Part 17

1.1K 47 2
                                    

Part17

Keesokan harinya... Keluarga ndalem mengantarkan Gus Azka dan saudaranya-saudaranya ke bandara. Sebenarnya Azkya tak ingin ikut tapi karna permintaan dari Neng selvi sendiri kepadanya maka Dia mau gak mau harus ikut ke bandara.

"Ustadzah Azkya gak papakah?" tanya Neng Selvi yang memperhatikan Azkya sedari tadi yang murung. Azkya hanya mengangguk dan tersenyum meskipun hanya sekedar senyuman paksaan itu lebih baik untuk menutupi semua lukanya.

Azkya diam-diam melirik ke arah Gus azka yang duduk disebelah Gus hafidz, laki-laki itu nampak tak terlihat sedih atas perpisahan antara dia dan dirinya. Mungkinkah ini cara agar Azkya mulai melupakannya?
Entahlah.. Azkya hanya bisa menundukkan pandangannya untuk mengalihkan rasa sakitnya saat ini.
....

Setelah sesampainya di bandara, Azkya dan Neng selvi berpelukan sebagai tanda perpisahan mereka.

"Selvi pasti akan kangen banget ke ustadzah azkya" ucap Neng selvi yang masih didekapan Azkya.

"Saya juga neng" balas Azkya.

Waktu sudah menunjukkan mereka untuk lepas landas itu artinya mereka harus pergi, dengan terpaksa Neng selvi melepaskan pelukannya dari Azkya dengan air mata yang terus saja berderai dari matanya.

"Ustadzah jangan lupa mampir ke pondok ya" pesan Neng Selvi.

"Insyaallah neng kalau saya punya waktu luang saya akan sempatkan mampir ke sana" balas Azkya mengiyakan pesan dari Neng selvi.

"Ana pamit dulu ya" pamit Gus Azka tiba-tiba membuat Azkya begitu terkejut. Untuk apa Gus Azka berpamitan kepadanya?
Bukankah Zaidah yang harus Dia pamiti kenapa malah dirinya?
Ada apa ini ya robb??

"Zaidah Ana pamit dulu ya, jangan lupa pesan ana" pamit Gus Azka ke Zaidah.

"Siap Gus.. Pasti aman terkendali kok" balas Zaidah. Gus Azka tersenyum kepada Zaidah dan entah kenapa luka hatinya kembali terkuak ketika melihat ke akraban mereka.
'Adhuhhh.. azkya kamu ini kenapa?, kamu sudah tak berhak cemburu lagi seperti ini karna Gus Azka itu sudah memiliki calon istri dan itu saudara kamu sendiri' batin Azkya membodohi dirinya sendiri.
....

Setelah mengantarkan Gus Azka dan saudara-saudaranya ke bandara. Azkya duduk termenung di ruang tamu sendirian. Pikirannya saat ini tak tentu arah, pikiran tentang Gus Azka selalu memenuhi otaknya, kenapa Dia harus terus sama memikirkan Gus Azka padahal Dia tahu kalau Gus Azka akan dimiliki orang lain?

"Dek Azkya" panggil Gus Ridwan. Azkya mendongakkan kepalanya, Gus Ridwan dan Neng karimah berdiri di hadapannya. "Ada apa?" tanya Gus Ridwan sembari duduk disebalahnya, begitu pula dengan Neng karimah juga duduk disamping kirinya.

"Gak ada apa-apa mas" jawan Azkya.

"Adek jangan pernah bohongi Mas, Mas kenal Kamu betul, jadi cerita sama mas ada apa dengan adek sekarang ini?" sahut Gus Ridwan yang tahu jika Azkya berusaha menutupi semua perasaannya kepada sahabatnya waktu belajar di kairo tersebut.

"Iya Adek azkya, cerita sama Mas dan Mbak. Biar kami tahu apa yang kamu rasakan saat ini?" setuju Neng karimah agar Azkya berbicara semua perasaannya kepada mereka berdua.

Azkya menceritakan semua perasaannya kepada Mas dan Neng iparnya, mulai dari pondok dahulu sampai perasaannya detik ini yang masih tersimpan rapi di hatinya. Gus Ridwan tersenyum mendengar semua curhatan dari Adik semata wayangnya, Dia begitu lega dengan apa yang terjadi selama ini. Mungkin apa yang Dia putuskan ini akan membuat hati Azkya kembali tersenyum.

"Adek harus gimana Mas, Neng?" tanya Azkya setelah menutupi semua curahan hatinya.

"Adek cinta itu tak harus memiliki, seberapapun Kamu menyimpan satu nama dihati kamu tapi Dia bukan yang terbaik untuk kamu relakan Dia, mungkin Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari ini" nasehat Gus Ridwan kepada Azkya. Azkya mengangguk mengerti dengan semua nasehat Gus Ridwan barusan.

Cinta Dalam Istikhoroh 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang