Bab 13

4.2K 327 67
                                    

Bab 12 nya bagian 18+ ya ges, jadi mohon maaf cuma bisa dibaca di Karyakarsa atau pdf.

Suara musik disko menggema di ruangan yang dipenuhi puluhan manusia yang sedang asyik menari, meloncat sambil bersorak di lantai dansa. Kilatan cahaya beraneka warna dari bola lampu disko yang berputar, menyebar dan menyorot ke penjuru arah, menambah hingar-bingar ruangan dengan suasana temaram itu. Dari sekian banyak manusia yang sedang asyik berdisko itu, ada satu cowok, tampak menjadi pusat perhatian, di kelilingi wanita-wanita berpakaian mini. Cowok itu terlihat begitu bahagia, menari mengimbangi musik disko sambil mengangkat satu tangan yang memegang botol minuman beralkohol. Wanita-wanita di sekeliling cowok itu berteriak, bertepuk tangan dan mendongak sambil membuka mulut ketika cowok yang dua kancing kemeja bagian atas sengaja dibuka itu— menampilkan dada bidang dan belahan dada yang tercetak sempurna, menuangkan minuman langsung ke mulut mereka secara bergantian.

Cowok bernama Yuza itu refleks menoleh ke arah pintu dan melihat salah satu temannya— memakai celana jeans dan atasan kaus ketat yang dipadukan dengan jaket parasut, baru saja masuk dan berjalan mendekati satu meja yang sudah ia pesan. Yuza baru menurunkan tangan, memberikan botol minuman pada satu cewek saat melihat temannya— bernama Odi, mendudukkan diri di sofa. Sudah ada Bojen di sana, sedang duduk dengan ditemani dua gadis di sisi kanan dan kirinya.

Yuza lantas berjalan sambil bergeleng-geleng— mengikuti musik disko, berdesakan dengan orang-orang yang sedang asyik menari.

“Baru nyampe?” Yuza harus berteriak melawan kerasnya musik yang menggema. Ia sudah berdiri di dekat Odi lantas menjatuhkan pantatnya di sebelahnya.

“Sori,” Odi menyahut. “Tadi aku antar ayah sama mama ke Bandara.”

“Oh, ayahmu udah berangkat?” Yuza mengambil bungkus rokok di atas meja, mengeluarkan satu batang lantas melemparkan bungkusnya ke tempat semula.

“Uda,” jawab Odi.

“Bagus!” ucap Yuza penuh semangat. Menggigit bagian filter pada rokok, Yuza membakar ujung nya menggunakan korek gas, sambil menghisapnya. Ia menoleh pada Odi lalu mengeluarkan asap dari mulut dan hidungnya. Asap rokok itu mengepul, meliuk-liuk beterbangan di depan wajah Odi.

“Terus pembantumu, gimana?” tanya Yuza lagi. “Udah kamu suruh libur belum?”

“Belum, nanti aja nunggu waktu yang pas,” jawab Odi. “Kalau libur sekarang, nanti aku repot.”

Bojen yang menyimak perbincangan Yuza dan Odi, beranjak dari duduk setelah menyuruh dua gadis yang menemaninya pergi. Ia berjalan mendekati dua sahabatnya yang duduk berdampingan itu, lantas duduk di tengah-tengah mereka.

“Emang, rencananya kapan, Za?”

“Nanti nunggu waktu yang pas,” jawab Yuza. “Pokoknya sebelum orang tua Odi pulang, kita harus udah beresin Wali.”

Bojen menoleh pada Odi. “Ayah sama mama mu berapa lama, di Bali?”

“Satu Minggu,” sahut Yuza mewakili Odi. Tentu saja ia tahu karena mendengar semua percakapan orang tuanya dengan orang tua Odi.

“Yaudah buruan, udah enggak sabar pengen nyobain pantatnya Wali,” ucap Bojen kemudian.

Sambil menggigit rokok di mulutnya Yuza menoleh ke arah Bojen dan menatapnya sinis. Telapak tangannya terulur lantas mendorong kepala cowok itu hingga terhuyung dan menyandar di pundak Odi. “Tolol,” ketus cowok itu.

Odi hanya menggeleng heran.

Bojen terbahak lantas membenarkan posisi duduknya. “Kalian tahu, sejak liat bokongnya Wali, jadi kepikiran terus, aku.”

Yuza mengembuskan asap rokok ke udara. Sambil menatap asap rokok, cowok itu berkata. “Najis anjing.”

“Emang kamu enggak?” tanya Bojen ke pada Yuza dan membuat cowok itu menoleh padanya.

“Kalau bukan karena pengen tu anak celaka, aku enggak akan sudi.” Setelah mengatakan itu Yuza menyemburkan asap rokok tepat ke wajah Bojen. “Jorok tolol.”

Bojen hanya terbahak, sedangkan Odi hanya terdiam sambil menatap datar dua sahabatnya itu.

Yuza kembali menghisap rokoknya. Namun seketika terhenti ketika manik matanya melihat seorang gadis muda, cantik dengan rambut lurus terurai berjalan ke arahnya. Mini dress yang dikenakan gadis itu tidak mampu menutupi bagian tubuhnya yang mampu mengundang syahwat kaum lelaki. Melihat dada membusung dan paha mulus gadis itu, Yuza menelan ludah dan langsung gelisah. Ia lantas buru-buru beranjak dari duduk ketika gadis itu melewati meja dimana ia duduk.

Tanpa ragu Yuza meraih pergelangan gadis itu dan membuatnya terhenti.

“Ada apa?” ucap gadis itu sambil menatap heran kepada Yuza.

Senyum Yuza menyeringai. Ia kemudian mendekatkan mulutnya ke kuping gadis itu dan tanpa ragu berkata. “Mau threesome enggak?”

Gadis itu tersentak dan menatap marah pada Yuza. Namun amarahnya mereda saat menyadari cowok yang baru saja berkata kurang ajar, ternyata terlalu ganteng untuk ditolak. Lantas sedikit demi sedikit bibir gadis itu mulai mengulas senyum. “S-sama siapa?” gugup gadis itu.

“Temenku,” jawab Yuza tanpa mengalihkan perhatiannya dari wajah gadis seksi itu.

Gadis itu refleks menoleh pada dua  cowok yang tengah duduk di dekatnya. Ia tersenyum melihat keduanya sama-sama tampan. Malah ia ingin mengajak mereka sekaligus.

“Boleh deh, kapan?” tanya gadis itu. Tatapannya kini terlihat nakal.

“Sekarang,” sahut Yuza. Ia kemudian mengalihkan pandangannya kepada Odi. “Di, mau kan.”

Odi menghela napas. Wajahnya terlihat malas. “Sori Za, aku lagi enggak mood. Sama Bojen aja, ya.”

Yuza mendengkus. “Dasar, payah kamu. Mau enggak, Jen?”

Bojen terdiam. Sambil manggut-manggut manik matanya menelusuri tubuh gadis itu dari ujung kepala dan berhenti di bagian pahanya yang licin. “Boleh juga. Lumayan buat selingan sambil nunggu bokongnya Wali.”

Yuza tersenyum nyengir dan mendesis. “Dasar tolol,” cibir cowok itu.

Odi menggeleng. Ia kemudian mengambil sebungkus rokok dan menariknya satu batang.

A-P-G (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang