Chapter 11

3.6K 264 29
                                    

"Mommy belum pulang?" Boruto yang sedari tadi berada di kamar mulai menghampiri Himawari yang sedang asik nonton film kartun di televisi.

Bocah itu sedikit melirik ke arah jendela yang sudah menjelang malam, kedua nya terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Sedangkan di tempat lain tak jauh dari sana, Hinata baru saja turun dari mobil seorang pria yang mengantarnya pulang.

Di dekap nya bayi mungil itu lembut, kepalanya mendongak untuk menatap Naruto yang tampak datar. Sebenarnya, ia tidak mengerti betul dengan perasaan pria itu. Lihat lah, ia bahkan tak mau melirik ke arah putra nya yang baru saja kemarin lahir.

Naruto tidak suka rumah sakit, mungkin itu yang menyebabkan nya hendak membawa putra tanpa nama nya itu keluar dari sana. Tapi bukankah lebih baik bayi mungil ini berada disana?

"Aku takut ia belum aman untuk keluar dari rumah sakit .." Dahi Naruto mengkerut, namun sedetik kemudian ia menghembuskan nafasnya gusar.

"Lebih tidak aman jika ia bergabung bersama orang-orang berpenyakit disana." Ketus, cuek, dingin.. benar-benar pria aneh.

"Dari mana kau tahu lorong ini?" Sedikit curiga Hinata bertanya pada Naruto, pria itu memutarkan bola matanya malas.

"Aku hanya pernah melihat mu keluar dari sini."

Hening!

Merasakan tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Hinata memutar badan nya bersiap untuk pulang. Lumpur basah ini tidak menghalangi nya untuk menuju rumah, ia hanya perlu berhati-hati agar putranya ini tidak jatuh.

Sedangkan dari sudut matanya, Naruto memperhatikan Hinata yang perlahan mulai menjauh. Sebelum pada akhirnya, ia harus kembali ke Tokyo untuk melanjutkan pekerjaan nya disana.

-00-

"Hima, Boru.. mommy pulang.." suara Hinata mengintruksi mereka berdua untuk segera membuka pintu.

Mata kedua nya terbelalak saat melihat sesuatu di dekapan sang mommy, Hinata yang melihat itu tersenyum. Ia mengelus mahkota kedua nya dan menyuruh mereka untuk segera masuk dan menutup pintu.

Bayi laki-laki itu tampak tenang dengan mata yang terpejam, Himawari menatap gemas bayi tanpa nama itu. Sedangkan Boruto, ia di landa kebingungan entah harus melaporkan kedatangan sang ayah atau tidak pada Hinata yang kini sedang melakukan sesuatu pada penyedot asi itu.

Boruto kalut, ia sungguh tak ingin jadi anak durhaka. Tapi keadaan yang membuat nya berlaku demikian pada Naruto, bukankah anak juga punya hak untuk marah pada ayah nya? Apalagi mengingat sang ayah yang sama sekali tidak pernah mengasuh bahkan memberi uang pada ibu nya untuk memenuhi kebutuhan mereka saat itu. Hufft..

"Mommy, apa dia adik kita yang baru?" Pertanyaan Himawari membuyarkan lamunan Boruto. Bocah itu tak sadar kalau Hinata ternyata sudah duduk di antara mereka.

"Mungkin mommy bawa ia dari panti kerena ia baru lahir dan bibi Yui kesusahan karena harus mengurus anak-anak yang lain." Hinata yang baru saja hendak membuka mulut nya harus mengurungkan niatnya itu karena Boruto sudah mencelanya terlebih dahulu.

Benar-benar anak pintar.

"Benarkah itu mommy?" Hinata menggeleng, ia kembali membawa bayi itu ke dalam gendongannya.

"Bayi ini adik kalian, dan bukan dari anak panti ne Boruto." Jawab Hinata menyentil hidung Boruto dan sedikit memberi jelitan pada Boruto untuk diam.

-Pursuing a Dream- |EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang