Cousin Chapter 2

11.7K 911 13
                                    

Turun dari kereta tepat jam 5 sore. Dulu aku pulang setiap liburan panjang saja. Itupun karena rindu pada paman Kim. Ibuku selalu asyik dengan toko bunganya, main kartu, nonton bola bersama teman-temannya, sementara Hoseok tak pernah di rumah lebih dari 2 jam. Dia sibuk dengan pacar-pacarnya yang genit. Tapi justru adiknya yang menikah duluan. Sedangkan ayahku, Jeon Sung Rok menikah lagi dan kabarnya punya banyak anak.

Taehyung dipanggil pulang untuk menikah, tanpa drama tanpa pemberontakan dia pulang, sangat patuh dengan sikap acuhnya itu. Seminggu persiapan, menikah di gereja lalu besoknya pergi lagi. Pulang waktu natal, lalu kembali lebih cepat ke Seoul.

Baru natal kemarin, 6 bulan yang lalu dia tidur denganku. Lebih tepatnya meniduriku. Itu karena appa Kim tak pulang ke rumah, beliau menginap di kantor bersama rekan-rekan bisnisnya karena merayakan natal semalam suntuk. Tiba-tiba saja Taehyung mendatangi kamarku, melihatku hanya berhanduk, menyerangku tanpa perlawanan.

Besoknya ia sudah kembali ke Seoul meninggalkan aku masih terkapar dalam kondisi sakit. Pelayan Sujin yang mengetahui hal itu tak begitu mempertanyakannya. Aku takut dia mengira appa Kimlah yang melakukan.

“Kookie? Kau tidak terlambat bulan bukan?” selalu itu yang Taehyung tanyakan jika menelepon yang selalu kujawab dengan teriakan emosi.

......

Di sana, nampak sosok tinggi Taehyung berdiri sambil memegang tas ransel laptop kesayangannya yang tak pernah ia lupa. Sejak kapan dia berkacamata? Bingkai tipis putih menyandar dihidung mancungnya membuat ia berbeda. Ataukah aku memang tak tahu?

“Tae! Aku disini!” teriakku membuat semua orang menoleh. Taehyung melambai kemudian mendekat. Aku perlu mendongak untuk menatap wajahnya.

“Kookie, selamat datang..”

“Ya..aku..” Senyap oleh mulut yang menutup mulutku tiba-tiba. Pinggangku dipeluk dan ciuman itu membuatku terbatuk.

“Tae! Apa-apaan itu?”

“Apa tidak wajar suami mencium istrinya seperti ini?”

“Tapi..”

“Aku merindukanmu, Kim Jungkook. Ayo kita ke rumahku,”

“Tae…tidak...maaf aku harus mengatakan ini. Aku tidak ingin orang tahu bahwa aku sudah menikah. Bisakah..bisakah satu tahun ini aku ingin menikmati kehidupan sebagai mahasiswi biasa?”

Lelaki itu menatapku tajam. Terdiam sejenak. Koperku diambilnya kemudian mengangkat tangan.

“Sepertimu akupun tak memakai cincin kita. Sudah kuduga kau pasti ingin seperti itu. Ini tahun terakhirku disini, kuharap kita sama-sama lulus dengan baik.”

Ternyata Tae sangat memahami keinginanku. Dia sedang sibuk mengurus tugas akhir hingga jarang masuk kuliah. Aku ditempatkan dalam asrama kampus namun tidak bersama Jisoo. Dua orang gadis itu mengisi asrama A sudah tahun ke tiga. Lagipula mereka mengambil jurusan sastra. Masa SMA memang sudah berlalu dan tak bisa kembali. Desahku kecewa.

Namun Lisa dan Jisoo masih suka mengajakku bertelepon atau chat di sosmed.  Masa orientasi sudah berakhir dan aku masuk kelas hari pertama. Semoga tak ada yang mengetahui statusku. Mahasiswa baru tentu masih dibawah umurku. Jadi aku adalah senior mereka. Pikirku ringkas.

Ruang kelas yang luas, sama seperti yang kukhayalkan selama ini. Memilih duduk di depan adalah hobiku sejak dulu. Duduk di belakang hanya terlibat obrolan yang akan membuka kedokku.

“Hai. Aku Park Suho, ini Jaebum dan kau adalah Kim Jungkook?” seorang pemuda membaca papan namaku heran.

“Oh..iya aku Jungkook. Lebih mudah diingat itu saja. Karena ibuku jualan bunga dan ayahku peternak burung,” jawabku membuat mereka mangap heran.

“Waah.. namamu bermakna burung, kau manis sekali.”

Sekejap aku sudah punya banyak teman. Ternyata ada juga Kang Seulgi yang sedang hamil besar namun memaksa kuliah. Dia sudah mendaftar setahun lalu namun baru dipanggil tahun ini. Mayoritas kelas ini diisi lelaki. Dari 55 orang hanya ada 10 perempuan termasuk aku. Dan mereka menganggap aku paling mudah bergaul, mudah sekali tertawa dan tampilanku sangat sederhana. Tanpa make up tebal, rambut selalu dikuncir kuda, pakaian gaun terusan lusuh ditutup jaket jeans dan sepatu snicker putih. Akupun merindukan tampilanku yang asli seperti ini. Selama bersama appa Kim, aku seperti boneka yg dihias sesuka hatinya. Gaun mahal dan perhiasan mahal, belum lagi harus bergerak dalam high heel…uuhh repot.

“Besok kita langsung membedah isi perangkat lunak pada laptop, sekian.” Profesor tua itu mengakhiri tutorialnya tanpa basa basi.

“Hei, kelas ini seperti dikejar anjing.” Gerutu JB membanting pena.

“Tak ada kesempatan untuk gokkon, lebih baik langsung kutembak saja Jungkook jadi pacarku,” cetus Suho sambil tertawa geli. Aku disampingnya melotot kencang.

“Jungkook, kau mau makan siang dimana?”

“Wah maaf, Seulgi..aku sudah janji dengan temanku,”

“Oke. Kalau kau ingin makan denganku, kabari saja,”
 
Seulgi masih tetap lincah meskipun perutnya besar. Kabarnya 2 bulan lagi akan meletus.

Lisa dan Jisoo berlarian menyusul duduk di kantin taman. Busana mereka nampak terlalu fashionable. Gaya dandananpun berubah seperti wanita karir. Saat aku letih ingin membuang high heel, mereka justru bangga mengenakannya.

“Kau masih seperti dulu, Jungkook. Acak-acakan dan masa bodoh,“

“Lihat rambutmu juga tetap panjang tapi selalu diikat…hellooo…kita sudah bukan anak SMA lagi baby,”

“Kau terlalu lama di toko bunga ibumu,“ Jisoo menyahuti omelan Lisa.

“Hei ayolah! Aku disini ingin sekolah komputer, bukan modelling!”

“Dengan penampilanmu seperti ini, satu tahunmu berasa satu abad!” seru Jisoo lalu tertawa oleh cubitanku.

“Hei, Kau tahu yang seru disini? Kami disini sedang tergila-gila dengan Kim Master. Kau tau lelaki itu?”

Aku menoleh dan menemukan Taehyung sedang mengobrol dengan dua temannya sambil menatap layar laptop. Mereka duduk di bangku menghadap air mancur.

“Dia Kim Taehyung, mahasiswa akhir manajemen bisnis. Kudengar ayahnya punya perusahaan periklanan di Busan. Dia sendiri sudah membuka perusahaan garmen dan sedang sukses. Karena dia terlalu acuh, kami bertaruh jika berhasil memikatnya akan digelari princess Kim..” Lisa terkikik geli.

“Dia itu bukan acuh tapi cool. Di fakultasnya pun gadis-gadis kelaparan berebut perhatian. Kabarnya Park Shin Hye gadis gincu tebal itu sering berjalan dengannya. Menyebalkan!” lanjut Lisa jijik.

Ternyata Taehyung populer disini. Aku bahkan tak pernah tahu sejak kapan dia berkacamata.

“Tidak. Baru 6 bulan dia memakai kacamata. Kurasa itu hanya action namun makin terlihat keren,,” cetus Jisoo seolah membaca pikiranku.

“Eh..Jungkook. Kau kan tak pernah pacaran di SMA. Bagaimana kalau kau ikut taruhan?“

“Ha? Gila. Aku tak perlu bertaruh apa-apa. Dia itu sudah jadi milikku, tahu?”

Pukulan dan cubitan kuterima tanpa penjelasan.

TBC

Maaf jika ada yang tak enak dengan kesalahan nama. Maklum pelupa.

Cousin  (Vkook_Jk GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang