Masa lalu mungkin ada di belakang tetapi ketahuilah ia ingin selalu berada di depan.
***
Udara sejuk khas pagi hari menyeruak masuk ke dalam kulit gadis berambut pendek ini. Meskipun ia sudah memakai sweater, tetapi tetap saja ia masih belum bersahabat dengan udara Surabaya yang tidak menentu belakangan ini.
Rin melirik arloji yang melingkar di tangannya.
06.15
Masih lebih dari setengah jam lagi bel masuk akan berbunyi jika menurut peraturan yang ia baca. Siswa pun belum ada yang berdatangan, mungkin hanya dirinya yang berani datang ke sekolah sepagi ini.
Hari pertama menjadi bagian dari SMA Nusantara, Rin sengaja datang pagi-pagi sekali. Alasannya karena ia tidak ingin terlihat oleh orang sebagai siswa baru yang nanti digembar-gemborkan seperti pada novel-novel yang sering ia baca.
Hanya alibi semata. Rin bukan gadis bodoh yang selalu mempercayai isi novel sepenuhnya. Pada faktanya, Rin hanya ingin sendiri. Berkutat dengan masalah yang sedang ia hadapi.
Gadis berambut pendek itu memilih untuk bejalan santai menuju taman belakang sekolah. Mengandalkan ingatannya yang tersisa. Pasalnya Rin belum tahu dimana kelasnya berada. Matanya melirik ke seluruh penjuru sekolah, yang dinilai lebih baik dibandingkan penglihatannya kemarin lusa.
Pohon-pohon kecil di depan koridor kelas. Kotak sampah yang ada dimana-mana. Dan ada beberapa pojok baca yang Rin temukan berada di bawah pohon yang rindang.
Gadis mungil itu memilih bangku taman putih dengan pemandangan menghadap kolam ikan sebagai tempatnya untuk menyendiri. Dikeluarkannya notes putih dan pulpen yang selalu ia bawa. Kali ini ia kapok untuk merobek bagian kertasnya.
Wajah mulusnya ia hadapkan lurus ke depan. Entah apa yang sedang ia pandang, tetapi tangannya perlahan mulai bergerak menorehkan tinta itu di dalam notes-nya.
Surabaya, 13 Agustus 2018
Wahai pemilik angkasa
Aku belum menemukanmu sejak kemarin lusa
Bisakah aku cerita?
Tentang apa yang aku rasa
—Rak
Usai menuliskan sajak yang menggambarkan hatinya, Rin menutup notes itu. Ia menarik napas dalam-dalam seraya memejamkan matanya sejenak sebelum memulai hari barunya.
Mata hitam itu memandang ke arah bagian dalam sekolah, ternyata sudah lumayan banyak siswa yang berdatangan. Akhirnya ia memutuskan untuk datang ke ruangan kepala sekolah, menanyakan dimana kelasnya berada.
—Get Off—
Tepat pukul tujuh pagi, gerbang SMA Nusantara ditutup. Tetesan keringat menganak sungai di dahi beberapa siswa yang berjuang mengejar gerbang. Disiplin SMA Nusantara sebenarnya sangat tinggi, namun tetap saja ada segelintir siswa yang sengaja ingin melanggar peraturan yang dibuat.
Kaki jenjang milik cowok bermata coklat itu berjalan santai di kaki lima jalan di depan sekolahnya. Arjuna tahu ia sudah telat lima menit dari ketentuan sekolah. Namun, apa artinya berlari jika gerbang tetap tidak dibuka?
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Off
Ficção AdolescenteA novel by Intan Nurul Putri Apa yang kalian lakukan ketika kehilangan seseorang? Menangis? Frustasi? Atau malah melupakan? Masalah datang bertubi-tubi di hidup Rin -Gadis yang usianya belum menginjak 17 tahun. Bermula dari kepergian abangnya mengah...