Erin menghapus air mata nya setelah masuk ke dalam taxi."Air mata sialan." Umpat Erin.
"Mau kemana mbak?" Tanya supir taxi itu dan memandang Erin sedimit aneh karena melihat penumpang nya menangis.
"Ke hotel xxxx."
Supir itu mengangguk dan melajukan taxi bya ke tempat tujuan Erin.
Erin merasa terluka karena peristiwa di cafe barusan.
Dia sakit hati melihat Dean yang begitu perhatian pada wanita itu."Kenapa dulu dia gak pernah peduli sama gue seperti dia bersama wanita itu." Kata hati Erin yang tidak rela.
"Dasar Erin bodoh, tentu saja. Wanita itu pacar yang dia cintai. Gak kayak lo Erin" Kata hati Erin lagi.
Erin cemburu sekali melihat kepedulian Dean pada pacar nya, bahkan Erin ingin sekali rasanya melempar wajah Dean dan pacar nya tadi dengan sepatu yang ada di kakinya. Tapi Erin terus menahan emosinya, karena dia tidak lah berhak marah dengan kedekatan Dean dan wanita itu.
Erin menghapus air mata nya dan turun dari dalam taxi setelah membayar ongkos taxi nya.
Di dalam hotel Erin mengemas semua barang nya karena kebetulan Santi sudah mengirim alamat apartement nya yang akan menjadi tempat tinggal Erin sementara selama di Jakarta. Walau berasal dari keluarga yang berkecukupan, Erin tidak mau dengan bosto-boros tinggal di hotel setiap harinya. Awalnya Erin memang sudah berfikir ingin mencari kontrakan tetapi untung saja dia bertemu dengan Santy.
****
Di tempat lain.
Dean termenung memikirkan Erin. Dean bisa merasakan tatapan rindu dari mata Erin. Bahkan tatapan Erin pada dirinya tak pernah berubah sedari masa mereka kuliah dan pacaran dulu."Apa mungkin Erin masih mencintai saya?" Tanya Dean dalam hatinya.
"Tapi kenapa dia malah menikah dan memiliki anak dengan pria lain?"
Dean terus bertanya-tanya dari dalam hatinya.
***
Sekarang hari terus berlalu.
Kesehatan Rina kakak Erin menunjukan kebaikan yang positif.
Sekarang tepat sebulan Rina di rawat di rumah sakit di Jakarta.
Hanya Erin yang menemani Rima, janji sang Mami yang ingin berganti selama seminggu sekali untuk bergantian merawat Rina hanya omong kosong belaka membuat Erin tak habis pikir.
Bahkan sekarang Mami nya menyuruh Erin menjemput Naya ke bandara yang sekarang bersama Mami nya karena Mami Erin ingin berangkat langsung ke Singapura mengikuti sang suami yang tengah ada bisnis di sana."Aku kangen Mama." Kata Naya memeluk Erin yang sekarang sudah berada di bandara.
(Sekedar info ya, Naya sekararan gak cadel lagi, ternyata cepek juga bikin arti dalam setiap kata Naya yang cadel itu.)
"baru satu bulan kita pisah udah kangen aja. Mama itu orang nya ngangenin ya." Kata Erin terkekeh membalas pelukan Naya.
"Gimana kakak kamu?" Sela Mami Erin yang berdiri di samping Naya.
"Udah ada perkembangan."
"Syukurlah."
"Ya sudah, jaga Naya dengan baik. Mami mau nyusul Papi kamu yang udah sebulan gak pulang." Kata Mami Erin dengan nada jengkel membuat Erin terkekeh.
"Jangan-jangan Papi udah ada yang baru kali disana, betah banget lama-lama di Singapur." Canda Erin membuat sang Mami mendelik kesal.
"Awas aja kalau sampai kejadian Mami sunat lagi Papi kamu." Ucap Mami Erin membuat Erin membelalakkan matanya.
"Mami apa-apa'an sih, disini ada Naya."
"Kan kamu yang duluan." Kata sang Mami dengan wajah tak berdosa.
"Yasudah, terserah Mami deh. Hati-hati disana, kalau udah sampai Singapur kabarin Erin."
Mami Erin mengangguk dan pergi chek in setelah sebelumnya memeluk dan mencium anak dan cucu nya itu terlebih dahulu.
"Ayok sayang kita jenguk Bunda di rumah sakit dulu ya." Ajak Erin di angguki Naya.
Setelah tiba di rumah sakit, Erin terus berbicara dengan Naya sesekali menjahili Naya. Saking asiknya bergurau dengan Naya membuat Erin tidak ngeh berpapasan dengan seorang wanita paruh baya yang dulu sempat di panggil nya Bunda.
"Erin, nak." Suara yang membuat langkah Erin berhenti dan membalikan tubuhnya melihat siapa yang memanggilnya.
"Bunda eh Tante." Ucap Erin gugup.
Wanita paruh baya itu langsung memeluk tubuh Erin menghilangkan rasa rindunya."Kamu kemana aja nak? Bunda rindu banget loh sama kamu." Ucap wanita paruh baya itu yang tak lain adalah Bunda Dean setelah melepaskan pelukannya pada Erin.
Belum sempat Erin menjawab tetapi mata Erin tertuju kebelakang tubuh Bunda Dean yang ternyata ada dua orang di belakang nya tampak mesra dengan wanita itu memeluk lengan sang pria.
"Erin pulang ke Padang Bun eh Tante." Gugup Erin mengarahkan pandangannya kembali pada Bunda Dean.
"Jadi kamu asli Padang?"
Erin mengangguk tanpa menjawab.
"Dean kamu kok diam aja, gak kangen ya sama Erin udah lama gak ketemu." Ucap Bunda Dean melirik Dean yang sedang di apit Shonya.
"Dean udah pernah ketemu kok Bun." Jawab Dean datar.
"Lh kok gak kasih tau Bunda sih."
"Eh ini kan mbak yang nabrak aku di cafe kemaren kan Dean?" Sela Shonya yang baru ngeh. Dean hanya mengangguk malas menjawab pertanyaan Shonya.
"Jadi kamu kenal dia, dan Tente juga kenal mbak-mbak ini?" Tanya Shonya melirik Erin tak suka.
"Iya, dia Erin mantan pacar Dean." Jawab Bunda Dean membuat mata Shonya terbelalak.
Shonya melirik Dean Seolah meminta pembenaran. Dean cuma mengangguk mengiyakan tatapan Shonya membuat Shonya jadi bad mood.
"Mama ayo cepat, Naya capek." Sela Naya yang sedari tadi diam membuat dia jadi perhatian Bunda Dean dan Shonya.
"Oo udah punya anak toh." Kata Shonya ada nada kelegaan disana.
"Ini anak kamu? Kamu udah nikah Rin?" Tanya Bunda Dean yang terkejut.
"Iya ini masih anak aku Tante, tepatnya anak Kakak aku. Permisi saya mau jenguk kakak saya dulu. Bunda Naya yang lagi di rawat di sini." Jawab Erin tenang melitik Naya dengan senyum tipis lalu pamit dari ketiga orang itu.
Jawaban Erin barusan membuat Dean menegang.
"Masih anaknya? Anak kakak nya yang lagi di rawat di rumah sakit ini?" Lirih Dean mematung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Salah Perempuan Yang NGEJAR ???
De Todo"Awas aja kalau dia udah Jatuh Cinta balik sama Gue, GUE BALAS." Erin. "Ya Tuhan kapan saya lepas dari makhluk yang satu itu."Dean