Jungkook melompat turun bersama teman-temannya. Meski bandel, kata terimakasih tak lupa diucapkan pada sopir yang mau mengantarkan mereka hingga di tujuan. Masih dengan bercanda dan guyonan lain khas Avenger, sebuah suara yang terdengar berat menyapa gendang telinga mereka.
"Mampus, Bangchan," gumam Jimin.
Jeon Chanyeol, kakak dari Jeon Jungkook berdiri dengan tatapan tajam, menatap adiknya dengan begitu lekat. Disamping Chanyeol ada Wendy Son yang mengajaknya mengobrol sembari menunggu kedatangan Jungkook cs.
"Kak! Aku hanya menyuruh kakak untuk menitipkan bekal, bukan menungguiku!" kesal Jungkook.
"Siapa yang menyuruhmu naik mobil seperti itu?" Chanyeol tak menggubris gerutuan sang adik.
"Ayo masuk," bisik Jihoon.
Jimin mengangguk.
Yugyeom mencolek punggung Jungkook. "Lanjutkan. Kita masuk dulu. Bangchan seperti singa yang siap menerkam," bisik Yugyeom membuat Jungkook mendengus kesal.
Jungkook berjalan angkuh mendekati sang kakak. Ia sungguh kesal jika diperhatikan demikian. "Kenapa kakak berlebihan, huh? Aku hanya naik dan duduk di mobil. Aku tidak salto atau b-boying di mobil itu."
"Maaf Tuan Chanyeol, saya permisi dulu," pamit Wendy dengan senyuman manisnya.
Chanyeol mengangguk dan tersenyum sesaat sebelum manik matanya kembali menatap sang adik. "Tetap saja itu berbahaya, Kook! Kakak tidak suka melihatnya."
"Jangan dilihat! Salah siapa kakak menungguiku!"
Chanyeol memejamkan matanya. Ia harus menekan rasa kesal yang mendesak ingin dikeluarkan seluruhnya. "Baiklah. Kali ini kakak biarkan. Tapi, jangan diulangi lagi. Ini," Chanyeol menyerahkan sebuah paper bag berwarna pink untuk Jungkook.
"Astaga!"
"Jangan protes. Adanya hanya itu."
Jungkook tak berkata-kata lagi. ia segera berbalik dan meninggalkan sang kakak yang hanya bisa menatap punggungnya dengan tatapan sendu.
.
Yerim berdiam diri di ruangan tempat ia bermain piano. Terlihat wajahnya begitu murung. Tentu saja ia kecewa karena mempermalukan Yoongi. Bagaimana bisa ia memainkan lagu itu begitu buruk? Bukankah ia semalam sudah berlatih dengan keras?
"Mr. Yoongi, maaf aku mengecewakanmu," bibir mungil nan tipis milik Yerim menggumamkan kata maaf berkali-kali.
Sekarang adalah jam istirahat. Ia berbohong ketika Taeyeon datang untuk mengajaknya makan di kantin. Yerim berbohong jika ia sudah membawa bekal dari rumah dan ingin makan sendiri saja. Padahal, karena sang ayah pergi lebih awal, tak ada yang menyiapkan bekal. Ibunya enggan untuk mengurusnya.
Yerim mengedipkan mata indahnya beberapa kali sebelum ia tersenyum. Meraih tas yang tergeletak di dekat kursi yang ia duduki, lalu mengambil sesuatu. Sebuah mp3 player. Yerim memasangkan earphone pada kedua telinga. Ia butuh pelampiasan. Melampiaskan kesedihan dan rasa lapar.
River Flows In You.
Yerim akan memainkan lagu favoritnya. Music mulai mengalun, sesekali Yerim memejamkan mata merasakan dentingan piano yang memenuhi ruangan.
.
"Ah, ketemu!" Jungkook mengangkat tinggi coklat dari sakunya. Ia mendapatkan cokelat itu dengan cara meminta pada seorang gadis yang mudah dibodohi di kampus. Ya, perbuatan yang tidak baik namun Jungkook menikmati setiap hal yang ia lakukan.
"Mmm.. enak," gumamnya.
Jungkook berjalan melewati sebuah koridor. Akademi tempatnya bermain music ini memang tempat khusus untuk para siswa yang menyukai music. Namun, Jungkook akan menggunakan studio yang memang di sewakan untuk kelompok band atau orang-orang yang ingin berlatih. Kebetulan, Namjoon adalah teman dari kakaknya, Jeon Chanyeol, sehingga Jungkook bisa memboyong para begundal untuk bermain music disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
River Flows In U √
FanfictionPercayalah... ketulusan itu akan memberikan akhir yang indah. Tak selamanya air mata pertanda akhir dari kehidupan, tapi buatlah air mata itu awal dari lembaran baru. Selama nafas masih berhembus, selama itu pula kisah masih berjalan. Tuliskan, tuli...