Chapter 13

2.9K 220 20
                                    

Boruto terbangun dari tidurnya sedangkan langit kini masih terlihat mendung, bocah itu turun dari tangga sambil sesekali menguap lebar. Diliriknya jam bulat yang tergantung di dinding itu, wajahnya lagi-lagi tertekuk lesu. Ternyata masih jam 4 pagi... Pantas saja mommynya belum bangun. "Aku penasaran apa yang dilakukan pria itu kemarin." Boruto mendudukan bokongnya ke sofa, bocah itu menerawang jauh, rasa kantuk itu benar-benar menyerangnya,.membuatnya tidak bisa melihat apa yang di lakukan Naruto bersama mommynya itu kemarin.

Ctekk!!

Lampu ruang tengah yang menyala sedikit mengagetkan Boruto, bocah itu menoleh sekilas, dan benar saja, Hinata kini sudah rapi dengan kemeja dan juga botol susu untuk Key. "Kau sudah bangun sayang?" tanya Hinata sambil memberi Boruto kecupan selamat pagi. Boruto hanya mengangguk tanpa mau menjawab pertanyaan Hinata.

Hening!

Keduanya diam tanpa suara, Boruto lagi-lagi hanya dapat menghela nafas. Ditatapnya amethyst mommynya itu serius, "Apa mommy akan pergi menemui daddy?" tanyanya sedikit tak rela. Hinata mengangguk, ia tersenyum sambil mengelus puncak kepala putranya itu lembut. "Mommy lakukan ini hanya untuk Key, saat Key berumur 3 tahun. Mommy janji, mommy akan berpisah dengan daddy hm..."

"Kenapa harus 3 tahun? Kenapa tidak sekarang???" Apa sekarang Boruto sudah jadi anak durhaka yang mengharapkan perpisahan antara kedua orang tuanya? Hati kecilnya terlalu sakit jika harus melihat senyum palsu Hinata setiap hari, pria itu seolah memanfaatkan Hinata, dan Boruto tidak akan pernah terima jika itu sampai terjadi. Ia ingin menjadi singa, singa yang selalu melindungi Hinata maupun Himawari dari kejaran pemangsa liar diluar sana.

Hinata sama sekali tidak menjawab pertanyaan Boruto, wanita itu hanya menggeleng, selalu menggeleng jika ditanya. Ia tidak ingin membagi urusan ini dengan Boruto, ia ingin menjalani ini semua sendiri dan menyelesaikan masalahnya dengan Naruto segera. Melibatkan seorang anak, mungkin akan membuat Hinata menyesal. Boruto berdecak saat Hinata pergi meninggalkannya sendirian, ia lagi-lagi hanya bisa pasrah. Hufft!

-00-

"Tuan, nona Hinata ingin bertemu," Naruto mendongak saat sekretaris barunya itu memberi kabar kalau Hinaya sudah disini. Tanpa buang waktu panjang, ia menyuruh sekretarisnya itu untuk membiarkan Hinata masuk. Senyum Naruto seketika melebar, ia tersenyum senang saat melihat Hinata masuk ke dalam ruangannya dengan wajah yang sepertinya dipaksakan untuk tersenyum.

"Aku datang, dan sekarang apa?" Hinata menatap tajam Naruto yang malah menertawakannya. Wanita itu mendengus tidak suka, langkahnya mulai berjalan mendekati Naruto yang menatapnya dengan tatapan tak biasa.

"Ku pikir kau sudah memaafkan ku, Hinata-chan. Ternyata tidak, jadi menurut ku lucu karena aku terlalu berharap." jelas Naruto menjawab raut wajah kesal dari istri tercintanya.

Hinata membuang muka, ia berjalan pelan mendekati Naruto saat pria itu mengisyaratkan nya untuk duduk. Digendongannya kini ada Key yang sedang tertidur pulas, wajah manisnya itu sontak menarik perhatian Naruto. Membuat pria itu menghela nafasnya panjang. "Aku salah..."

"Salah untuk apa?" tanya Hinata bingung.

"Salah karena telah mengkhianati mu, menginginkan anak mu ah tidak, maksud ku anak kita...," Hinata yang mendengar itu terbelalak sempurna, apa maksud Naruto barusan? Apa pria itu berniat untuk menculik Himawari dan Boruto?

"Maafkan aku Hinata-chan..."

Hinata menggeram, tangannya yang mengepal menggebrak meja di depannya berang. Sontak Naruto yang melihat itu langsung mendongakkan kepalanya. "Kau licik, Uzumaki Naruto!" Ketus, dingin nan menusuk. Ucapan Hinata terdengar begitu tajam di telinganya, membuatnya hanya bisa tersenyum kecut.

"Beri aku satu kesempatan, jika kau tidak kembali mencintaiku dalam satu bulan ini, maka aku berjanji aku akan pergi...," pintanya lirih. Hinata yang mendengar itu diam membeku di tempatnya, tatapan nya lambat laut mulai meredup. Amethystnya takut-takut melirik iris safir Naruto yang sedari tadi sedang memperhatikan nya itu bimbang. "Ku mohon..."

Hening...

"Hinata-chan..."

Hinata meremas rok nya kuat, berusaha menetralkan nafas serta detak jantungnya yang memburu akibat menahan tangis. "Aku dulu begitu mempercayai mu dan itu adalah kesalahan terbesar ku." Suara Hinata bergetar, ia mengusap kasar liqued bening yang menetes membasahi pipinya. Naruto yang melihat itu tertegun, seandainya ia mempunyai mesin waktu milik doraemon, pria itu berjanji seumur hidupnya ia tidak akan pernah melakukan kesalahan sebesar ini. Namun apalah daya, nasi sudah menjadi bubur. Yang bisa ia lakukan hanyalah menyesali segala perbuatannya, berharap bisa memutar kembali waktu dan memilih untuk tidak pergi saat itu mungkin sudah tidak ada lagi gunanya.

"Aku tahu kalau aku telah menyakiti mu, sudah terlambatkah aku untuk meminta maaf sekarang? "

Hinata tidak menjawab, wanita itu membuang mukanya, ia mengusap wajahnya kasar.. "Beri aku kesempatan, ku mohon..."

Wanita itu mengangkat kepalanya, masih menahan bendungan yang berada di kelopak matanya itu sekuat tenaga ia ingin sekali menolak, lidahnya terasa kaku hanya untuk mengatakan 'tidak'. Tapi hatinya? seakan membuat jiwanya bergetar. Hinata memberanikan dirinya untuk menatap iris safir pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu, ia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum pada akhirnya mengangguk, mengangguk menerima permintaan Naruto.

"Arigatou, Hinata-chan..."

.

.

.

Dan sejak saat itu....

Sejak saat itu, Naruto memutuskan untuk berhenti dari pekerjaanya. Pria itu lebih memilih tinggal bersama keluarga kecilnya di desa. Ia ingin menghabiskan hari-harinya dengan keluarga yang nyatanya berharga baginya.Walaupun tidak mendapatkan perilaku baik dari Boruto maupun Hinata, pria itu tidak akan menyerah. Ia ingin kembali mendapatkan cinta dari istrinya, kembali mendapatkan cinta dari anak-anaknya. Apa ini karma? Karma yang membuat ia menjadi sosok ayah yang gagal, sosok ayah yang dibenci setengah mati oleh putranya sendiri. Naruto hanya bisa tersenyum saat ia mendapat perilaku yang tidak mengenakan... Ia yakin, kalau suatu saat nanti... Bukan hanya mereka, tapi tuhan, juga akan memaafkannya....

.

.

.

_

_

_

~Pursuing a Dream~

to be continue


..

Apakah masih ada yang nungguin?

Jangan lupa tinggalkan jejak..

-Pursuing a Dream- |EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang