"Kak ini sakit banget! Perutku kayak mau meledak". Teriak Erza yang telah berbaring di brangkar rumah sakit sambil menjambak rambut Dandy dengan brutal.
"Aku juga sakit sayang". Ringis Dandy kesakitan sambil menyeka keringat di dahi Erza. Ia juga sebenarnya tidak tega melihat istrinya kesakitan tapi mau bagaimana lagi itu sudah takdir seorang wanita untuk melahirkan sementara ia menjadi perantara demi terciptanya bayi mungil yang sebentar lagi akan lahir ke dunia itu.
Waktu terasa berjalan begitu lama, sudah 1 jam yang lalu mereka tiba di rumah sakit tapi bayi di perutnya itu Masih bertele-tele untuk keluar, entah apa yang dilakukan bayi itu di dalam perutnya.
"Kak shhh aku udah nggak kuat kak". Ucap Erza putus asa. Nada suaranya terdengar lemah.
"Sabar sayang, kamu nggak boleh ngomong kayak gitu. Kamu Pasti Bisa sayang". Ucap Dandy menyemangati istrinya. Sesekali ia mengecup kening istrinya sebagai pemberi semangat agar istrinya tidak menyerah.
"Ini juga dokter kemana sih dari tadi nggak muncul-muncul!". Ujar Rangga kesal, ia tidak tega melihat Erza terbaring lemah sambil meringis kesakitan. Ia Jadi teringat bagaimana kondisi istrinya waktu melahirkan 3 bulan yang lalu.
"Kak shhhhh". Rintih Erza sambil mengencangkan genggamannya di tangan Dandy mencoba meraih energi yang di berikan Dandy secara tidak langsung.
"Sabar sayang istighfar, istighfar sayang. Aku yakin kamu Bisa". Support Dandy.
Taklama kemudian muncullah dokter wanita berumur 40-an bersama asistennya ke ruang perawatan Erza.
"Selamat sore bapak ibu, maaf atas keterlambatannya. Tadi saya sedang menangani pasien yang berada dalam kondisi gawat darurat". Jelas dokter tersebut.
"Eh dokter emang di rumah sakit ini cuma anda saja yang bertugas, dokter yang lainnya kemana? Anda tidak Tahu bahwa adik Saya ini kesakitan, adik Saya juga membutuhkan pertolongan anda".
Rangga mengeluarkan unek-unek yang telah lama di tahannya. Emosinya tak Bisa di tahan lagi. Sementara Si dokter dan perawatnya mengkeret ketakutan karena ia tahu siapa yang sedang marah itu, Rangga Artasanura. Pemilik perusahaan yang bergerak di bidang properti, makanan, dan perhotelan. Tentu memiliki relasi bisnis dimana-mana, bahkan kabarnya pemilik rumah sakit tempat dokter itu bekerja adalah sahabat Rangga. Makanya jika ia melakukan sesuatu yang salah sedikit saja, pekerjaannya akan menjadi taruhan.
"Ngga, sabar lo nggak liat bini gue kesakitan kayak gini, nanti ajalah kalau lo Mau marah tunggu setelah bini gue ditangani dulu". Ucap Dandy menengahi.
"Dokter, mendingan sekarang anda periksa keadaan istri saya". Perintah Dandy pada sang dokter yang langsung dilaksanakan dokter tersebut.
***
"Jadi bagaimana kondisi istri saya dok?". Tanya David pada dokter yang memeriksa Reana.
"Kandungan istri bapak sangat lemah jika 1 minggu lagi tidak ada perkembangan Maka terpaksa harus digugurkan". Jelas dokter tersebut.
"NGGAK AKU NGGAK MAU GUGURIN KANDUNGANKU, ANAKKU BAIK-BAIK AJA!". Teriak Reana histeris.
"Sayang, tenang dulu".
"Aku nggak Bisa tenang mas, Anak Aku sehat Kok disini, dokter ini gadungan kali pakai bilang dedeknya lemah, kamu sehat Kan dek". Reana bermonolog sendiri mengabaikan David dan Dokter kandungan tersebut.
***
"Ini Baru kontraksi palsu kok bu, kemungkinan 3-4 hari lagi waktu melahirkannya". Ucap dokter yang memeriksa kondisi Erza.
"Apakah istri saya harus menginap disini dok?".
"Saya rasa tidak perlu menginap, istri anda bisa pulang. Oh ya Saya Akan memberikan resep untuk pereda nyerinya dan bisa ditebus di apotek". Dokter itu memberikan resep pada Dandy.
"Dan Satu lagi, istri anda harus banyak gerak untuk mepermudah jalan lahirnya, bisa Jalan kaki dan berenang. Semakin banyak istri anda bergerak maka Akan semakin Bagus".
Dandy begitu khidmat mendengarkan Saran Dari sang dokter, segala sesuatu yang penting ia catat di dalam otaknya. Sesekali ia mengelus perut istrinya yang menendang dengan kencang.
Setelah keluar dari ruang pemeriksaan Dandy, Erza dan Rangga berjalan menuju apotek yang kebetulan berada di lantai yang sama. Dandy begitu posesiv memegangi pinggang istrinya yang sulit untuk berjalan. Sementara Rangga ia berjalan di belakang pasangan suami istri itu, menjadi tameng Dari belakang jika terjadi sesuatu yang tak diharapkan.
Dan benar saja sesuatu yang tidak diharapkan itu muncul, lagi-lagi Dandy dan Erza harus dipertemukan dengan segala sumber masalah dalam kehidupannya. Dari radius 10 meter terlihat Reana dan David berjalan ke arah mereka, Reana yang dengan mesranya menggelendot manja di lengan David walaupun sudah Tua bangka tapi Masih terlihat gagah. Sementara David sesekali ia mencium, mengelus bahkan mengacak rambut Reana penuh kasih sayang.
Dengan cueknya Dandy, Erza dan Rangga berjalan melewati David dan Reana.
"Sayang kamu duduk disini Dulu ya, Aku Mau nebus obat di apotek. Ngga jaga bini gue awas kalo bini gue sampe kenapa-napa bakal gue Potong punya lo".
"Lo udah Minta tolong pake ngancem Pula. Dasar ipar nggak tau diri". Umpat Rangga.
Dandy terkekeh tidak jelas lalu pergi ke apotek meninggalkan Rangga dan Erza yang kini tengah bersenda gurau. Mereka tak menyadari kalau David dan Reana sudah duduk di sebelah mereka.
"Papa". Sapa Rangga pada mertuanya setelah menyadari kehadiran David dan Reana.
"Kenapa kamu disini?".
David bertanya pada Rangga tapi tatapannya itu tertuju pada putri bungsunya yang hanya menunduk sambil mengelus perut besarnya. Tatapan penuh kerinduan seorang Ayah sekaligus kekecewaan pada putrinya.
"oh Rangga nemenin Erza sama Dandy buat periksa kandungannya". Rangga menjawab canggung.
"Papa sendiri kenapa ada disini?"
"Oh Papa juga nemenin mama kamu untuk periksa kandungan".
Jelas David enteng bahkan dengan senyum bangganya itu ia menjawab pertanyaaan menantunya.
"Mama?". Gumam Erza pelan tapi bisa didengar Oleh David.
"Ya kami telah menikah sebulan yang lalu dan saat ini Reana tengah mengandung Anak Saya". Lagi-lagi David menjelaskan semuanya tanpa diminta.
Diam-diam Reana tersenyum licik tanpa sepengetahuan David, tatapannya tertuju ke arah Dandy yang saat ini sudah berdiri di samping Erza membawa bungkusan hitam yang berisi obat.
"Punya uang kamu untuk menebus obat itu? Atau jangan-jangan itu uang Rangga".
Kalimat penghinaan itu muncul Dari mulut Reana, ingin sekali Erza mencabik mulut Reana yang telah menghina suaminya itu jika tidak memikirkan kondisinya yang lagi Hamil mungkin sekarang mulut nenek lampir itu sudah robek.
"Setidaknya uang yang Saya gunakan itu halal". Jawab Dandy santai.
"Ngga lo mau ikut pulang nggak, anak-anak ama bini lo udah nunggu tuh di rumah, gue duluan ya".
Mengabaikan Reana yang sudah kena enceng gondok, Dandy membantu istrinya berdiri lalu membawanya pulang meninggalkan Rangga yang bingung harus bagaimana, disatu sisi ia tidak ingin di cap sebagai menantu kurang ajar disisi lain Ada sahabat dan adik iparnya yang benar-benar membutuhkan bantuannya.
"Pa, Re aku juga mau pulang ya, kasihan istri sama anak-anakku udah terlalu lama ku tinggal".
Setelah berbasa-basi sedikit pada Papa Mertuanya, Rangga pergi menyusul Erza dan Dandy.
10 OKTOBER 2018
Sorry jika kalian menemukan kalimat/bacaan yang agak rancu Sama typonya, harap diberi koreksi atau Saran yang membangun.
Terimakasih 😊😊😊
Aku sayang kalian😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala cinta Membara 18+ ~End
CasualeCerita romantis bergenre dewasa. Sengaja nggak buat sinopsis karena partnya nggak panjang dan konfliknya nggak berat. Yang baca cerita ini jangan lupa baca doa dan minta maaf sama Tuhan agar dosa sama pahala seimbang :) #Salam Cantik dari author