Bimbang...

1.4K 95 2
                                    

"kak! Kak Ali, kak Nasya bangun! Udah jam pulang sekolah ini" ujar salah saja penjaga UKS kepada kedua insan yang sedang tertidur itu. Ali menggeliat perlahan. Lalu membuka matanya.

"Hmm? Kenapa?" Tanya Ali sambil mengumpulkan nyawa, tapi masih tetap dalam posisinya.

"Itu..., Ini udah jam pulang sekolah kak! Dan ini tas kak Ali sama kak Nasya." Jawab pengurus UKS tersebut.

"Oh ya udah makasih, sekarang Lo boleh pergi. Gue mau bangunin Nasya dulu!" Titah Ali sambil menatap Nasya yang masih nyenyak tidur. Pengurus UKS tersebut langsung pergi dari UKS.

"Nasya! Bangun sya, udah waktunya pulang!" Kata Ali mencoba membangunkan Nasya. Nasya menggeliat terusik tak nyaman.

"Hey, ayo bangun sya! Kita pulang!" Ucap Ali kembali sambil mengelus kepala Nasya. Dan itu berhasil, Nasya bangun dan masih mengumpulkan kesadarannya.

"Hoam! Ada apa sih Li? Nasya masih ngantuk!" Ucap Nasya masih setengah sadar.

"Ayo pulang! Ini udah waktu jam pulang!" Jawab Ali sambil mengambil tasnya dan tas Nasya di lantai.

"Tapi nasya masih capek Li!" Rengek Nasya. Ali hanya menghela nafas dan harus lebih sabar rupanya. Alipun akhirnya terpaksa menggunakan cara ampuhnya.

"Sayang, aku tau kamu capek! Mangkanya ayo pulang, kamu istirahat di rumah! Kalo kita masih disini nanti sampe malem? Kita dikunciin gerbang loh! Ayo pulang!" Bujuk Ali sambil mengelus rambut Nasya

"Em iya deh ayo pulang!, Udah capek banget Nasya tuh!" Ucap Nasya.

Akhirnya keduanya pulang bersama, Ali mengatakan Nasya sampai depan rumahnya lalu meneruskan mobilnya menuju rumahnya sendiri.

Malam harinya.....

"Li! Ali!! Ngapain Lo sendirian aja disini? Entar kesambet loh!" Ujar mika teman Ali.

"Eh elo mik? Mana tuh si Brian? Gak ikut kesini?" Tanya Ali.

"Dia pergi sama pacar barunya katanya!. Eh iya, gimana hubungan Lo sama cewek gendut itu?" Tanya mika sambil menaik turunkan alisnya.

"M-maksud Lo Nasya?" Tanya Ali gugup.

"Ya iyalah! Masak Mpok Minah yang jualan es serut di jembatan Sono!" Mulai deh penyakit mika kumat. Ali berdecak tak suka.
-"gimana?! Lo udah Sampek mana mainin dia?" Skak Matt, Ali bungkam. Bimbang, apa yang harus ia jawab, apa yang harus ia lakukan? Ia frustasi Sekarang.

"Oooo jangan jangan Lo beneran suka ya sama tuh cewek?. Hahahaha... Siap siap aja Li, 2 mobil Lo relain buat gue sama Brian. Waktu Lo buat mutusin dia tinggal 2 bulan Li. 2 bulan!" Ujar mika mencoba memanas manasi Ali.
Benar saja, wajah Ali mendadak merah padam mendengar ucapan Mika. Akhirnya Ali memutuskan untuk pergi ke kamarnya tanpa mengatakan sepatah katapun.

Ali's POV.

Aku dikamar sendiri menikmati pemandangan langit malam yang indah, dimana bintang-bintang bersinar terang, dengan bulannya yang senantiasa menemani. Aku keinget waktu dia bilang dia pingin satu bintang di angkasa itu. Tuhan!! Betapa lucunya dia? Betapa polosnya dia? Tuhan!! Sanggupkah aku untuk berpisah darinya? Dari tingkah konyolnya? Dari manjanya? Bahkan dari senyum dan tawanya?.

Walaupun dulu aku sangat membencinya, tapi sekarang semua seperti terbalik. Rasa ini muncul, rasa nyaman itu muncul tak tertahankan. Walaupun rasa ini belum bisa ku sebut dengan cinta, tapi aku sudah mulai nyaman dengannya.

Tak terasa, untuk pertama kalinya air mataku jatuh menetes, sakit, bimbang, itu yang aku rasakan. Bagaimana bisa aku membuat perjanjian bodoh seperti itu?

Late to Realize (Fat Girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang