Chapter 2

3.9K 292 3
                                    

Malam ini di sebuah gedung hotel, seorang wanita cantik bersurai indigo berjalan menggandeng tangan seorang bocah yang kini berada di samping nya, safir itu menatap girang kotak bekal yang di pegang nya.

Sekali-kali blue safir itu melirik seorang wanita yang di ketahui ibu nya senang, bibir nya pun tak kunjung lelah memancarkan senyuman kepada pegawai hotel yang menyapa mereka. Wajah nya manis, dengan senyuman seindah mentari seperti nama nya. Rasa nya itu sangat cocok!

"Apa anda sudah membuat janji, nyonya?" Tanya wanita blonde dengan seragam khas sekretaris.

Hinata mengangguk, ia berjalan dan duduk di bangku loby. Bocah itu pun ikut duduk, kedua kaki mungil nya mengibas-ngibas, di pegang erat nya rantang berisi makanan itu tak sabar. Safir nya beredar, mencari sosok yang mereka tunggu ketika semua orang pada sibuk mondar-mandir.

"Mom, dimana daddy?" Tanya bocah itu, sang ibu yang mendengar nya spontan menoleh. Mengacak surai putri nya gemas.

"Mungkin masih sibuk dengan tamu yang dikatakan paman Yamato." Wanita itu menjawab, membuat sang bocah menekuk kan wajah nya lesu.

"Uncle itu ya.."

Hinata tersenyum simpul membalas ucapan putri kecil nya, amethyst nya kembali memperhatikan lift, berharap orang yang mereka tunggu segera terlihat. Ting! Pintu lift terbuka, diri nya langsung saja berdiri ketika pria bersurai coklat keluar dari lift itu. Berjalan pelan untuk menghampiri pria itu.

"Yamato-san!!" Panggil wanita itu melambaikan tangan nya, pria yang barusan di panggil Yamato membalikkan tubuh nya. Entah kenapa, tiba-tiba saja ia terdiam kaku ketika Hinata dan bocah itu sudah berada tak jauh dari tempat nya.

"Yamato-san, apa pertemuan nya sudah selesai?" Wanita itu bertanya sopan, wajah Yamato memucat. Meneguk ludah nya sebelum menjawab pertanyaan Hinata.

"Ano sebenarnya nona, tuan.."

"Mom, lift nya kosong. Cepatlah mom, Hima tidak sabar mau bertemu daddy." Ucapan Yamato berhenti ketika bocah itu menarik-narik blazeer milik ibu nya, jari telunjuk nya menunjuk pintu lift. Wajah nya memaksa ingin segera masuk ke dalam sana.

Tanpa ba bi bu be bo mereka melenggang pergi meninggalkan Yamato, bocah itu melambai pada Yamato. Memberi nya kedipan sebelum kedua pintu lift itu saling mendekat dan pada akhir nya menyatu.

-

-

-

Hinata dan Himawari berjalan menyusuri lorong hotel yang digelari oleh karpet merah, mereka terlihat tenang mencari kamar No.208. Kamar hotel yang kebetulan ini sering di inapi sang suami. Mungkin itu yang membuat putri kecil nya terlihat tak sabar..

Setelah berjalan cukup jauh, akhir nya mereka sampai di tempat tujuan, Himawari meloncat-loncat girang ketika melihat sang ibu memasukkan kunci cadangan yang tak lama diberikan Yamato itu ke pintu. Langsung di putar nya knop pintu itu, merentangkan kedua tangan nya menghirup udara di dalam kamar hotel yang dingin.

"Daddy? " Himawari memanggil- manggil daddy nya yang tak terlihat. Diri nya berbalik mendekati sang ibu yang sedang membereskan selimut yang bergeletakan di lantai. Di sana pun, ada kemeja dan juga celana panjang daddy nya, kamar ini terlihat berantakan.

"Mommy, di mana daddy?" Tanya nya. Hinata mengernyit.

"Coba lihat di kamar mandi, Mungkin daddy mu sedang mandi!" Hinata menjawab seraya terkikik, bocah itu mengangguk paham. Wajah nya kembali berseri, berlarian kecil ke arah kamar mandi untuk memastikan keberadaan daddy tercinta nya.

Naruto-kun, kau memang tidak pernah berubah!! Batin Hinata, lagi-lagi ia kembali tertawa. Memungut semua pakaian suami nya yang tergeletak tak tau arah.

"Daddy?" Himawari memanggil daddy nya pelan, di dekatkan nya daun telinga nya pada pintu kamar mandi itu. Hening!!

"Daddy, juga tidak ada." Hela nya kecewa. Diri nya berbalik hendak meninggalkan tempat itu.

KLENTANGG!!

Terdengar seperti sebuah keleng semprotan, mendengar itu membuat Himawari kembali membalikkan tubuh nya. Berbalik menghadap pintu kamar mandi, berjalan satu langkah dengan safir yang menyipit. "Apa itu daddy?"

PLAKK!! PLAKKK!!

"Daddy?" Himawari semakin bingung ketika suara aneh mulai terdengar, diri nya semakin dekat pada pintu kamar mandi itu. Suara air pun kerap terdengar, seperti ada sesuatu yang terjadi di dalam bath up itu.

"Tiga yang paling ujung ya anak manis.." tunjuk pegawai itu kearah belokan tak jauh dari tempat nya berada.

Boruto mengangguk bertanda kalau ia mengerti, melepaskan hasrat nya dengan ke toilet adalah sesuatu yang baik untuk dilakukan. Boruto menghembuskan nafas nya lega, mulai melangkah kan kaki nya menuju kamar hotel yang habis diberi arah oleh pegawai tadi..

Apa jadi nya jika bocah berusia 9 tahun ini berkeliaran tanpa pengawasan? Bisa-bisa ia malah salah masuk kamar hufft! Baru saja melangkah lagi-lagi Boruto harus menghentikan langkah nya, tak jauh dari tempat nya, wanita bersurai indigo itu tampak menarik tangan seorang bocah dengan mata yang berkaca-kaca.

Boruto menatap bingung ibunya yang melewati nya begitu saja, dan Himawari? Kemana hilang nya sikap agresifnya tadi?

"Nona Hinata.."

"Minggir!!" Tubuh kekar Yamato didorong kuat saat pria itu berusaha menghalangi jalan nya, semua para tamu undangan pada memperhatikan Hinata saat wanita itu tak sengaja menumpahkan minuman seorang anak bangsawan.

Sedangkan Himawari, gadis manis itu tampak tertunduk tidak mengerti apa pun. Sebuah taksi baru saja mereka naiki, Boruto memeluk adik yang lebih muda dari nya dalam beberapa menit itu lembut. Safir nya menatap khawatir pada sang ibu yang sedari tadi diam menatap keluar jendela, apa yang terjadi?

-

-

-

"Kalian bisa menginap disini dulu kalau kalian mau." Ibu kosan itu tersenyum ramah, setelah kunci diserahkan nya pada Hinata, ibu kosan itu pamit untuk pergi.

Himawari tertidur pulas diatas kasur empuk kosan itu, ia melirik kearah sang mommy yang sedang sibuk merapikan isi dari tas besar yang mereka bawa. Menghitung beberapa uang yang mungkin bisa mereka gunakan.

"Mom, kita akan kemana?kenapa kita tidak tidur ditempat daddy?" Pertanyaan Boruto seketika menghentikan kegiatan Hinata, ia sekilas menoleh kearah putra nya itu, lalu kembali melanjutkan aktivitas nya yang tadi sempat tertunda.

"Daddy mu tidak berada disana, sekarang pergilah tidur dan bersiap karena besok kita akan pergi dari sini." Jawab Hinata.

Boruto mengangguk lemah, berjalan pelan menghampiri sang adik dan ikut berbaring disamping nya. Tes! Setetes liqued yang tadi ditahan nya dengan susah payah akhirnya runtuh saat amethyst nya beredar menatap wajah polos dari kedua anak nya.

Amethystnya teralih menatap langit yang mulai larut, menatap bintang itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah kenapa hati nya begitu perih untuk mengingat apa yang baru saja terjadi dihotel itu, saat pintu kamar mandi itu dibuka.

Hinata benar-benar merasakan kalau jantungnya akan berhenti berdetak saat itu juga, saat dimana sang suami berani melakukan hal memalukan itu didepan mata gadis kecil nya.

.

-

-

Off Flashback

"YAMATO!! YAMATO!!"

Teriakan itu menggelegar mengagetkan para tamu yang tadinya sedang asik menikmati pesta, Yamato yang sedang duduk sembari memijit pelipisnya harus dibuat kaget saat pria itu tiba-tiba saja menarik kerah baju kemeja nya dengan kasar.

"Apa apaan ini.."

Buaghhh!!

-

-

-

~Pursuing a Dream~

to be continue

A/n : silakan tinggalkan jejak. Hoho

-Pursuing a Dream- |EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang