#Something’s Wrong
Aku mematung disana. Dengan jantung berdegup kencang. Karena semua mata sekarang sedang melihat ku. Tak terkecuali Himika, Merissa dan Felicia. Apalagi Riley. Dia terlihat bingung sekali.
Nafas ku tidak bisa ku kontrol. Aku berjalan mundur dan hampir mengenai orang-orang.
“Kurasa, kau sudah mengingatnya,”
Aku terpekik. Menoleh kesana-kemari, berharap ada seseorang yang membisikan ku kalimat itu.
“Aku tidak akan memaksa. Ku bilang, kau akan mengingatnya sedikit-sedikit kan? Jangan memaksa untuk mengingat nya. Tolong lah. Jangan merepotkan ku.”
Aku menggertakan gigi ku. Lalu menutup telinga ku dengan kasar. “Diam!”
“Aku selalu ada di samping mu. Kau hanya perlu memanggil ku kalau kau sudah siap.”
“Diam!”pekik ku marah.
Suasana kembali hening. Air mata ku mulai keluar. Lalu aku memandang orang-orang yang sedang melihat ku bingung.
“Charlonna?”
Aku terpekik lagi ketika seorang pria yang terjatuh bangkit dan mendekati ku. Tunggu, itu Riley. Mengapa aku jadi lupa nama nya tadi? Walaupun hanya sesaat, itu cukup membuat ku bingung. Aku melihat Riley yang semakin dekat dengan ku. Aku bergerak mundur. Lalu berlari dari tempat ku berpijak tadi.
“Charlonna!”
Terdengar suara Riley, tetapi aku mengabaikannya. Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi pada ku. Sebelum aku menikmati semua ini. Di dunia ku yang dulu. Mengapa bibir ku menolak untuk mencium Riley? Mengapa semua nya terasa membingungkan?
Aku berlari kencang tanpa menoleh belakang. Dengan cepat, aku melepas sepatu high heels ku dan mengganti nya dengan sepatu converse yang biasa ku pakai. Aku mengambil jaket ku. Lalu melepas pita merah yang menjepit poni panjang ku.
Aku melakukan itu semua dengan air mata yang terus bercucuran.
Satu lagi,
Mengapa aku menangis?
-
“Charlonna!”
Suara ketukan pintu terdengar untuk ke lima kali nya. Aku menghela nafas. Dia memang tidak menyerah. Aku kembali menutup kepala ku dengan selimut. “Pergilah!”
“Tidak akan sebelum kau makan!”ujar lelaki stress di balik pintu kamar ku. Siapa? Croela? “Kau mengidap amnesia ya?”tanya nya dengan jengkel.
Aku mendengus. “Aku tidak tahu! Aku tidak tahau apa yang terjadi pada ku, jadi pergilah!”
“Makan!”teriak nya kesal.
“Pergi!”
Setelah itu, suasana menjadi hening. Aku menghela nafas. Lalu bangkit dari kasur dan bercermin. Semalaman aku menangis. Menangis yang tidak mempunyai alasan. Menurut ku, itu hal yang paling menyedihkan di hidup. Menangis atau sedih tanpa alasan yang jelas. Dada ku terasa sesak, air mata ku keluar dengan sendiri nya, dan yang paling parah, jantung ku berdegup kencang sekali.
“Makanan ada di depan pintu. Makan ya, sayang,”
Terdengar suara lembut khas wanita di depan pintu. Aku terdiam tak menjawab. Perut ku sudah berbunyi dari kemarin. Tetapi aku menolak untuk makan karena aku mau dianggap kuat. Tapi kurasa itu tak penting.
Aku membuka pintu kamar ku secara perlahan. Lalu melihat nampan berisi sandwich segar, telur mata sapi, sosis, dan bacon.
Banyak, pikir ku dengan raut wajah datar. Padahal hati ku sudah berbunga-bunga. Aku mengambil minuman ku di kulkas kecil berwarna hitam di rak bawah. Lalu memandang kamar ku yang berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid Wish
JugendliteraturIngat. Hanya itu yang bisa ku katakan setelah tidak lama melihat mu. Ingat lah aku. Lalu kau akan tahu seberapa besar aku mencintai mu, Dan seberapa besar kau mencintai ku. -Charlonna Kristina Quenna