Chapter 12

3.9K 305 20
                                    

"Kau yakin ingin kembali ke Tokyo Hinata?" Hinata mengangguk menjawab pertanyaan Yui.

Wanita itu memutuskan untuk kembali ke Tokyo dan mereka akan tinggal di desa, rumah lama nya dan pria itu. Entah mengapa Hinata merindukan suasana desa dan juga kenangan disana. Apakah hatinya sudah mulai terbuka untuk pria itu? Tidak!

Naruto memintanya untuk kembali ke Tokyo agar ia bisa leluasa mengunjungi Key, sedangkan London dan Tokyo sangat lah membutuhkan waktu yang lama sedangkan Hinata tak sudi jika suami kuning nya itu harus menginap di rumahnya.

Dengan sangat terpaksa Yui pun akhirnya mengizinkan Hinata untuk berhenti bekerja di panti asuhan miliknya.. Hinata sebenarnya tak rela, tapi harus bagaimana lagi.. keadaan yang menyuruhnya untuk memilih..

Dan Hinata memilih pergi semua itu karena Key.. Hinata sadar bahwasanya ia bukan ibu dari bayi itu, tapi Naruto? Ia punya hak penuh atas anak nya ..

"Ibu mau kemana?" Kehadiran Violen sontak menghentikan langkah wanita itu..

Hinata tersenyum, ia mengusap bola mata Violen yang berkaca-kaca menatap dirinya. Malam ini, dengan langkah berat Hinata harus meninggalkan semua nya di London, ia melambai pada anak-anak panti yang menatap sayu kepergiannya.

Amethyst nya teralih pada Chukky yang menangis di dalam gendongan Yui. Bayi itu bahkan tak ingin ia pergi.. Hinata menunduk saat mobil itu mulai melaju meninggalkan panti asuhan.. "mommy jangan nangis, Hima yakin suatu saat kita akan kembali ke sini.." ucap Himawari memberi semangat..

Hinata mengangguk, ditarik nya anak-anak nya itu kedalam dekapan nya. Menangis sejadi-jadi nya sampai..

"Eggh.."

Naruto memegangi kepala nya yang terasa berdenyut, dimana ia sekarang? Ahh kenapa ia lupa kalau ini merupakan kamar hotelnya. Tapi, bukankah semalam..

"Sudah jangan dipikirkan.. Tuan terlalu mabuk sampai tak sadarkan diri.."

Gadis itu berdiri dengan sopan di hadapan atasannya, blue safir nya menatap curiga Shion yang berada di dalam kamar hotel miliknya. "Apa yang kita lakukan?" Shock.. mungkin itu yang di ekspresi kan Naruto sekarang.

Namun bukan nya menjawab Shion malah tertawa menanggapi ucapan Naruto berusan, gadis itu berdehem, menarik nafasnya dalam-dalam sebelum pada akhirnya kembali membuka suara nya untuk menjawab pertanyaan Naruto.

"Tuan, saya sama sekali tidak memiliki maksud buruk. Maafkan saya karena sudah lancang masuk ke dalam kamar tuan, tuan Kiba lah yang membawa anda kemari dan beliau meminta saya untuk menjaga beliau agar tidak berlaku aneh.."

"Berlaku aneh?" Tanyanya bingung. Shion mengangguk..

"Apa?"

"Menjaga tuan agar tidak bunuh diri."

"Kiba yang mengatakan itu?"

"Uhm!" Angguknya.

'Penyuka anjing sialan, emang dia kira aku gila apa? Awas saja kau Kiba' batinnya geram.

"Lalu apa yang kau campurkan dalam minuman ku?" Lagi-lagi pertanyaan penuh selidik. Shion memegangi dagu nya untuk berfikir sejenak, ia mengidikkan bahu bertanda bahwa ia tidak tahu apa-apa mengenai itu.

Naruto yang melihat itu manggut-manggut mengerti, di tarik nya selimut untuk menutupi tubuhnya yang kini bertelanjang dada itu gusar. Lalu sedetik kemudian ia menatap Shion yang hanya diam memperhatikan dirinya.

"Apalagi yang kau tunggu! Cepat keluar! "

"Ahh.. i-iya tuan.. siap.." Dengan secepat kilat Shion pun pergi meninggalkan kamar itu dengan wajah yang memerah, ia benar-benar malu karena terciduk sedang memperhatikan tubuh bos nya yang seksi itu. Memasuki lift dan meninggalkan Naruto yang terheran-heran.

-Pursuing a Dream- |EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang