Pengakuan

286 18 3
                                    

Lagi. Nara saat ini berada di tempat yang akan didatanginya saat jam istirahat tiba. Perpustakaan, mungkin perpus sudah jadi tempat favorit bagi siswa rajin seperti Nara.

Meski perasaannya dikatakan sedang tidak baik tapi baginya belajar adalah yang utama. Dan, selain itu belajar mungkin akan membuatnya melupakan masalah yang tengah ia hadapi saat ini. Semoga saja.

Selesai merangkum materi dari buku di perpustakaan ia berniat mengembalikkannya ke tempat semula. Sedetik setelah sampai di rak buku ia teringat kebersamaannya dengan sang sunbae ketika dia merengek agar Nara tak marah padanya.

Dua bulir air mata pun jatuh di pipinya. Dadanya terasa sesak saat mengingat apapun tentang Winwin. Ia tak sanggup menahan diri untuk tak bertemu dengannya. Tapi, satu hal yang membuatnya takut adalah janjinya pada nyonya Dong. Anyang adalah impiannya. Bagaimana jika benar ia akan dikeluarkan kalau tetap bersama Winwin?

^^

Nara kini sudah keluar dari perpus karena bel masuk akan berbunyi 5 menit lagi. Tak disangka ia harus berpapasan dengan geng siswa populer. Ia sudah panik takut akan bertemu Winwin lagi. Namun, setelahnya ia bingung karena dilihatnya Winwin tidak bersama mereka.

Ada rasa lega di hatinya saat mengetahui itu. Tanpa menghiraukan dua orang pemuda itu. Nara mempercepat langkahnya sebelum terlambat masuk kelas.

"Apa kau Nara?" seru seseorang pada Nara.

Dengan cepat Nara berbalik menghadap orang tersebut.

"I,iya Sunbae. Ada apa?"

Jung Jaehyun yang saat ini bertanya pada Nara.

"Tidak, hanya saja temuilah sahabatku Winwin. Dia kacau karena kau mengacuhkannya" tuturnya pada Nara.

"Iya, aku kasihan melihatnya murung setiap hari" timpal Jungkook yang berada di samping Jaehyun.

Nara tak membalasnya. Ia malah menundukkan kepalanya. Dan dua pangeran sekolah itu sudah berlalu meninggalkan Nara.

'Ada apa ini? kenapa dia harus sesedih itu. Sunbae maafkan aku. Aku merindukanmu Sunbae '  batin Nara dan cairan bening itu sudah mengalir lagi di pipinya.

^^

Mina yang melihat Nara yang seperti memendam masalah pun sudah tak tahan lagi untuk bertanya pada Nara.

"Na-yya? kau kenapa?"

"Ha! memang aku kenapa Mina-yya?" balas Nara memaksakan senyumnya.

"Jangan menutupinya. Aku sudah tau masalahmu dengan Winwin Sunbae. Beri tau aku alasan apa yang membuatmu menjauhinya?" ucap Mina dengan rentetan pertanyaan untuk Nara.

"Mina-yya dari mana kau tau?" ucap Nara belum menjawab pertanyaan Mina tadi.

"Kemarin Winwin sunbae menemuiku. Dia bertanya padaku ada apa dengan sikapmu yang menjauhinya sekarang." jelas Mina.

"Hem... aku tidak tau Mina-yya. Masalahku sangat berat untukku ceritakan. Mungkin ini yang terbaik untukku dan Winwin Sunbae" kata Nara dengan mata berkaca-kaca.

"Na-yya, kau yakin benar-benar melepas Winwin sunbae? Bukankah kau menyukainya selama kau bersekolah di sini?" ujar Mina.

"Aku, aku tidak tau Mina-yya. Bantu aku untuk sanggup menghadapi i,ini,,," ucap Nara mulai terisak.

Mina yang berada di depan Nara dengan cepat memeluk tubuh sahabatnya itu menenangkannya.

"Sudahlah Na-yya tenanglah dulu. Kau pasti bisa menghadapi ini. Walau aku tak tau pasti masalahmu dengan Winwin sunbae. Sudah hapus air matamu." tenang Mina pada Nara.

Setelah itu isakan Nara mulai berhenti. Mina kemudian melepas pelukannya pada Nara dan kembali ke bangku tempatnya.

"Terimakasih Mina-yya." ucap Nara mulai tenang.

"Na-yya kalau bisa bicaralah baik-baik dengan Winwin sunbae. Kasihan dia frustasi dengan kau menjauhinya tiba-tiba."nasehat Mina.

"Kuusahakan Mina-yya. Aku masih belum bisa menemuinya saat ini."kata Nara.

"Iya, selesaikan dengan baik. Aku percaya padamu." ucap Mina lagi.

Nara membalas itu dengan anggukan dan setelahnya guru masuk memulai pelajaran yang tertunda selama 15 menit karena sang guru yang terlambat.

^^

Sebuah tangan kekar mencegah lengan Nara. Langkahnya terhenti dan menengok si pelaku. Seseorang yang ia rindukan. Benar saja, penampilannya jauh dari biasanya. Rambutnya acak-acakan dengan mata sendu yang ia tampilkan.

"Lepas Sunbae. Aku ingin pulang." ujar Nara mencoba melepas lengannya dari cengkraman Winwin.

"Tidak, sebelum aku tau sebab apa yang membuatmu menjauhiku." tegas Winwin.

"Tolong Sunbae, lepaskan. Bukankah aku sudah bilang kemarin padamu." ucap Nara menatap tajam Winwin.

"Sudahlah Nara jujur saja padaku. Apakah ibupenyebabnya?" kata Winwin.

Dan itu membuat Nara membungkam mulutnya dan memalingkan wajahnya. Bagaimana dia tau?

"Tidak. Aku ingin pulang Sunbae."

Menghempas kasar tangan Winwin lalu mulai berjalan meninggalkannya.

"NARA AKU MENCINTAIMU!!" teriak Winwin.

Kata itu sukses membuat laju Nara terhenti. Didetik itu juga badannya serasa membeku. Otaknya blank tak dapat berfikir lagi. Apa yang baru saja pria itu katakan?

"Aku tau kau tidak mungkin benar menjauhiku Na-yya. Itu pasti ancaman ibuku kan?"

"Na-yya kau menyukaiku sejak lama,aku tau itu. Bahkan sejak kau masuk Anyang. Kau mau melepasku begitu saja ha??"

"Aku sudah membalas rasa suka mu padaku lalu kau mau melepasku?" lanjutnya lagi.

Mendengar penuturan panjang Winwin membuat Nara membulatkan matanya. Ada sedikit rasa malu karena semua perasaannya terkuak. Tapi rasa sakit lebih mendominasi sekarang. Cairan bening itu keluar begitu saja dari pelupuk matanya.

Melihat Nara tak bergeming membuat Winwin segera berjalan menghampirinya. Ia membalikkan tubuh Nara menghadapnya lalu merengkuh tubuh gadis itu. Mendekap sayang menumpahkan rasa rindu yang sudah ia bendung.

Nara pun semakin terisak di pelukan Winwin. Dengan ragu ia melingkarkan tangannya di tubuh pria itu membalas pelukannya.

"Na-yya ku mohon jangan menjauhiku lagi." ucap Winwin.

Mengeratkan pelukannya dan mengecup singkat puncak kepala Nara.

Setelah pelukan berakhir Nara menatap Winwin dengan mata sembabnya.

"Maafkan aku Sunbae." tiga kata itu lepas dari mulut Nara.

"Jika memang benar alasanmu menjauh karena ibuku. Aku harap kau tak menghiraukannya. Dia memang seperti itu. Biar aku saja yang mengurusnya."ucap Winwin tersenyum pada Nara.

"Tapi Sunbae. Maaf" ucap Nara menunduk.

"Tak apa. Aku mencintaimu dan tak memandangmu dari segi apapun. Aku tulus" tutur Winwin.

Seketika mata Nara mulai berkaca-kaca kembali dengan perkataan Winwin.

"Aku merindukanmu Sunbae." ungkap Nara dan Winwin pun tersenyum.

Dengan tak terduga Winwin mengangkat dagu Nara dan satu detik kemudian ciuman oh! bukan di kening seperti tadi melainkan di bibir keduanya. Setelah melepaskan tautan itu mereka sama-sama tersenyum penuh arti.

CHINESE BOY | Dong Si ChengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang