Yugyeom menyediakan coklat panas untuk Jungkook dan Yerim. Keduanya menggigil kedinginan. Terkadang, Yugyeom tak habis berpikir dengan salah satu sahabatnya yang memilih 'sok kuat' padahal sama sekali tidak. Seringkali Yugyeom dan si kembar berpikir, tak guna menuruti keinginan Jungkook yang ingin bersenang-senang. Tapi, jika tak dituruti, Jungkook akan murung.
Jihoon menyeret Jungkook agar dia memakai pakain tebal milik Yugyeom. Meski Jungkook menolak, Jihoon tetap menyeretnya dan tak peduli dengan pemberontakan kecil dari Jungkook.
"Kau mau mendadaniku seperti berada di kutub?"
"Kau menggigil begini siapa yang tak khawatir," omel Jihoon. Ia melirik jam yang melingkar di tangannya. "Kau bawa permenmu? Ini waktunya kan?"
Jungkook mengangguk. "Chae sudah menyiapkannya kan? Biar ku ambil di mobil... Argk."
Jihoon mencubit lengan Jungkook. "Kau mau ke mobil setelah aku memakaikan jaket tebal ini? diluar hujan, bodoh. Berhenti bersikap seolah kau baik-baik saja. Biar aku ambilkan."
"Eh... Jihoon."
"Ya?"
"Ambilkan polaroidku juga."
Jihoon mengangguk. Ia segera keluar dari kamar Yugyeom. Sementara Jungkook terduduk menahan rasa pening yang kembali datang.
"Jangan sekarang. Please..."
Jungkook menggeram menahan rasa sakit yang menyerangnya. Keringat dingin mulai keluar. Jungkook tak tahan lagi dan memejamkan mata sejenak.
.
Yerim sesekali tertawa dengan candaan yang dilontarkan Jimin dan Yugyeom. Mereka terlihat mudah sekali akrab. Yerim merasa nyaman dan tak risih sama sekali dengan kehadiran Yugyeom dan Jimin begitu juga dengan sebaliknya.
"Kau mau minum lagi?" Yugyeom menawarkan bantuan untuk Yerim. Gadis itu menggelengkan kepala pertanda cukup. Ia mampu sendiri. Dan benar saja, meski sedikit harus meraba-raba udara, Yerim mampu mengambil cangkirnya sendiri. Uap panas masih terasa mengepul. Yerim meniupinya lalu meminum sedikit cairan berwarna cokelat itu.
"Jihoon ke garasi lama sekali," gerutu Jimin.
"KAu hobi menggerutu ya, Jim?" tanya Yerim diakhiri dengan kekehan yang terdengar renyah ditelinga.
"Ya. Dia hobinya seperti ibu-ibu komplek yang suka mengomel dan bergosip," lagi, Yugyeom membumbui perkataannya membuat Jimin hampir melayangkan pukulan pada lengan. Hampir, karena sebuah suara membuat ia kaget.
"Pi... papi..."
Yugyeom dan Jimin terlibat adu tatap selama beberapa detik sebelum akhirnya Jimin berdiri.
"Loh Jimin ada disini? Sebentar, aku nyari papi."
Yugyeom menendang bokong Jimin membuat Jimin memberikan tatapan membunuh pada Yugyeom. Sementara, lelaki yang memilih Thor sebagai gambaran dirinya hanya memberikan gerakan tangan mengusir agar segera membawa 'anak papi' itu menjauh. Jimin berlari lalu menarik tangan lelaki yang terlihat kebingungan sementara tugas Yugyeom adalah mengalihkan perhatian Yerim.
"Yugyeom, itu tadi seperti suara Jungkook?" tanya Yerim.
"Mana? Oh... Eh... itu.. Iya..."
Yerim mengernyit bingung. Kenapa Yugyeom bersikap aneh? Apa ada yang mereka sembunyikan? Tapi, apa itu? dan dari yang Yerim dengar, Jungkook terdengar linglung.
"Yer?"
"Hmmm?"
"Itu, tak perlu dipikirkan. Jungkook tadi ditelepon papinya. Jangan khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
River Flows In U √
FanfictionPercayalah... ketulusan itu akan memberikan akhir yang indah. Tak selamanya air mata pertanda akhir dari kehidupan, tapi buatlah air mata itu awal dari lembaran baru. Selama nafas masih berhembus, selama itu pula kisah masih berjalan. Tuliskan, tuli...