•5• juga ketidakstabilan emosi diri

66 5 3
                                    

...

Udara malam yang terus menelisik dikulit seorang gadis, dimalam yang penuh awan gelap menutup bintang rembulan. Suara ranting yang saling bergesekkan dengan daun, jelas didengar.

Tokktokktokk

Suara ketukan pintu kamar menyadarkan gadis ini dari lamunannya.

"Cara?es-tu tombé endormi? frère veut parler. mais ma sœur savait qu'il était tard?" ucap kakaknya dari depan pintu.
[Cara? Bagaimana kabar mu? Apakah kamu sudah tidur? Kakak ingin berbicara. tapi kakak tahu ini sudah terlambat kan?]

"Kenapa gak pake bahasa indo sihh, mau sok pinter? Iya?" Sarkas Caramell.

Bahasa asing bagi keluarga Adijaya adalah makanan sehari-hari.

"Sorry, boleh kakak masuk?" tanya penuh keraguan.

Caramell hanya menggumam. Karena suasana yang tenang ditengah malam, gumamaan Caramell dapat didengar sang kakak.

Ceklekk.

Mata Ralin langsung melotot melihat kondisi kamar Caramell yang sangat tertata rapi. Buku-buku berjajar rapi dirak, meja belajar yang penuh sticknote yang tertata rapi, dan sudah tidak ada lagi boneka pada sudut sisi didekat rak buku, tempat tidur berwarna netral brown and white, jendela balkon yang terbuka, warna cat dinding yang sudah berubah.

'Semua berubah ya?' Batin Ralin sang kakak saat memasuki kamar sang adik untuk pertama kali setelah 7 tahun yang lalu.

"Kenapa? Kaget?" Tanya sang adik, datar.

Ralin hanya terus memandangi sang adik, susah memang. Menelan air ludah saja sulit. Bungkam sudah Ralin.

Milka Ralin Adijaya.

Ralin mulai melangkah mendekat ke Caramell yang duduk dibalkon.

"you don't feel cold?" tanya dengan lembut sang kakak

"..."

"Why?"

"Gak bisa ngomong bahasa" Sarkas kembali. Nada dan juga raut wajah Caramell masih tidak berubah, datar.

"Hehehe..maaf. Udah kebiasaan" kekeh Ralin.

"Hemm,oke oke.. maaf, maaf, kakak tau ini gak mudah buat kamu tap.."

"Kenapa balik? Udah bagus-bagus disana"

"Kakak tau, maaf, tapi kakak cuman pengen semua kembali semula. Keluarga kita"

"Pelan-pelan nanti kamu juga bakal tau, kenapa kakak kembali" senyuman lembut terpancar dari Ralin, tangannya menyapu lembut wajah Caramell.

Namun, tangan itu terhenti diudara karena ia terkejut apa yang dikatakan sang adik.

"Pergi!" datar, tak ada yang berubah.

"Apa salah ya kalau kamu kasih kesempatan buat kakak?" Lirih Ralin

"Lupa?! Dulu siapa yang pergi duluan? Udahlah, gak usah sok peduli! Pergi! Keluar!." Desak Caramell dengan sorot mata tajam.

"Oke. Good night ya" ucap Ralin lalu berjalan keluar kamar adiknya itu.

...

Matahari belum menampakkan sinarnya, kabut pagi masih menyelimuti kota Solo. Cuaca hari ini sepertinya nyaman untuk tidur. Sejak semalam, Caramell tidak bisa menutupkan matanya. Ia terjaga semalaman, bahkan masih dibalkon.

Sejak semalam hujan, pagi ini berkabut sepertinya Caramell benar-benar merasa terusik akan kehadiran keluarganya.

Koya. Si kucing itu tertidur pulas ditempatnya. Sedangkan si pemiliknya. Mata panda jelas terlukis diwajah Caramell, tak hanya itu raut wajahnya terlihat sangat lelah.

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang