya.”

“Huh,jangan sok gitu dong. Kau emang tahu gimana perasaan dia sekarang?”

“Tau lah,aku kan sahabat nya.”

“Pokok nya dia ingin sendiri sekarang.”

“Biarkan aku masuk.”

Suara-suara itu memekakan telinga ku. Kemudian aku merapatkan kaki ku dan menenggelamkan kepala ku di kegelapan.

“Charlonna?”

Suara Michael tak menggubris ku. Aku tak mau mendongak sama sekali. Seluruh tubuh ku seperti lemas seketika ketika aku melihat kata ‘TIDAK DI TERIMA’ di surat itu.

My Stupid WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang