Part 16

21.1K 736 34
                                    

Author POV

"Jangan... jangan..Ahhh..Awww..Aw.."

"Tahan sedikit..."

"Aku sudah tidak bisa tahan lagi Liam!" 

"Tahan sebentar lagi Val... Ayo lebih cepat lagi!"

"Aaaargghhh... Sakit Liam!" rintih Valerie

"Sakit tahu!" ucap Valerie kesal sambil mengusap-usap tangannya.

Liam tertawa lebar. "Ini baru namanya berolah raga. Kalau boxing yang biasa kau lakukan itu lebih seperti menari." ucap Liam setelah dirinya menyuruh Valerie melakukan teknik dasar Jab dan Straight berkali-kali.

Valerie terengah-engah. "Aku tahu aku butuh berolahraga , namun kau sepertinya sengaja mengambil kesempatan untuk menyiksaku."

"Ha..ha..ha..." Liam tertawa lagi tanpa berniat menyangkal kata-kata Valerie, membuat Valerie menekuk wajahnya.

"Sudah saat nya dirimu mulai menjaga kesehatan tubuhmu. Kemarin juga kutanya pada pelayan di rumahmu, kau bergadang lagi menyelesaikan pekerjaanmu." ucap Liam.

Hubungan mereka berdua memang mulai sedikit mendekat semenjak Liam menyatakan perasaannya yang ingin melindungi Valerie.

Valerie merasa terharu masih ada orang sebaik Liam, namun Valerie tetap berusaha menjaga jarak, karena Liam pun masih belum tahu masa lalu Valerie. Kalau Liam tahu , Valerie yakin ia akan merubah pikirannya.

"Ayo kita sarapan dahulu." ajak Liam.

"Aku sudah meminta koki di rumahmu untuk memasak makanan sesuai menu bergizi yang telah diverifikasi oleh dokter gizi langsung." lanjut Liam lagi.

Kebawelan Liam belakangan ini memang sangat beralasan. Valerie sudah harus memperbaiki pola hidupnya dan pola makannya , bukan berarti menjaga pola makan karena berat badannya obesitas, tubuh Valerie sudah sangat proposional dan persis seperti model. Namun Liam memperhatikan selama ini Valerie selalu bergadang untuk menyelesaikan pekerjaannya dan juga pola makannya tidak sehat.

"Aku rasa itu tidak perlu." sahut Valerie dingin.

Liam tersenyum. "Aku tahu, kau pasti akan mengatakan itu. Sebagai satu-satunya sahabau, aku hanya ingin kamu bisa lebih hidup sehat, ini juga untuk Mikha."

Lagi-lagi Liam menyebut nama Mikha, Liam memang pandai membuat orang mengikuti kemauannya.

"Jadi lusa kita akan berangkat?" tanya Liam pada Valerie sambil mengunyah roti bakar gandum yang baru saja selesai di panggang.

"Iya, papa meminta kita berdua untuk mengurus semua hal yang berkaitan dengan kartel kita di Italia, kemarin sempat ada sedikit masalah dalam penyuplaian barang dari pelabuhan. Banyak sekali minyak kita yang tiba-tiba tertahan." jawab Valerie

Liam mengangguk sambil mengetuk-ngetuk jarinya di meja kayu jati tempat mereka berdua sarapan.

"Aku mencium adanya pengkhianatan dari orang dalam." ujar Liam.

"Aku pun setuju denganmu." sahut Valerie.

.......................................

Author POV

Hamilton Tower- 17.35

Cinta Sang Kupu Kupu Malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang