"Gwen, udahan kali ngambeknya. Aku sibuk kemarin, gak sempet ngabarin kamu."
"Gwen, ngobrol dong."
"Ah, udah, ngomong sama tembok ini, mah!"
Cowok dengan topi diarahkan kebelakang itu terus merayu. Sedari pagi sampai istirahat ini Gwen sama sekali tidak bersuara. Darel tau, Gwen pasti kesal karena hari Sabtu sampai Minggu dia tidak ada kabar.
Gwen fokus mencatat tulisan di papan tulis. Menghiraukan Darel yang berkicau.
"Haus gak? Aku haus nih ngobrol sendiri kek orang bego," ucapnya. "Aku beli minum dulu, ya, siapa tau kamu juga haus diem mulu dari tadi."
Darel baru saja akan beranjak, namun Gwen cepat meletakkan pulpennya dan berkata, "Malam minggu kemarin kamu ke mana?" tanyanya to the point. Tentu kejadian itu masih terngiang dipikirannya.
Darel kembali duduk sembari mengangkat satu alisnya. "Gak ke mana-mana."
"Jujur."
"Ini udah jujur."
"Terus cowok yang aku lihat di toko kue kemarin siapa? Kembaran kamu?"
Semburat kebingungan jelas nampak di wajah Darel. Toko kue? Ah, Darel menjentikkan jari. "Aku baru inget, malam minggu kemarin disuruh Mama ambil kue pesenannya. Kok kamu tau?"
"Cewek yang sama kamu itu siapa? Yang peluk-peluk manja itu siapa?" tuding Gwen memberi pertanyaan beruntun. Enggan menjawab pertanyaan Darel.
"Ohh itu," Darel tersenyum penuh arti. Gwen sama sekali tak paham arti senyuman tersebut. "Jadi kamu diemin aku karena cemburu?"
"Gak usah basa-basi. Cewek yang sama kamu itu siapa?"
"Lucunya," tukas Darel menopang dagu dengan kedua tangannya menatap Gwen yang semakin berapi-api.
Gwen mendengus kesal. Mengambil kembali pulpennya dan lanjut mencatat. Sampai menit-menit berlalu tidak ada percakapan diantara mereka. Darel tetap tak menjawab. Tak lama setelahnya bel masukkan berbunyi. Darel beranjak dari duduknya.
"Aku ke kelas dulu, ya. Ntar pulang sekolah tungguin," ucapnya masih sempat mengacak rambut Gwen sebelum pergi.
Gwen menggeram di tempatnya. Demi bikin bottom yang pernah surut, Gwen kesal, sangat kesal.
***
Gwen tidak berniat menunggu Darel seperti yang cowok itu bilang. Saat bel pulang berbunyi cewek itu cepat-cepat merapikan barang-barangnya dan mulai meninggalkan kelas. Namun saat di depan pintu seseorang menarik tas nya dari belakang yang mau tak mau Gwen ikut mundur beberapa langkah. 'Mau ke mana, hmm?"
Senyum miring itu membuat Gwen berdecak. "Apaan sih!" ketus Gwen menampik tangan Darel dari tasnya.
"Kan aku udah bilang tungguin, kenapa malah buru-buru gitu? Ngehindar, ya? Uluhuluh, lucunya kalau ngambek." ujar Darel menguyel-nguyel pipi Gwen gemas.
"Aku mau pulang karena emang udah waktunya pulang," ucap Gwen.
"Ikut aku dulu, yuk."
"Ogah!"
"Seriusan gak mau?"
"Enggak!"
Meski menolak Darel tetap menarik tangan Gwen ikut bersamanya. Gwen mencoba melepas cekalan itu namun ia kalah tenaga. Dan mau tak mau menurut aja.
***
Gwen dibuat bingung saat Darel mengajaknya ke rumah. Cowok itu melepas helmnya. "Ayo masuk," ajaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darel
Teen Fiction[REVISI] [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Kenalin nama gue Darel. Lima huruf, satu kata, mudah diingat susah dilupakan." Darel. Sebuah nama singkat dan padat. Cowok pintar dalam pelajaran tetapi bodoh dalam perlakuan. Juga cowok yang menyandang sebaga...