Bab 10

9.6K 555 9
                                    

2 tahun sudah berlalu.

Dean.

Pagi ini Dean nampak gagah dengan jas kantornya.

Sekarang Dean sudah resmi memjadi CEO di perusahaan keluarga semenjak lulus kuliah setahun lalu.

Pasti pada bertanya-tanya bagaimana kehidupan Dean tanpa ada Erin???

Jawaban nya adalah hampa.
Dua tahun yang lalu Dean sempat mencari keberadaan Erin karena cemas  Dia yang tak kunjung menemuinya lagi.

Saat datang ke cafe tempat dia biasa bekerja dan menanyakan pada temannya yang bernama Santy dimana keberadaan Erin sekarang.

Bukannya mendapat jawaban, tapi Dean malah mendapatkan tamparan.

"Udah puas lo nyakitin hati sahabat gue. Gara-gara lo gue harus pisah dari sahabat gue satu-satunya." Kata Santy dengan emosi yang menggebu-gebu.

"Saya cuma mau bertanya dimana Erin." Ucap Dean tanpa menghiraukan panas di pipinya.

"Erin sudah pergi, dan lo harusnya senang. Gak ada cewek gila lagi yang terus ngerecokin hidup lo seperti yang lo harapkan." Kata Santy dengan sinis.

Hati Dean sakit mendengar penuturan Santi.

"Kemana dia?" Tanya Dean lagi.

"Gue gak tau, walau gue tau gak akan gue kasih tau lo." Kata Santi dengan tegas.

"Saya mohon. Saya ingin minta maaf padanya." Mohon Dean.

Santi menghembuskan nafas kasar.

"Gue gak tau. Dia gak mau bilang mau kemana sama gue. Yang pasti dia gak akan kembali lagi." Kata Santi dengan serius.

Dean terduduk di kursi cafe itu mendengar ucapan Santi bahwa Erin gak akan kembali lagi.

Dean sadar betul sekarang kalau dia telah jatuh cinta pada Erin. Wanita gila yang sering mengerecoki kehidupannya.

Dan sekarang beginilah keadaan Dean. Harinya hanya di sibukan dengan bekerja. Dean yang dulu dingin kini bertambah dingin.

Tok tok.

Ceklek.

"Pak sepupu anda ingin bertemu." Ucap sekretarisnya pada Dean.

Dean menganggukan kepalanya tanda setujun

"Bro." Alif yang baru masuk ruangan Dean.

"Ngapain kamu kesini?" Tanya Dean dengan nada kurang suka.

"Ck." Decak Alif.
"Teman gue naksir sama lo. Dia mintak gue ngenalin sama lo. Dia cantik kok." Beritahu Alif.

"Gak tertarik." Jawab Dean.

"Coba aja dulu, siapa tahu cocok. Dia gak kalah cantik kok dari Erin lo itu."

"Jangan sama-samain dia sama teman kamu, Erin itu beda." Balas Dean sengit.

"Ck. Dulu aja di genggaman lo sia-siain. Kini orangnya gak tahu dimana rimbanya malah lo kayak gini." Gerutu Alif.

"Udah? Kalau gak ada lagi saya mau meting." Ucap Dean dan pergi keluar meninggalkan Alif begitu aja.

"Dasar balok es." Kesal Alif.

****

Sedangkan di Padang Erin kelihat menangis di ruang tunggu salah satu rumah sakit di kota itu. Di samping Erin ada kedua orang tuanya yang juga nampak menangis seperti Erin.

Ceklek.

Keluarlah pria paruh baya yang memakai jas bewarna putih.

"Bagaimana anak dan menantu saya Dok?" Tanya Mami Erin pada Dokter.

"Maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Nyawa Bapak Radit tidak dapat di tolong lagi."

Semua terisak mendengar ucapan Dokter.

"Kakak saya dan kandungannya gimana Dok?" Sela Erin.

Dokter menghembuskan nafas lelah.

"Pasien harus segera di operasi, sepertinya bayinya harus dilahirkan sebelum waktunya. Jika keluarga pasien setuju maka operasi akan segera di laksanakan." Kata Dokter.

"Lakukan saja yang terbaik Dok."Ucap Dady Erin.

Sedangkan Erin dan Maminya sudah terisak tak kuat mendengar semua ini.

Rina kakak kandung Erin dan Suaminya Radit baru saja mengalami kecelakaan beruntun menyebabkan mereka jadi salah satu korban. Padahal Rina kakaknya Erin sedang hamil besar.

Apa Salah Perempuan Yang NGEJAR ???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang