EPILOG

378 19 5
                                    

Upacara kelulusan sudah dilangsungkan dua hari yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Upacara kelulusan sudah dilangsungkan dua hari yang lalu. Dan kini sesuai rencana Winwin akan pergi ke China pada hari ini. Ia akan kembali ke tempat kelahirannya dan melanjutkan studynya di sana.

Ibu Winwin dan beserta sang kekasih, Nara yang mengantar Winwin di bandara saat ini. Ibu Winwin dengan mata sinis dan keangkuhannya selalu menatap Nara dengan sorot mengintimidasi.

Sedangkan Nara mencoba tegar untuk melepas Winwin pergi ia tidak terlalu menggubris tatapan amarah dari ibu Winwin untuknya. Winwin yang berada di sampingnya kini menggenggam tangannya, ia tersenyum ke arah Nara.

"Jangan sedih"ucapnya.

"Ani, aku tidak akan sedih Oppa. Kau harus jaga kesehatan di sana. Aku akan selalu menunggumu di sini" balas Nara ikut tersenyum.

"Kau juga jaga kesehatan, kalau aku tidak mengabarimu kau jangan berfikir negatif aku akan sangat sibuk di sana. Kau paham?"

"Iya, aku mengerti."

"Si Cheng,"

Itu suara ibu Winwin memanggilnya, Winwin berbalik menatap ibunya yang berada di belakangnya.

"Eomma tidak bisa berlama-lama di sini. Ada jadwal rapat 15 menit lagi. Setelah kau sampai nanti hubungi Eomma."ucapnya.

"Baik Eomma, Eomma baik-baik di sini. Hati-hati juga di jalan." kata Winwin.

Ia lalu berjalan ke arah ibunya dan memeluknya singkat.

"Ok, aku pergi dulu." pamitnya berlalu dari bandara dengan para pengawal berjas hitam di belakangnya.

Winwin kembali menghadap Nara yang berdiri menatap kepergian ibunya. Ia menghampirinya, gadis yang akan ditinggalkannya entah sampai kapan waktu akan mempertemukan mereka kembali.

"Oppa, apa eommamu tidak suka keberadaanku di sini?" tanyanya menunduk.

"Kau bicara apa? Eomma pergi karena ada rapat dengan kliennya. Kenapa kau berfikir seperti itu?"

"Aku takut keberadaanku di sini mengusiknya Oppa."

Winwin mencoba mengangkat kepala Nara yang menghadap ke bawah.

"Na-yya, kau tak usah memikirkan sikap eomma. Suatu saat nanti eomma pasti akan menerimamu, aku yakin. Jangan cemas, aku ingin kau tersenyum. Yaa mana senyummu?"

Winwin menaikkan-naikkan pipi gembul Nara.

"Oppa aku mencintaimu" kata Nara menatap Winwin penuh harap.

"Nado, aku juga mencintaimu Chagi."

Senyum Nara kini mulai mengembang. Ia bahagia memiliki pria di hadapannya ini, pria yang ia kagumi selama 2 tahun kebelakang. Masih seperti mimpi untukknya, mimpi yang indah bak di negeri dongeng ia seperti tuan putri dan Winwin adalah pangerannya.

Lamunannya menjadi buyar saat mendengar operator bandara yang mengumumkan keberangkatan.

"Chagiyaa aku pergi. Jaga dirimu baik-baik. Aku mencintaimu, aku tau hubungan jarak jauh akan menyakiti salah satu diantara kita, tapi yakinlah ini semua demi kita juga. Aku akan belajar dan saat aku sukses aku akan datang menemui Bibi dan akan melamarmu nanti. Tunggu aku kembali Chagi" kemudian mengecup kening Nara cukup lama.

Ucapan Winwin membuat mata Nara mulai berkaca-kaca, ia terharu mendengar ungkapan Winwin. Sudah seserius itukah Winwin dengan hubungan mereka? Dengan kata itu juga Nara harus berusaha selalu mengerti keadaan Winwin nanti. Ia tidak boleh menjadi kekasih yang mengekangnya, curiga, dan bahkan ia harus membuang sifat egoisnya. Semua demi kebaikan hubungannya nanti.

"Ne Oppa. Aku akan menunggumu di sini, tempat ini, seperti saat aku mengantarmu sekarang"

"Aku pergi" melepas tautan tangan mereka.

Winwin menarik kopernya dan melangkah untuk pergi. Ketegaran yang sedari tadi Nara bangun untuk tidak mengeluarkan air mata sepertinya akan runtuh. Sesak di dada melihat langsung kepergian Winwin.

"Oppa!!!" teriaknya.

Kemudian dengan setengah berlari ia menghampiri Winwin yang sudah setengah perjalan untuk masuk. Merasa terpanggil Winwin pun menoleh. Satu kecupan singkat ia dapatkan dari bibirnya.

"Selamat jalan Oppa."






Dan sekarang pesawat yang ditumpangi sang kekasih sudah lepas landas, dengan bayangan yang semakin kecil di pandangannya. Nara berharap yang terbaik untuk hubungannya nanti.

Dimulai dari hubungan hoobae dan sunbae , dipertemukan oleh ketidaksengajaan, hujan menjadi saksi jembatan atas cinta keduanya.

Dan mungkin mencintai secara sepihak tak akan menyakitkan jika seseorang itu akan membalasnya suatu saat. Kita hanya perlu menunggu takdir membawamu untukknya, jika dia takdirmu pastilah dia akan membalas kasih yang kau berikan padanya.

Sebaliknya jika kau lelah menunggu tuntunlah dirimu agar melupakannya. Bukalah lembaran baru bangun percaya dirimu, motivasi hatimu untuk bangkit.

Percayalah datangnya suatu perasaan cinta kadang berawal dari suatu yang tak kita sengaja temui, yang awalnya tak saling kenal menjadi semakin dekat, dari saling membenci lalu menjadi rasa sayang.

Tuhan yang menciptakan rasa pada diri manusia sepantasnya kita dapat mengendalikannya dengan sebaik dan sebijak mungkin.

CHINESE BOY | Dong Si ChengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang