Chapter 16

5.1K 244 42
                                    


Jangan lupa tinggalkan Vote & Komen

Happy reading

_________________________________________

Entah kapan Himawari akan kembali tidak ada yang tahu. Satu hal yang pasti adalah Hinata sangat menyesal karena telah meninggalkan Himawari bersama Naruto. Malam ini, situasi tiba-tiba saja tegang. Naruto maupun Hinata panik, begitu pula dengan warga desa. Pihak kepolisian kini tengah menanyakan para nelayan yang saat itu sedang mencari ikan di laut. Mereka bertanya perihal kemana perginya kapal yang terakhir kali berlayar dari desa ini. Namun sebagian dari mereka tidak tahu dan ada beberapa pula yang mengetahui tentang kapal tersebut. Hanya saja, informasi yang mereka berikan tidaklah sama.

"Bagaimana kalau kita menyeledikinya? Sebagian ada yang ke arah timur dan sebagian juga ada yang ke arah barat. Bukankah itu memungkinkan bagi kita untuk mengetahui kapal mana yang membawa Himawari?" Usul Kiba.

Mereka yang berada disana mengangguk setuju atas usulan Kiba. Fugaku selagi ketua kepolisian pun menyetujui hal tersebut, pria paru baya itu sedikit melirik arloji yang melingkar pada pergelangan tangannya. Hari sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ia pun lantas memerintahkan anak buahnya untuk membubarkan warga yang masih berkumpul di bibir laut.

"Kita akan lanjutkan ini besok pagi. Untuk sekarang, lebih baik kita istirahat dulu."

Naruto yang mendengar itu mengangkat kepalanya, safirnya menatap tajam kearah Fugaku, menarik kerah baju pria itu dengan penuh rasa amarah. "Istirahat kata mu? Bagaimana kalau besok para penjahat itu sudah menghabisi nyawa putri ku?! Apa kau bisa menghidupkan nya kembali? Hah!" Bentaknya geram.

Fugaku merapikan kerah bajunya ang berantakan akibat ulah Naruto, onyxnya menyipit memperhatikan Naruto, pria itu menghela nafas gusar. "Baiklah, kita bisa saja melakukannya malam ini. Tapi aku tidak bisa membiarkan istri mu untuk ikut."

Semua mata kini tertuju pada Hinata. Hinata yang mendengar itu langsung menunjukkan ekspresi tak terima, wanita itu menggelengkan kepalanya cepat.

.

.

"Tetaplah di rumah. Aku akan membawa Himawari pulang..." Melihat Naruto yang akan pergi meninggalkannya cepat-cepat membuat Hinata langsung menarik pergelangan tangan pria itu dengan kasar. Amethystnya melotot tak suka atas sikap Naruto yang menurutnya sudah sangat lancang.

"Aku akan ikut, Himawari adalah putri ku. Ia tanggung jawab ku, jadi jangan sekali-kali kau melarang ku Uzumaki-san. Kau tidak punya hak atas itu!"

Naruto benar-benar malas berdebat untuk saat ini, pria itu menuntun Hinata untuk duduk sejenak. Blue safirnya menatap Hinata lekat. "Jika kau ikut dengan ku, lalu siapa yang akan menjaga Bolt dan Key? " Naruto memberi jeda pada kalimatnya, pria itu menarik nafas dalam. "Tetaplah disini, jangan hanya karena 1 anak kau lebih memilih kehilangan anak mu yang lain...," katanya berusaha untuk membuat Hinata mengerti.

Wanita itu diam beberapa saat, ia menunduk lesu. "Pentinglah hidup ku atau hidup mu?"

"Ma-maksud mu?" tanya Naruto tak mengerti.

"Jawab saja, aku hanya ingin tahu..."

Naruto yang mendengar itu tertegun, seulas senyum tipis tiba-tiba saja terpatri pada wajah tannya. "Hidup ku lah yang lebih penting," jawabnya.

"Kenapa?"

Hening!

"NARUTO!! CEPATLAH!, KAPAL KITA AKAN SEGERA BERANGKAT!!" teriakan Kiba dari teras mengangget keduanya.

-Pursuing a Dream- |EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang