Chapter 14

3.8K 279 21
                                    

Publish target vote 100
Jangan lupa vote and koment..!

...

"Bolt ayo cepat sayang, nanti kau terlambat ikut tes..," teriak Hinata sambil tergesa-gesa menuruni anak tangga.

Hinata yang baru saja keluar dari kamarnya entah kenapa harus dikagetkan dengan keadaan rumah yang sudah rapi bersih tanpa noda, wanita itu mengerjab-ngerjab kan kedua bola matanya shock. Ia pun berjalan menuju dapur, dan benar saja, piring kotor bekas semalam sudah tidak ada lagi di pencucian. Apa ia sedang bermimpi?

Sedangkan di ruang tamu, Naruto sibuk mengepel lantai yang terasa sedikit lengket. Pria itu sangat teliti dengan pekerjaan yang dilakukannya, ia tersenyum tipis saat melihat lantai itu sudah kembali mengkilat. Naruto mengambil ember yang tadi tergeletak di depan pintu, ia berjalan pelan membawa ember itu ke teras untuk membuang airnya ke selokan. Serasa nya sudah selesai, Naruto pun kembali masuk. Namun ia harus menghentikan langkahnya ketika melihat Hinata berdiri tepat di ambang pintu.

"Apa yang kau lakukan Uzumaki-san?" tanyanya pura-pura tidak tahu.

Naruto menaruh ember nya di lantai, pria itu tersenyum ke arah Hinata . "Membantu mu," jawabnya lembut.

Hinata yang mendengar itu hanya bisa menyipitkan bola matanya heran, mengidikkan bahu acuh lalu berbalik meninggalkan Naruto yang masih mematung di teras. Naruto yang mendapat perlakukan demikian hanya dapat tersenyum kecut, mengambil kembali embernya lalu masuk ke dalam rumah menyusul Hinata.

.

.

.

"Pemberhentian terakhir nona." Himawari melompat riang dari atas punggung Naruto. Gadis kecil itu pura-pura mengambil uang dari saku bajunya, ia melambai pada Naruto yang menjadi kudanya. Mengambil topi pantai yang tergeletak di atas kasir lalu memakainya. Himawari terlihat sangat manis saat memakai topi itu, pikir Naruto.

"Bawalah aku terbang kuda ponny -ku!!!" teriaknya girang. Naruto memasang ancang-ancang, ia sedikit merendahkan tubuhnya, tersenyum senang saat mengetahui kalau putri kecilnya itu sudah duduk di atas punggungnya. "Kau siap nona?" Himawari mengangguk. Ia mengangkat tangannya, berlagak seolah ia adalah seorang musketeer.

Hinata yang kebetulan sedang lewat refleks menghentikan langkahnya, wanita itu mengintip dari balik cela pintu kamarnya yang terbuka. Betapa kagetnya Hinata saat melihat pria bersurai kuning itu dengan lancang masuk ke dalam kamarnya. Namun sepertinya ia tidak bisa untuk masuk dan mancabik-cabik wajah pria itu, melihat Himawari yang tertawa lepas seakan membuat bebannya hilang.

Kau beruntung Naruto-kun, masih ada orang yang tidak membenci mu di rumah ini... batinnya lirih.

-00-

"Daddy..." suara kecil Himawari mengalihkan perhatian Naruto dari nasi goreng yang sedang di buatnya.

Pria itu menoleh, senyum nya seketika merekah saat putri kecil nya itu memanggil namanya. Naruto membawa Himawari ke dalam gendongan nya, memberi kecupan singkat pada dahi Himawari itu dengan sayang. "Apa rasanya sudah pas?" tanya Naruto sambil menyuapkan sedikit nasi goreng yang ia buat pada Himawari. Himawari mengangguk, ia mengacungkan jempol nya saat nasi goreng buatan daddy nya itu terasa sangat lezat di lidahnya.

Dan kini, beberapa piring berisikan nasi goreng sudah tertata rapi di atas meja makan. Naruto merasa lega karena masakannya itu selesai tepat pada waktunya, ia membuka celemek yang ia pakai, mendudukkan bokong nya ke atas kursi sambil menunggu Himawari memanggil istri dan putranya yang baru saja pulang itu untuk makan siang.

"Boru-nii, ayo kita makan." Suara Himawari yang kencang sampai ke indra pendengaran Naruto. Pria itu sontak bangkit dari duduknya, kepalanya sedikit mengintip dari dapur untuk melihat Boruto.

-Pursuing a Dream- |EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang