Bagian 14 - Bianglala

33 8 5
                                    

Cinta gue itu kayak lingkaram Bianglala, terus berputar dan nggak akan pernah ada ujungnya.
Arjuna Mahendra

--------------

Bianglala nggak selamanya indah, Bianglala juga bisa nggak setia. Selalu menemukan yang baru di setiap pemberhentiannya.
Airin Krissa

***

Semburat jingga sudah semakin menjadi di ufuk Barat. Kali ini langit senja menjadi pertunjukan terindah dari karunia Tuhan yang tidak akan bisa terhitung nilainya.

Roda Lisa tidak berhenti berputar membelah keramaian kota Surabaya di sabtu petang. Menjelajah padatnya kota menuju Suroboyo Carnival Park, salah satu tempat yang berkonsepkan pasar malam di Surabaya. Hanya saja, bentuknya dibuat lebih modern dan kompleks.

Dinginnya udara Surabaya membuat tangan kekar Arjuna sedikit keram. Berapa kali cowok itu mengibas-kibaskan tangannya lalu kembali pada stang motor.

"Gue keren nggak Rin?" tanya Arjuna pada cewek di belakangnya yang sedari tadi hanya diam.

Rin menoleh, "Kenapa?"

"Udah ngajak lo ngeliat senja di Jalan Raya."

Entah harus merasa menyesal karena tidak membalas pesan Arjuna atau harus berterima kasih karena sudah mengajaknya melihat senja sore ini. Pasalnya, waktu untuk mencari notes putihnya berkurang. Namun di sisi lain, ia bisa keluar dari zona nyamannya untuk tidak tetap berada di dalam rumah.

Rin akui, ia sangat menikmati pemandangan sore ini. Ternyata tidak buruk pergi bersama orang lain.

Arjuna memberhentikan motornya ketika sudah sampai di parkiran Suroboyo Carnival Park. Suasana yang  bisa dibilang ramai ini tidak menyurutkan niat Arjuna untuk tetap mengajak Rin masuk ke dalam.

"Yuk, Rin." Arjuna menyelipkan jari-jari kirinya ke jemari milik Rin yang membuat gadis itu terperanjat dari tempatnya.

"Don't touch my hand!" Rin menepuk keras penggung tangan Arjuna yang menyisakan bekas merah disana.

Sedangkan Arjuna hanya tersenyum tanpa niat melepaskan genggaman tangan itu. "Lo nggak liat di dalam sana rame banget? Lo mau hilang disini dan nggak bisa pulang? Lo mau tante Ira sama om Fahrul sedih? Lo mau buat gue khawatir?"

Pertanyaan bertubi-tubi dari Arjuna sukses membuat Rin diam. Terlebih karena poin terakhir yang Arjuna selipkan dengan nada seriusnya. Rin merasa beku.

"Bagus. Anak pinter." Arjuna mengacak pelan puncak kepala Rin dengan senyum tulus yang terpancar dari mata sayunya.

Perlakuan Arjuna membuat Rin merasa diguyur satu bak es balok. Di perutnya sudah seperti ada kupu-kupu yang beterbangan. Mulutnya kelu untuk melawan. Rin mematung di tempatnya.

'Stop it Arjuna! I wanna die.'

Tentu saja kalimat itu tidak akan terkeluar dari mulut Rin. Hanya di dalam hati.

"Yuk!" Masih dengan genggaman tangan, Arjuna mengajak Rin masuk ke dalam Suroboyo Carnival Park setelah membeli tiket tentunya.

Warna-warni cahaya dari lampu di setiap wahana pertama kali menyambut Rin dan Arjuna. Langit malam berbintang yang menjadi latar seolah melengkapi konsep yang disediakan disini.

Rin beberapa kali berdecak kagum. Tidak menyangka jika Surabaya akan seindah ini. Karena sejujurnya, di kota kelahirannya pun Rin jarang pergi ke tempat-tempat seperti ini.

Get OffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang