Part 8 Nenek Rohaya ❤ Selamet

1.7K 112 11
                                    

Aku membungkuk, membereskan berkas-berkas yang terjatuh. Setitik air mata menetes membasahi kertas di tangan. Hari ini, di ruang ini, akan telah menjadi saksi atas cinta Kamil untukku.

Jauh sebelum Kamil menyatakannya, hati ini sudah merasa, bahwa Kamil memiliki rasa untukku. Hanya aku yang selalu menepisnya, Kamil adalah seorang siswa, bahkan usia kami terpaut delapan tahun. Sungguh, itu bukan perbedaan yang sedikit.

Semoga kamu segera melupakan saya, Kamil.

🐯🐯🐯

Bel masuk berbunyi, aku lemah, tak bergairah. Bagaimana tidak? Kali ini jam mengajar di kelas Kamil. Nekat, Kubulatkan tekad. Bulan depan adalah acara lamaran dengan Aiden, Aiden adalah masa depan. Aku akan belajar mencintainya, dan melupakan Kamil.

Melangkah dengan gontai, tidak lagi centil, bahagia, apalagi pongah. Pelan menaiki anak tangga selangkah demi selangkah, sesekali aku berhenti untuk mengatur napas.

Grogi.

Kali ini—aku Jihan—si guru berwibawa, harus merasa grogi karena siswa sendiri.

Masuk ke kelas XII IPS 1 seraya mengucapkan salam, yang segera dibalas oleh para siswa. Kemudian, menduduki bangku guru dengan lemas, dan mengabsen mereka.

"Anjungan, Bokir, Cuplis, Dekil ... Dekil ngga masuk, ya?"

"Tidak, Bu," jawab siswa serentak.

"Ke mana?"

"Nyalon, Bu. Luluran dia, biar ga dekil lagi," celetuk Kamil dengan santai. Seolah melupakan hal yang belum lama terjadi di antara kami.

Semua siswa tertawa. Bisa-bisanya anak itu bersikap konyol atas segala hal yang terjadi kurang dari satu jam yang lalu. Hari ini aku membentuk kelompok belajar, setiap kelompok membahas lima soal dari sub bab yang berbeda.

Seperti biasa, Kamil menjadi ketua kelompok. Karena di antara anggota kelompoknya, dia yang paling cerdas dan bertanggung jawab. Tiba-tiba terdengar suara dari luar kelas, dan aku kenal betul itu suara Keisya, gadis yang pernah disukai oleh Kamil.

"Kamil!" teriaknya ala gadis centil dari luar kelas.

"Hai Keisya," balas Kamil dengan suara yang tidak kalah keras.

Semua siswa berdehem meledek mereka, nyaris riuh. Kesal sekali rasanya, kesalnya dua kali lipat. Gara-gara siswi itu, kelas tenang menjadi riuh. Dan tentunya, gara-gara sapaan gadis itu, Kamil jadi kegenitan.

Kugebrak meja sekeras mungkin, lalu teriak, "Diam!" Seluruh siswa kembali diam dan melanjutkan diskusinya.

Biasanya, bila diskusi berlangsung, aku selalu berjalan mengililingi siswa untuk memantau diskusi mereka. Tapi berhubung suasana hatiku sedang tidak baik, aku tetap duduk di kursi.

Kuraih ponsel, lalu scroll media sosial. Terlihat status sosial media Kamil yang ditulis sekitar sepuluh jam yang lalu.

(Percaya nggak jika cinta tidak memandang usia? Buktinya slamet yang masih muda mau sama nenek Rohaya.)

Sedikit nyengir, apa maksud status anak ini? Terlebih statusnya dibanjiri komentar oleh teman-temannya. Di antaranya ada yang bertanya, nenek mana yang sedang diincar olehnya.

* *

Bel pulang berbunyi, Kamil memimpin do'a di kelasnya. Kemudian, satu persatu siswa menyalimiku, lalu bergegas ke luar. Termasuk Kamil, dia adalah siswa yang keluar kelas terakhir.

"Bu ...."

"Ya, Mil."

"Kalau nikah undang saya, ya. Saya mau kasih kado yang besar sekali," katanya dengan senyum yang mengembang.

My Lovely Student (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang