1 | Perkenalan

8.2K 362 20
                                    

Hari ini yang paling ramai dibicarakan adalah kembalinya The most wanted SMA Merdeka, Darel. Setelah libur kenaikan kelas sampai seminggu bersekolah baru hari ini lelaki itu masuk sepulang dari perjalanan jauhnya. Lelaki itu terlihat merapikan rambut dengan jemarinya membuat banyak pasang mata menatap kagum. Andai mereka sadar siapa yang mereka sukai, mungkin mereka akan muntah massal setelah berkenalan baik dengan cowok gila tersebut.

Selagi merapikan rambut ia mendengus kala mendengar suara sahabatnya memenuhi indera pendengaran. Suara yang sama sekali tidak ia rindukan selama tak bertemu. Bagaimana mau rindu, jika setiap hari mereka selalu meramaikan grup chat atau bermain game online bersama.

Eza memberi senyum smirk-nya lantas memukul bahu Darel keras. "Ingat negara +62, lo?" Kalimat itu terdengar menyindir apalagi ekspresi Eza yang mendukung ucapannya.

"Beruntung aja Indonesia gak dihapus dari google maps," jawab Darel tak melirik Eza yang telah merubah mimik wajahnya menjadi biasa. Demi apa pun, Darel merasa jijik jika harus melihat wajah sahabatnya sok serius. Dan ia yakin Eza merasakan hal sama.

"O'iya, Rel, lo bawa air zam-zam titipan gue nggak?" tanya Azka sembari membenarkan posisi dasinya. Lelaki yang baru datang dan berdiri di samping Darel. Lelaki yang juga merangkap sebagai sahabat.

"Emang gue jin pencet botol? Gue baru pulang dari Amerika, bukan dari Arab!"

"Who knows?"

"Maklum otaknya hasil flash sale," ujar Eza.

"Parah banget mulut lo kayak gak punya attitude," ujar Azka.


"Memang gitu admin lambe turah," tukas Darel.

"Malah gue yang kena?" kata Eza.

"Emang semua kesalahan itu ada pada diri lo," ujar Darel, langsung pergi bersama Azka.

"Tai kambing!" gerutu Eza kesal.


****

Waktu istirahat Eza menatap Darel lekat yang sedang memakan cilok langgananya di kantin, tatapannya sangat dalam seperti sedang mengintimiditasi lelaki tersebut.

"Apa lo!" ketus Darel mulai risih atas sikap sahabatnya ini. "Naksir sama gue?!"

Eza begidig ngeri. "Idih! Gila aja gue naksir. Otak gue masih waras kali buat ngebedain mana cewek sama cowok!"

"Terus lo ngapain ngelihatin gue gitu? Jangan-jangan lo homo?"

"Sialan, itu mulut pedes banget kek samyang."

"Serah lo!"

Eza berdecak, Darel memang tak pernah peka. "Lo berbulan-bulan ada di negara orang dan nggak ada ngasih gue sama Azka oleh-oleh gitu?"

"Heh, kutu buldog! Gue di sana ada urusan bukan liburan," sembur Darel mencakar wajah Eza.

"Jahat! Kau Mas, jahat!" Eza mengelus wajahnya dengan suara manja.

Darel tak menanggapi ucapan Eza, karna sudah pasti tak akan berujung seperti angka delapan.

Tatapan Darel teralihkan oleh seorang gadis cantik yang duduk tak jauh darinya. Gadis itu terasa asing di matanya. Siapa? Anehnya, ia tak bisa mengalihkan pandangan ke arah lain, seperti ada magnet untuk terus menatap wajah cantik gadis tersebut.

DarelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang