•3• perlahan menuju puncak

88 8 0
                                    

Hola, rders 😊🙌

Selamat datang di tahap ketiga 💫 Jangan lupa rders, nikmati perjalanannya

*CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT KEJADIAN ATAUPUN CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN DARI RDYNIM. SEMOGA RDERS MENGERTI*

🐼🐻🐻‍❄️

# [BAB KETIGA]

Hujan mulai turun, titik-titik air berjatuhan dari langit dengan ritme yang lembut namun pasti. Setiap tetes membasahi bumi, menciptakan genangan kecil di sepanjang jalan dan halaman yang perlahan-lahan mulai penuh. Hujan tak hanya meninggalkan jejak di tanah, tetapi juga menggugah kenangan-kenangan yang telah lama tersimpan di sudut hati.

Setiap tetes yang jatuh seakan membawa ingatan yang terserak kembali menyatu, menelusuri masa lalu yang tak pernah sepenuhnya hilang. Hujan, dengan caranya yang sederhana, seringkali menjadi penghubung antara genangan air yang tenang dan kenangan yang tak pernah benar-benar pudar. 

Udara pagi ini, sangat menenangkan jiwa-jiwa manusia. Caramellya merenggangkan tubuhnya yang sedikit kaku karena tertidur di kursi belajar, bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju kamar mandi.

Caramellya mulai menuruni tangga satu per satu dengan langkah yang perlahan namun pasti, menikmati keheningan yang menyertai setiap pijakan. Sesampainya di lantai bawah, ia melangkah menuju meja pantry dengan tujuan yang jelas dalam pikirannya.

Kopi dengan cuaca seperti ini, segelas kopi hangat adalah kenikmatan sederhana yang sulit ditolak. Namun, ia tahu betul bahwa menyeruput kopi dengan perut kosong bukanlah pilihan yang bijak. Caramellya memutuskan untuk membuatnya sendiri, menikmati setiap langkah prosesnya—menggiling biji kopi segar, menghirup aromanya yang pekat, dan menunggu dengan sabar saat air panas menyatu dengan serbuk kopi. Ada kepuasan tersendiri dalam meracik kopinya, menciptakan momen yang hangat dan personal, seolah setiap cangkir yang ia buat memiliki ceritanya sendiri.

Selanjutnya, Caramellya dengan hati-hati menuangkan kopi yang baru saja ia seduh ke dalam gelas. Uap panas perlahan naik, membawa aroma kopi yang kaya dan hangat, mulai berkelana ke seluruh ruangan, memenuhi udara dengan wangi yang menenangkan. Aroma itu seakan meresap ke dalam dirinya, mengusir sisa kantuk yang masih menggantung.

Ia mengambil tempat di meja kecil, menyesap kopi dari gelasnya sambil merasakan kehangatan yang mengalir ke seluruh tubuh. Di hadapannya, terletak sebuah sandwich sederhana yang juga ia buat sendiri, perpaduan sempurna antara roti panggang, keju yang meleleh, dan sayuran segar. Dengan tenang, ia mulai menikmati setiap gigitan, membiarkan rasa yang harmonis memenuhi inderanya.

Situasinya begitu tenang, namun penuh dengan makna. Setiap elemen di pagi ini ia siapkan sendiri, kopi yang diraciknya dengan cermat, sandwich yang dibuat dengan bahan sederhana namun penuh perhatian. Tidak ada yang membantu, tidak ada yang menemaninya, tapi justru itulah yang membuat momen ini begitu istimewa. Semua dilakukan dengan tangan sendiri, menciptakan kehangatan di tengah kesendirian yang, bagi Caramellya, justru menjadi sumber kenyamanan.

Pandangan Caramellya beralih pada jam tangannya, 

06.55 

"Shit!" umpatnya, dan tanpa pikir panjang ia berjalan keluar rumah untuk berangkat menuju sekolahnya.

***

Afya berjalan mondar-mandir di depan kelasnya sambil berkacak pinggang, "ini kemana sih tuh anak, udah jam segini bu Maya bentar lagi pasti muter" ucapnya khawatir, 

"Afya, kenapa?" tanya seseorang yang menepuk pelan bahu Afya dari belakangnya, saat Afya berbalik mendapati seorang perempuan yang sedang tersenyum dengan cantiknya, 

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang