Author Pov
***"Lo kemana aja?" Kata Santi sambil menangis memeluk Erin.
Mereka sekarang tengah bertemu di suatu cafe dekat gedung-gedung perkantoran
"Lo jahat banget sih, gue kangen tau. Lo gak pernah kasih kabar." Lanjut Santi mengomeli Erin.
Erin terkekeh melihat Santi seperti ini.
"Maaf, gue lupa hubungi lo." Jawab Erin cengengesan.
Drtt. Drrt
Tiba-tiba ponsel Erin berbunyi, memaksa Santy melepas pelukannya dari Erin.
"Sebentar." Kata Erin di angguki Santi.
"Hallo."
"________."
"Iya sayang, Naya udah makan?"
"____."
"Belom tapi ini mau makan sama teman Mama." Kata Erin berbicara di telfon membuat Santy kaget mendengar Erin menyebut diri nya Mama.
"______."
"Ya udah. Jangan nakal ya. Love u."
"_____."
Tut tut.
Erin menyimpan ponsel nya kembali.
"Mama?" Kata Santy tiba-tiba.
"Lo panggil diri lo Mama? Lo udah nikah? Udah punya anak? Wah parah lo, padahal janji nya mau ngirimin gue tiket ke acara nikahan lo." Tanya Santu bertubi-tubi membuat Erin terkekeh.
"Gue mau jawab yang mana?" Kata Erin terkekeh.
"SEMUANYA." Jawab Santy kesal.
"Gue belom nikah." Jawab Erin.
"Terus yang menldon lo siapa?"
"Anak gue." Kata Erin singkat.
"What?"
"Astaghfirulla Erin, sejak kapan lo punya anak di luar nikah. Itu dosa Erin." Kata Santy menekan kan kata-kata nya membuat mereka menjadi pusat perhatian.
"Sssttt." Erin membekap mulut Santy.
Santy terus berontak saat mulutnya terus di bekap Erin. Karena dia merasa harus menasehati sahabatnya ini yang telah membuat dosa besar.
"Gue belum nikah, gue juga belum punya anak KANDUNG ok." Kata Erin menekan kan kata kandung.
Santy terdiam setelah mendengar ucapan Erin. Setelah melihat Santy tenang Erin melepaskan tangan nya dari mulut Erin.
"Maksud lo apaan? Lo angkat anak?" Penasaran Santy.
"Dia anak kakak gue, nama nya Naya. Kakak gue udah koma selama 5 tahun, dan Naya udah menganggap gue sebagai Mama nya." Kata Erin.
Santy reflek menutup mulutnya.
"Terus sekarang kakak lo gimana?" Tanya Santy ikut sedih."Kakak gue baru di pindahin ke rumah di sini udah 5 hari. Gue di sini jaga'in kakak gue." Lanjut Erin.
Santy menganggukan kepalanya.
"Terus dimana anak lo itu?" Tanya Santy.
"Di Padang sama nyokap, dia kan udah mulai sekolah. Jadi gak mungkin ikut le sini."
"Lo di sini tinggal dimana Rin?"
"Di hotel. Kan gue gak punya saudara disini."
"Lo tinggal di Apartement gue aja ya, boros banget tinggal di hotel." Usul Santy.
"Wah hebat ya lo, udah bisa beli Apartemen." Goda Erin.
"Bukan apartement mewah kok Rin, alhamdulilah gaji gue cukup untuk cicil apartement."
Santy sekarang tidak kerja di cafe lagi karena telah kerja di suatu perusahaana di Jakarta setelah tamat kuliah.
"Bagus lah. Gue senang liat lo udah mapan gini." Kata Erin.
"Rin lo gimana sama Dean."
Uhuuuk uhuukK
Erin yang tengah meminum jus miliknya tersedak mendengar pertanyaan Santy.
"Kenapa?" Tanya Santy saat Erin memandangnya horor.
"Lo pernah gak ketemu dia lagi?" Tanya Santy lagi.
Erin menghelakan nafas.
"Seminggu yang lalu, di Padang. Itu pun cuma sekali." Jawab Erin.
Santy menganggukan kepalanya.
"Lo udah move on dari dia kan Rin?"
"Mau nya sih gitu." Bals Erin malas.
"Ternyata belum toh." Kata Santy terkekeh.
"Gue harus ke kantor, jam makan siang udah mau abis. Gue duluan ya, nanti gue kirim alamat apartemen gue." Kara Santy tergesa-gesa memasukan ponsel miliknya ke dalam tas.
"Ok. Hati-hati." Kata Erin.
Tak lama setelah makanan yang Erin pesan habis Erin juga akan.meninggalkan cafe ini.
Saat di depan cafe.
"BruUkK."
"AwwW."
"Aduh."
Kata Erin dan orang itu serentak.
"Kalau jalan pake mata dong mbak." Ketusnya membuat Erin emosi seketika.
"Dimana-mana jalan itu pake kaki bukan pake mata. Lagian yang nabrak situ, situ juga yang marah" Balas Erin tak kalah ketus mendongakan kepalanya pada wanita berpakaian sexy itu seolah menatang.
"Erin." Suara seseorang yang tak asing di telinga Erin.
Deg
"Suara itu." Erin melihat ke atas dimana suara yang memanggilnya.
Deg
Jantung Erin berdebar begitu cepat melihat pria itu adalah Dean. Erin memandang Dean dengan tatapan rindu.
"Dean kamu kenal dia?" Tanya perempuan berpakaaian sexy itu pada Dean.
Tapi Dean tak menjawab malah sibuk saling pandang dengan Erin satu sama lain.
"Dean."sentak perempuan itu.
"I iya." Kata Dean tergagap.
Dean mengulurkan tanganya tepat di depan wajah Erin membantu wanita sexy itu berdiri, dan itu sangat membuat hati Erin sakit.
Erin langsung bediri karena tak mau terlihat menyedihkan terduduk di lantai seorang diri tanpa ada yang membantu dia berdiri.
"Kamu gak apa-apa kan?" Tanya Dean pada wanita sexy yang menabrak Erin seolah tidak memperdulikan Erin yang juga berada di sana.
Erin melihat Wanita sexy itu terlihat senang sekali saat di pehatikan oleh Dean.
"Gak apa-apa kok." Jawab wanita itu.
"Sirik ya mbak liat saya sama pacar saya?" Kata wanita itu memandang sinis Erin.
"Pacar?" Kata hati Erin
Wajah Erin berubah sendu.
"Makanya cari pacar sana. Jangan pandangin pacar saya terus." Kata wanita itu lagi dan langsung memeluk lengan Dean.
Hati Erin terasa teriris mendengarnya, apalagi melihat Dean yang hanya diam saja. Seolah terbiasa dengan sikap agresif dan posesif wanita itu. Tak seperti Dean yang memperlakukan Erin dulu.
"Permisi." Pamit Erin tanpa membalas sikap sinis wanita itu lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/167752160-288-k442595.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Salah Perempuan Yang NGEJAR ???
Casuale"Awas aja kalau dia udah Jatuh Cinta balik sama Gue, GUE BALAS." Erin. "Ya Tuhan kapan saya lepas dari makhluk yang satu itu."Dean