Part 30

120 26 26
                                    

"Noona, kenapa kau mual terus sepanjang pagi?" tanya Dongwoon cemas.

"Enggak apa-apa," jawab Hareun sambil meraih botol berisi air mineral di depannya. "Aku hanya belum sarapan."

"Kenapa? Biasanya kan kau tidak pernah melewatkan sarapan. Kau bangun kesiangan?"

"Bukan. Aku hanya... sedang enggak ingin sarapan."

"Tapi kau tidak bisa membuat perutmu kosong begitu. Kau ingat pernah dirawat di rumah sakit berhari-hari karena lambungmu?" Dongwoon melirik jam tangannya. "Sudah pukul setengah dua belas. Kita keluar makan saja, yuk!"

Dongwoon bangkit. Hareun baru hendak menolaknya, tapi ia mengurungkan niatnya begitu melihat Junhyung muncul dari arah tangga.

"Kau baru datang, Hyung?" sapa Dongwoon sambil berjalan menuju mejanya.

"Aku hanya ingin memberikan ini padamu." Junhyung mengeluarkan sebuah map dari tasnya lalu menyodorkannya kepada Dongwoon.

"Hyung, kenapa tanganmu gemetaran begitu?" tanya Dongwoon sambil menyimpan map itu di lacinya.

"Enggak apa-apa. Aku hanya lapar," jawab Junhyung dengan wajah malu-malu. "Ibuku sudah memasak untukku, tapi tadi aku berangkat pagi-pagi sekali. Jadi aku enggak sempat sarapan."

"Kenapa kalian berdua sama-sama tidak sarapan? Kalau begitu, kita makan bersama-sama saja," ajak Dongwoon. Junhyung menoleh dengan canggung ke arah Hareun.

"Ah, kalian pergi saja. Aku akan turun dan melanjutkan pekerjaanku," tolak Hareun cepat. Namun, Dongwoon langsung menyelanya.

"Tidak, tidak. Aku tidak ingin kau masuk rumah sakit lagi."

Dalam waktu singkat, mereka sudah berada di dalam mobil Junhyung. Hareun merasa canggung karena Dongwoon memaksanya untuk duduk di depan bersama Junhyung.

"Kalian ini kenapa sekarang jadi malu-malu seperti ini? Biasanya kalian mesra sekali. Kalian jadi tidak terlihat seperti pasangan yang akan menikah," goda Dongwoon.

"Yah, Dongwoon-ah," panggil Junhyung sambil melirik Dongwoon dari rear mirror. "Kami bukan pasangan. Aku hanya bersedia menikah dengannya jika itu memang salah satu cara agar dia bisa tinggal. Tapi kalau dia memang enggak berniat tinggal di sini, tentu saja aku enggak akan menikahinya."

Baik Dongwoon maupun Hareun tidak menyahut. Hareun hanya memandang keluar jendela. Ia tidak pernah mengatakan bahwa ia sudah membuat keputusan. Junhyung yang menawarkan diri dan dia pula yang memutuskan untuk tidak jadi menikahinya. Namun, kenapa rasanya Hareun yang berbuat salah di sini?

Mereka memesan mie dengan kuah ayam dalam porsi besar. Sebenarnya Hareun sungguh-sungguh tidak berselera makan, tapi ia merasa tidak enak karena Dongwoon terus mengkhawatirkannya.

"Aku ke toilet sebentar," kata Dongwoon sambil bangkit lalu pergi meninggalkan Hareun berdua saja dengan Junhyung.

Hareun pura-pura mengaduk kuah mienya dengan canggung. Kesunyian di antara mereka berdua membuat Hareun ingin menyusul Dongwoon—maksudnya, pura-pura pergi ke toilet juga.

"Kau enggak sarapan tadi pagi?" tanya Junhyung tiba-tiba. Hareun menoleh sekilas ke arahnya lalu hanya mengangguk sebagai jawaban. "Kenapa?"

"Enggak apa-apa," gumam Hareun.

"Selama ini aku tidur di rumah ibuku, kau enggak perlu cemas. Kau bisa tinggal seperti biasa di rumahku," kata Junhyung sambil mengelap mulutnya dengan tisu. "Ah, apa akhir-akhir ini ada laki-laki yang mengantarmu pulang?"

Hareun mendongak ke arah Junhyung dan kembali mengangguk. "Semalam Gikwang mengantarku."

"Lalu malam-malam sebelumnya? Mungkin Joonie Hyung?"

When I Miss You (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang