Part 32

146 30 59
                                    

Hareun tersenyum. Ia baru saja memimpikan hal yang akhirnya membuatnya bahagia setelah bulan-bulan yang berat ini. Akhirnya Hareun bermimpi bersama Gikwang lagi, bisa memeluknya lagi, bisa menciumnya lagi, dan semua terasa begitu nyata.

Hareun membuka matanya dan merasakan lengan yang melingkari lehernya. Hareun sempat merasakan panas dingin setelah menyadari ada pria yang tidur di balik punggungnya. Itu bukan lengan Junhyung, Hareun tahu karena tidak ada tato di lengan itu. Ia berusaha mengingat-ngingat kejadian semalam dan yang terakhir diingatnya adalah ia berciuman dengan Lee Joon di mobilnya.

Hareun kembali mengamati lengan itu. Ini bukan lengan Yongchun—pria itu juga memiliki tato di lengan—dan itu membuat Hareun lega, walau ia harus meminta maaf pada Lee Joon nanti karena menjadi pelampiasannya. Namun, Hareun dapat mencium aroma yang sangat dikenalnya. Apakah dia masih bermimpi? Hareun memegangi lengan satunya yang melingkari pinggangnya. Ia merasa aman dan nyaman berada di sini dan tidak ingin buru-buru terbangun dari tidurnya.

"Kau sudah bangun?"

Perlahan Hareun berbalik ke arah pria itu lalu mendongak. Dadanya terasa nyeri sekaligus bahagia melihat wajah Gikwang yang sedang tersenyum ke arahnya. Hareun mendekap Gikwang dan merebahkan kepala di dadanya yang telanjang. Selama ini ia selalu terbangun dalam keadaan sedih setiap kali memimpikan Gikwang. Kali ini ia berharap tidak perlu bangun. Ia ingin berada di pelukan itu selamanya, jika hanya luka yang didapat ketika bangun nanti.

"Kau sudah merasa lebih baik?" tanya Gikwang lagi.

"Aku enggak pernah merasa lebih baik dari ini." Hareun menjulurkan tubuhnya untuk mengecup bibir Gikwang yang kemudian menahan senyumnya.

"Semalam kau berbeda sekali saat mabuk. Aku enggak tahu itu karena alkohol atau memang alam bawah sadarmu yang bisa membimbingmu sampai ke rumahku."

Hareun menatap Gikwang yang kini mengusap-ngusap pipinya. "Apa maksudmu aku mabuk? Aku benar-benar berada di rumahmu?"

Gikwang mengangguk. "Aku enggak tahu bagaimana caranya kau bisa sampai kemari, tapi aku senang kau datang. Walaupun kau membuatku jadi enggak tidur semalaman."

Hareun ternganga. "Jadi ini bukan mimpi?"

"Bukan. Kenapa kau mengira ini mimpi?"

Hareun terbelalak begitu menyadari mereka berbaring berpelukan di sana tanpa memakai pakaian. Ia langsung bergerak menjauh, tetapi Gikwang memegangi pinggangnya.

"Ada apa? Kenapa kau kaget begitu?" tanya Gikwang sambil menarik Hareun ke arahnya. Namun, Hareun menahannya dengan memegangi dada Gikwang.

"Apa... apa yang terjadi semalam? Kenapa aku bisa ada di sini?" tanya Hareun gugup.

"Apa lagi? Kau datang lalu memintaku menciummu, lalu memintaku membuka pakaianmu, lalu..." Gikwang terdiam. "Lalu kau bilang kau merindukanku."

Hareun menutup wajahnya dengan kedua tangan. Perasaannya campur aduk dan ia tidak berani melihat ke arah Gikwang. "Jadi... kita melakukannya?"

"Ada apa denganmu? Ini kan bukan pertama kali kita melakukannya," kata Gikwang sambil melepaskan tangan Hareun dari wajahnya.

Gikwang bangkit, membuat selimut yang menutupi tubuhnya merosot. Hareun memalingkan wajah dari pemandangan di balik selimut itu.

"Hareun-ah, kau benar-benar enggak ingat yang terjadi semalam? Apa kau pergi minum-minum?" tanya Gikwang.

Hareun terdiam. Mana mungkin dia menceritakan bahwa sebenarnya dia melarikan diri dari Yongchun? "Aku... semalam aku hanya minum koktail. Katanya itu minuman buah."

"Ya, itu memang minuman buah, tapi ada yang mengandung alkohol."

Hareun menepuk dahinya. Pantas saja dia merasa aneh setelah meminumnya semalam. Ditambah obat perangsang... astaga, apa saja yang sudah dia lakukan di depan Gikwang? Hareun teringat saat ia pertama kali terkena pengaruh obat itu dan menggila di depan Junhyung.

When I Miss You (HIGHLIGHT FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang