Part 14

164 30 27
                                    

Malam itu Junhyung sedang sibuk membaca setiap artikel untuk minggu ini di laptopnya. Kemudian ia melirik ponsel di sebelahnya yang berbunyi. Awalnya Junhyung enggan mengangkat teleponnya, tapi dilihatnya nama Lee Joon di layar. Akhirnya ia meraih ponselnya.

"Halo?"

"Junhyung-ah, Aruna sudah pulang?" tanya Lee Joon tanpa basa-basi.

"Belum," jawab Junhyung. "Kukira dia pergi denganmu."

"Sudah empat minggu aku enggak bertemu dengannya. Padahal aku sengaja mengosongkan waktuku supaya bisa bertemu dengannya, tapi dia selalu menolak bertemu denganku dengan alasan ada urusan penting. Bahkan beberapa hari ini dia enggak menjawab teleponku."

"Ya... Siapa tahu memang dia ada urusan," balas Junhyung sambil memutar-mutar pulpen di tangannya.

"Menurutmu dia punya pacar lain?"

"Pacar lain?" ulang Junhyung. Ujung bibirnya terangkat. "Ya, bisa jadi dia menghabiskan waktunya dengan Yoseob atau Gikwang. Mereka yang paling berpotensi untuk menjadi pacarnya Hareun."

"Yah, kau minta dipukul?"

Junhyung hanya tertawa.

"Kau yakin kau enggak sedang bersamanya sekarang?"

Junhyung berdecak tidak sabar. "Tidak ada, Hyung, dia belum pulang. Kalau tidak percaya, kau bisa ke sini untuk memeriksanya sendiri."

Junhyung melirik jam di dinding. Sudah pukul sepuluh malam. Hareun tidak pernah pulang selarut ini.

"Ini sudah terlalu malam. Aku akan mencoba menghubunginya," kata Junhyung.

"Kabari aku!" kata Lee Joon cepat sebelum telepon terputus.

Junhyung mencoba menghubungi Hareun, tapi nomornya tidak aktif. Ia meletakkan ponselnya kembali ke meja lalu mencari kunci mobilnya di antara tumpukan kertas di sampingnya. Junhyung bangkit lalu pergi ke kamarnya untuk mengambil dompet dan menemukan kunci mobilnya di sana. Ia baru saja keluar dari kamarnya ketika melihat Hareun sedang melepas mantelnya di depan pintu masuk.

"Hareun-ah," panggil Junhyung sambil buru-buru menghentikan Hareun yang hendak melepas blus yang dipakainya.

Hareun memandang Junhyung selama beberapa saat. Kemudian ia tersadar dan buru-buru menutupi bagian depan blus yang beberapa kancingnya sudah terbuka.

"Enggak usah mandi, sudah malam. Besok pagi saja," kata Junhyung sambil memungut mantel dan tas Hareun di lantai.

"Enggak bisa. Aku harus mandi. Aku kotor," gumam Hareun sambil melangkah ke kamar mandi.

"Aku tahu, tapi..." Junhyung tidak melanjutkan kata-katanya karena Hareun menutup pintu kamar mandi. "Ah, dia melupakan handuknya lagi."

Junhyung pergi ke kamar dan keluar membawa handuk untuk Hareun lalu menggantungnya di kenop pintu kamar mandi.

~***~

Entah sudah berapa lama Hareun merebahkan kepalanya di meja sambil memandang dinding kubikelnya. Gedung itu sudah kosong, sementara Hareun tetap berada di tempatnya. Ia terlalu takut melakukan apapun, baik pulang ke rumah, maupun tetap berada di kantor. Bae Yongchun akan selalu mengetahui gerak-geriknya dan kini Hareun merasa berada dalam cengkeraman pria itu.

Hareun meraih ponselnya lalu memandangi layarnya. Apa yang bisa ia lakukan agar terbebas dari hukuman lain yang akan diberikan oleh Yongchun hari ini? Hareun tidak mengerti mengapa pria itu selalu ingin menghukumnya, padahal dia tidak pernah melakukan apa-apa.

Mata Hareun melebar saat ponselnya menyala dengan nama Joonie Oppa~ muncul di layarnya. Sudah beberapa minggu ini Hareun menghindari Lee Joon. Ia tahu hal ini akan membuat Lee Joon terluka, tapi ia tidak ingin Lee Joon terlibat masalah karena dirinya. Hareun mengusap layar ponselnya setelah panggilan tadi terputus. Haruskah ia menghubungi Yoseob?

When I Miss You (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang