Seluruh orang yang ada di ruangan itu terlihat panik saat melihat Reana tergeletak begitu saja di lantai ketika ingin berdiri. Ada yang percaya bahwa ia benar-benar pingsan melihat dari wajahnya yang pucat, ada juga yang tidak percaya kalau. Reana pingsan dan mengganggap itu hanyalah akal-akalan Reana saja agar hukumannya bisa di ringankan.
Siapa pula yang memiliki pikiran sekonyol itu, keputusan hakim tidak bisa di ubah apalagi hakim sudah mengetuk palu 3 kali yang berarti keputusan itu tidak bisa di ganggu gugat lagi. Penjara seumur hidup sudah ada di depan Reana dan Sumarni dan itu tidak bisa dihindari lagi.
"Reanaaaaaa". Teriak Sumarni histeris sambil menggoncang-goncang tubuh lemah yang terbaring di lantai itu. Darah keluar dari sela-sela kaki Reana yang membuat Sumarni menjadi panik. Entah kenapa saat Reana seperti ini, baru sekarang Sumarni begitu peduli pada calon Cucunya.
"Kalian Semua kenapa diam saja, cepat Tolong anak saya!". Teriak Sumarni lagi masih dengan nada emosi yang tidak bisa ditutupinya.
Segera petugas yang berjaga di ruangan itu membawa tubuh Reana ke ruang kesehatan yang ada didalam gedung pengadilan.
15 menit kemudian dokter wanita paruh baya yang bertugas di ruangan itu selesai memeriksa Reana. Waktu 15 menit itu terasa lama bagi Sumarni. Ia merasa kesepian menunggu di luar walau kenyataan ia tidak sendirian di sana karena di temani 4 petugas kepolisian yang menjaga ruangan itu.
Sumarni yang melihat dokter paruh baya itu keluar dari ruangan lesehan segera berdiri dan menanyakan keadaan Reana.
"Bagaimana dok, keadaan anak saya?".
Dokter paruh baya tersebut tersenyum kaku, begitu berat ia memberikan kabar ini kepada Sumarni ataupun Reana tapi ini sudah menjadi kewajiban nya untuk memberitahu kondisi pasien kepada keluarganya.
"Lebih baik kita masuk ke dalam dulu bu, kita tunggu Nona Reana sadar dulu. Baru saya akan memberi tahu".
Dokter paruh baya yang bernama Nita itu mengajak Sumarni masuk ke dalam ruangan yang sama dimana Reana sedang terbaring lemah dengan infus terpasang di tangan kanannya.
"Sshhhh Auuu". Ringis Reana yang baru siuman sambil memegangi kepalanya yang pusing.
"Akhirnya kamu bangun juga nak". Suamarni segera mendekati Reana setelah dokter Nita memeriksa keadaan Reana.
"Apa yang terjadi dengan saya dok? Kenapa saya bisa berada disini?" Tanya Reana bingung.
Dokter Nita tersenyum hangat. Ia segera mencegah Reana yang ingin bangkit dari tidurnya.
Dokter Nita menarik nafas beberapa kali seolah hal yang disampaikan ini begitu berat.
"Dengan berat hati saya harus menyampaikan ini bahwa Nona terdiagnosis terkena kanker serviks, selain itu janin yang ada di kandungan Nona tidak berkembang, maka dari itu harus segera digugurkan agar tidak membahayakan nyawa nona". Reana semakin lemas mendengar diagnosis dokter Nita. Awalnya ia tidak begitu yakin mendengar diagnosis dokter karena menganggap bahwa dokter itu hanya menebak-nebak saja, tapi melihat betapa canggihnya alat kesehatan di ruangan kesehatan itu, keraguannya tentang diagnosis itu menjadi terpatahkan.
"Untuk lebih lanjut lagi, saya akan membuat rujukan ke rumah sakit umum".
"Nggak mungkin dok, anak saya seperti itu! Anda pasti berbohong". Tuduh Sumarni tidak terima. Telunjuknya menunjuk-nunjuk wajah dokter Nita. Dokter Nita berdecak kesal.
"Jika ibu tidak percaya kepada saya coba tanyakan dulu kepada anak ibu, bagaimana riwayat kehidupan seksualnya selama beberapa tahun belakangan ini, apakah dia suka bergonta-ganti pasangan, apakah bermain aman? Saya rasa Nona Reana tahu jawabannya. Saran saya lebih baik segera ditangani di rumah sakit umum karena ini baru stadium awal kemungkinan untuk sembuh itu sangatlah besar". Setelah menutup pembicaraan nya, dengan segera Dokter Nita keluar dari ruangan pengap yang berpenghuni Sumarni dan Reana, padahal suhu AC di dalamnya begitu dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala cinta Membara 18+ ~End
De TodoCerita romantis bergenre dewasa. Sengaja nggak buat sinopsis karena partnya nggak panjang dan konfliknya nggak berat. Yang baca cerita ini jangan lupa baca doa dan minta maaf sama Tuhan agar dosa sama pahala seimbang :) #Salam Cantik dari author