Keputusan

216 14 0
                                    

Sang dewi malam menampakan sinar terangnya. Nara yang saat ini duduk di balkon kamarnya mencoba menikmati suasana dengan keindahan bulan dan bintang yang menghiasi langit malam. Semilir angin menerpa tubuhnya membuat sedikit menggigil.

Suara deringan telfon menelusup ke indera pendengarannya. Melihat si kontak nama penelfon membuat senyum gadis ayu itu mengembang. Segera ia menggeser tanda hijau, dan mengangkatnya.

"Yobeoseyo?"

"Yobeoseyo Chagi"

"Ada apa menelfon" tanyanya.

"Tebaklah Chagi," jawabnya disertai kekehan di sebrang sana.

"Akh! Pasti kau merindukanku kan Oppa?" tebak Nara percaya diri.

"Haha,, kau peka sekali. Ya, aku merindukanmu Chagi" kata Winwin.

Jangan tanya Nara sekarang semburat merah sudah tercetak jelas di wajahnya.

"Oppa, aku juga rindu denganmu." kata Nara.

"Aku akan memelukmu."

"Ha? Mana bisa Oppa?" tanya Nara heran," Kitakan jauh."

"Bisalah. Memeluk bayanganmu haha." canda Winwin.

"Wae Oppa? Itu tidak lucu."

"Haha,, kau sedang apa, tidak belajar lagi?"

"Aku sudah selesai belajar Oppa."

"Hem. Semoga besok ujianmu lancar ya."

"Eum ne Oppa gomawo."

"Chagiyaa?" panggilnya lirih.

"Wae Oppa?"

"Apa kau akan sedih jika aku jauh darimu?" tanyanya tiba-tiba.

"Tentu saja Oppa. Memang ada apa?" renyit Nara.

"Eumm,, Chagi aku sudah memutuskan untuk,,," jedanya.

"Untuk apa Oppa?"

"Aku memutuskan untuk melanjutkan studyku ke China" ujarnya lemah.

Raut Nara sontak kaget, pikiran aneh mulai bersarang di pikirannya. Kekasihnya akan kuliah di China?

"Apa? Oppa kenapa seperti itu? Apa tidak bisa kuliah di sini saja?" ucap Nara dengan nada melemah juga.

"Chagi maafkan aku. Kumohon jangan bersedih."

"Sebenarnya ini perintah eomma. Dia menyuruhku pindah ke sana. Dia juga ingin aku menangani bisnisnya bersama Appa di sana" lanjutnya lagi.

"Apa Oppa? Eomma mu?"

"Iya Chagi. Memang kenapa?"

"Ani, aku takut Oppa. Apa eomma mu masih membenciku? Apa dia akan memisahkan kita?" cecar Nara.

"Chagi kau jangan berfikir seperti itu. Tidak akan ada yang memisahkan kita, paham?"

"Maaf Oppa."

"Besok kita bertemu. Kau jangan bersedih aku sangat mencintaimu. Tidurlah ini sudah malam, jaga kesehatanmu."

"Iya Oppa. Aku juga mencintaimu. Kau juga tidurlah. Selamat malam." ucap Nara.

"Selamat malam putri mimpi yang indah." balas manis Winwin.

Ketika sambungan telfon itu terputus pikiran Nara masih berkecamuk ke mana-mana. Rasanya ada titik yang sakit di dadanya. Ia merasa sedih dengan keputusan Winwin, dan yang membuatnya sedih lagi adalah ibu Winwin yang menyuruhnya pindah. Apa itu salah satu cara untuk memisahkannya dengan Winwin?

Semua pemikiran itu bergelut di otaknya, ia takut semua yang ia pikirkan ini menjadi nyata.

CHINESE BOY | Dong Si ChengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang