"Darel," panggil Gwen pada Darel yang jauh di depannya bersama Azka dan Eza. Cowok itu menghentikan langkah meski Gwen tau itu terpaksa.
"Ini, buat kamu." Menyodorkan kotak bekal saat sampai di hadapan Darel. Pagi-pagi sekali Gwen membuatkan nasi goreng untuk cowok itu.
Darel melirik kotak itu sekilas. "Gak usah, Lo makan aja," ucapnya langsung mengubah raut wajah Gwen.
"Tapi ini aku buatin buat kamu,"
"Kalau Darel gak mau buat gue aja, Gwen. Lumayan irit uang jajan," tukas Azka menawarkan diri.
Eza menyikut perut Azka, mengingatkan cowok itu untuk tidak salah bicara.
"Ya udah Ka, ini buat Lo aja," pasrah Gwen akhirnya. Ia tidak bisa memaksa Darel untuk menerimanya. Daripada cowok itu kesal dan memarahinya lagi.
"Wiih, seriusan nih? Padahal tadi gue cuma bercanda, lho."
"Serius kok, daripada mubazir."
Mata Azka berbinar, sedikit cowok itu menyicipi makanan yang dibuat Gwen. "Beh, nyesel lo Rel nolak makanan Gwen," ujar Azka, namun tidak dihiraukan.
Gwen baru saja akan pergi tapi pertanyaan Eza menahannya. "Mau ke mana, Gwen?"
"Ke kantin," jawab Gwen.
"Bareng kita aja."
Gwen melirik Darel yang nampak terkejut saat Eza berkata demikian, nampak tidak suka.
"Gak usah deh, Jak. Gue cuma mau beli roti aja kok buat nyemil," tolak Gwen.
"Kalau baru istirahat gini kantin udah kayak konser Gwen, rame. Ntar lo sumpek-sumpekan di sana, mending gue sama Azka aja yang beliin," ujar Eza diangguki setuju dari Azka. Dan tanpa menunggu pendapat Gwen lagi mereka langsung melenggang pergi, meninggalkan Gwen dan Darel berdua dalam kebisuan.
Lorong yang sepi jadi tambah tegang saat dua orang di sana tidak ada yang buka suara. Darel dengan ekspresi masamnya dan Gwen yang berusaha mengalihkan pandangan. Hingga helaan napas terdengar. "Lo jampi-jampi apa temen gue sampai nurut gitu?" tanya Darel sarkas.
Gwen mengernyit. "Jampi-jampi gimana?"
Darel tersenyum miring. "Tingkah lo yang sok tersakiti itu bikin mereka kasihan. Dan lagi-lagi gue yang kena sasarannya, dikira gue ngapa-ngapain lo!"
"Maaf," ujar Gwen menunduk. "Aku gak-"
"Udah gue bilang jangan minta maaf."
Gwen benar-benar bingung dengan pola pikir Darel. Kenapa cowok itu selalu melarangnya meminta maaf?
"Terakhir gue ingetin, jangan bersikap sok baik sama temen-temen gue," ujar Darel lalu berbalik pergi, bersamaan itu juga Azka dan Eza datang dengan seplastik cemilan. Mereka menatap bingung kepergian Darel.
"Ini, cemilan buat ibu negara," ujar Azka memberikan plastik tersebut.
Gwen menerimanya tersenyum. "Makasih ya Ka, Jak." Kemudian ingatannya memutar perkataan Darel tadi. "Lain kali gak usah repot-repot begini. Gue bisa sendiri kok," tukas Gwen beranjak pergi setelahnya.
Azka dan Eza saling pandang, mereka sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi pada pasangan itu. Sebelumnya mereka seperti pasangan paling bahagia hingga akhirnya terlihat nelangsa.
Eza melipat tangan di dada. "Kelakuan temen lo tuh. Sejak kapan dia jadi suka nyakitin cewek?" ujar Eza menatap lurus tempat Darel pergi.
"Temen lo kali," jawab Azka ogah mengakui.
***
Darel mengeratkan kepalan tangannya. Setelah mendapat kabar bahwa Gwen berkelahi dengan teman sekelasnya, ia buru-buru ke tempat kejadian. Sesampainya di sana situasi sudah tegang, dapat Darel tangkap rambut Gwen acak-acakan juga luka cakar di pipi. Entah sudah yang keberapa kali Darel berteriak untuk melerai tapi tidak dihiraukan, mereka terus saling jambak dan cakar-cakaran. Hingga guru BK datang melerai barulah mereka berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darel
Teen Fiction[REVISI] [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Kenalin nama gue Darel. Lima huruf, satu kata, mudah diingat susah dilupakan." Darel. Sebuah nama singkat dan padat. Cowok pintar dalam pelajaran tetapi bodoh dalam perlakuan. Juga cowok yang menyandang sebaga...