Cousin Chapter 6

8.6K 891 12
                                    

Vote itu vitamin


Lima hari ini aku sangat lelah oleh tugas yang harus diselesaikan. Ini sih bukan sekolah tapi wajib militer! Berbeda dengan Lisa dan Jisoo yang mengambil strata 1 justru lebih santai dan lebih sering bermain. Untungnya teman sekelasku sangat pandai mengambil suasana. Suho, JB, Seulgi, Soo Yang, Mingyu dan Jackson, mereka sudah akrab dan lucu. Meskipun aku semakin stress harus menahan hasrat belanja makanan yang enak. Yang penting aku rajin memasak nasi sehingga lebih hemat jika aku kelaparan ditengah malam.

Sedangkan hubunganku dengan Taehyung, aku tak mau meneleponnya lebih dulu. Biar saja aku mati kelaparan!

"Ayolah...tak apa jika kau mau makan daging! Aku punya uang lebih, jangan takut!" seru Mingyu menepuk bahuku. Kantin sangat ramai siang itu. Nasi kepal yang kubawa hanya kusandingkan dengan sayur selada dan telur.

"Aku kasihan padamu, makan terlalu irit sedangkan Kim satunya makan yang mewah!" cetus Suho sebal.

"Psst..pelankan suaramu. Orangnya ada disini," bisik JB.

Aku melirik ke meja di ujung dimana Taehyung dan tiga orang temannya juga duduk menikmati makan siang. Rupanya mereka ada urusan di kampus karena dua orang temannya masih memakai dasi.

"Biar saja dia mendengar! Aku tak memandangnya sebagai Sunbae, tapi bukankah dia saudara sepupu Jungkook?" Suho makin berteriak sehingga dipukul oleh JB.

Keadaan tak enak itu membuatku gelisah. Taehyung menoleh menatapku oleh bisikan temannya. Dia bangkit dan berjalan menuju mejaku seketika membuat semua mahasiswa yg sedang makan disitu terdiam tertarik untuk melihat pertunjukan apa yang sedang terjadi.

"Apakah aku perlu menjelaskan sesuatu disini?" ia berdiri disampingku.

"Ti..tidak! Aku sudah kenyang! Aku pergi dulu!" gugup membuat aku menjatuhkan sumpit.

"Jungkookie, kau tentu tidak lupa PIN kartu ATM ku bukan? Kenapa aku harus menanggung kemarahan teman-temanmu ini?"

Aku terdiam.

"Sunbaenim...maafkan kami. Park Suho hanya bercanda," Jaebum dan Mingyu membungkuk cepat. Taehyung menahan tanganku dengan erat.

"Aku sangat menyayanginya. Itu info terpenting untuk kalian tanpa dimanipulasi apapun. Senang berkenalan dengan kalian, semoga menjadi teman yang baik bagi Jungkook," Setelah berkata setenang itu, ia menggandengku keluar diiringi tatap dan decak kagum para penonton. Mukaku rasanya sudah tak karuan. Kau bodoh sekali Tae!

"Wooow...Kim Taehyung keren sekali..."

"Beruntung sekali gadis itu"

"Dia hanya sepupunya, yg baru datang dari Busan,"

"Oooo, dia orangnya?"

Diluar kantin aku melepaskan gandengannya kemudian berjalan mendahului.

"Apakah aku menyuruhmu untuk pelit? 200.000 won kupikir bisa membeli makan enak dan kau pasti akan merengek sebelum seminggu. Tapi aku salah. Lima hari bahkan uangmu masih banyak karena kau ingin membuatku nampak buruk bukan?"

"Mana kutahu kalau aku boleh mengambil uangmu?"

"Kau bodoh sekali..kau memegang kartu ATM ku dan hanya perlu menelepon untuk minta uang. Apa kau pikir aku akan marah? Atau kau pikir aku tak sekaya ayahku?"

Taehyung berusaha menekan nada bicaranya yg mulai tinggi.

"Tapi kau bilang aku harus hemat! Aku kira kau sedang menyiksaku karena di Busan ayahmu sangat memanjakan aku! Asal kau tau...dulu ayahku bahkan tak pernah memberiku uang! Ibuku hanya membawakan bekal nasi kepal setiap hari, jadi aku tidak takut tak punya uang!"

Taehyung menggeleng-geleng kemudian menarikku dalam pelukannya. Entah kenapa aku menangis kolokan, sedih dan merasa malang.

"Karena itu juga Hoseok hyung iri padamu..."isakku membasahi kemeja birunya.

"Sudahlah, aku tak bermaksud melukai hatimu. Bibi Chae Rim adalah bibiku. Kau kira siapa yg memberikan toko bunga untuk diurusnya?"

Jadi toko bunga ibuku pemberian paman Kim? Kenapa aku tak tahu? Ibu berdusta mengatakan itu pinjaman dari bank! Jika memang meminjam bank, darimana dia bisa menggaji dua orang karyawan sedangkan pemasukan tiap bulan tak begitu besar?

"Aku rindu padamu, Kookie. Maaf berapa hari ini aku sibuk sekali diluar kampus. Mengapa tak pernah membalas pesanku? Kau baik-baik saja bukan?"

Aku mengangguk dan melepaskan pelukannya. Itu karena seorang datang mendekati. Pemuda yang tadi makan bersamanya.

"Halo. Ternyata kau orangnya yang membuat playboy kami rela digosipkan sebagai gay,"

"Kookie, ini Kim Namjoon. Dia teman serumahku,"

Aku tersenyum kacau. Malu dan bingung karena pemuda ini tahu hubungan kami. Tapi matanya nampak tulus.

"Sebenarnya ini beralih rencana. Kookie akan kubawa juga, kelak kita bisa bersama menemui Tuan Lee."

"Baiklah aku sangat mengerti. Tak masalah,"

Aku masih bingung oleh percakapan mereka.

"Kau ikut denganku, tak apa kelas terakhir bisa bolos dulu. Profesor Smith adalah temanku, aku bisa menghubunginya,"

Tadinya aku ingin menolak namun sosok Lisa terlihat menuruni tangga gedung. Tanpa sadar kutarik tangan Taehyung untuk segera pergi. Rupanya Taehyung kembali menyetir mobilnya. Dulu mobilnya bukan Lexus lx570 ini, hanya jeep biasa. Mungkin sejak membuka bisnis garmen diganti yang lebih mahal untuk tampil arogan seperti yang ia bilang.

Namjoon duduk didepan sibuk ngobrol sambil sesekali membuka laptopnya. Mereka terlihat sibuk mengerjakan sesuatu yg penting. Aku hanya diam memperhatikan jalanan. Mengenang kembali masa SMA bersama Lisa dan Jisoo ketika kami sering bepergian ke mall mencari celana dalam. Kami naik bus berdesakan dengan laki-laki mesum. Jisoo menangis dan aku sangat jago menendang si mesum itu. Lucu sekali bila diingat.

"Dulu dia tak semanis ini, Kim Tae." Goda Namjoon membuatku kaget.

"Aku? Kau kenal denganku?"

"Tentu kau lupa pernah melihatku menunggu Taehyung di parkiran. Kalian enak-enak makan es krim sementara aku kesepian. Ingat kado boneka kucing?"

"Sudahlah, kau itu kenapa?"cetus Taehyung.

Boneka kucing. Dulu waktu aku kelas 3 SMA pernah diajak Taehyung ke mall mencari kado untuk pacarnya. Aku memilihkan boneka kucing yang lucu meskipun belakangan kado itu ada di kamarku setelah pesta pernikahan kami. Jadi dia sudah tahu tentang rencana ayahnya dan ibu menjodohkan kami?

Rupanya kami pergi ke tempat Namjoon magang. Taehyung menemaninya sekaligus menemui pimpinan perusahaan untuk mengajukan penawaran kerjasama bisnis garmennya. Kualitas kain miliknya sangat bagus, kudengar dari appa bahwa rumah mode terkenal di Seoul banyak yang mengambil kain di pabriknya.

Dua jam kemudian kami pulang. Namjoon tidak ikut karena ada pesta perpisahan terakhir dengan perusahaan magangnya. Mobil melaju cepat ke arah jalan yang berbeda membuatku heran.

"Kookie, malam ini kau tidur di rumahku. Besok hari sabtu bukan? Aku ingin membawamu berjalan-jalan. Kita kencan,"

"Kencan? Tapi kita kan sudah menikah." kataku bodoh.

TBC



Jika masih ada yang marah, sinis karena update lama, tolong baca about saya di profil

Cousin  (Vkook_Jk GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang