Epilog

1.4K 179 126
                                    

Yerim memiliki kebiasaan, mengunjungi tempat peristirahatan lelaki yang ia cintai setiap peringatan hari kematiannya maupun hari kelahiran. Setiap waktu, jika Yerim tak sibuk, ia selalu datang untuk bercerita dihadapan foto lelaki yang tengah tersenyum lebar. Lelaki yang terkenal berandal, siapa sangka jika tubuhnya sangat ringkih. Yerim memberikan bunga forget me not di dekat batu berukiran nama Jeon Jungkook.

"Aku tak akan melupakanmu dan kau, jangan lupakan aku. Terimakasih sudah menjadi orang yang berarti dalam hidupku. Pertemuan kita tak sampai setahun, tapi kenangan yang kita buat lebih berharga daripada waktu satu tahun. Aku tetap mencintaimu, Jeon Jungkook."

Kim Yerim berbicara dihadapan foto Jungkook seolah ia sedang berbicara langsung dengannya. Wajah Yerim terlihat semakin cantik dan anggun serta pembawaannya begitu dewasa. Ia sudah banyak mengalami perubahan sekarang.

"Kak," sapa Chaeyeon yang dikuti dengan Chaenyeol.

Hari ini adalah hari peringatan kematian Jungkook yang ketujuh dan mereka datang untuk mengunjungi anggota keluarga yang menyerah pada sakitnya, tujuh tahun lalu. Yerim memasang senyum sangat tulus.

"Kalian datang. Aku baru saja akan pulang..."

"Kau akan pulang atau ke yayasan?" tanya Chanyeol.

"Aku akan ke yayasan, kak. Setiap tahun, aku selalu mengunjungi yayasan untuk orang-orang Alzheimer untuk mengenang Jungkook," air mata lolos dengan sendirinya. "Aku hanya ingin, dentingan pianoku membuat mereka rileks, meski tak bisa menyembuhkan... oh, astaga, maaf kak, Chae.. aku terbawa suasana jika membicarakan tentang Jungkook dengan orang lain."

Chaeyeon tersenyum dan sedikit berlari kearah Yerim. Ia langsung memeluk dengan erat. "Tak apa. Jangan meminta maaf karena kakak tak salah. Sampai sekarang pun, aku juga tak bisa mempercayai semua yang ada."

"Terimakasih Yer... kau membuat waktu-waktu terakhir Jungkook lebih berharga. Kau wanita yang dicintai Jungkook selain ibu dan adiknya. Terimakasih..."

.

"Tahun ini nampaknya sepi. Semua punya kesibukan," ucap seseorang yang sibuk mengendalikan setirnya. Pandangannya fokus ke depan.

"Tak apa. Aku bisa menghandle-nya sendiri, kak. Aku tak bisa memaksa kalian setiap tahun untuk hadir ketika aku ke yayasan."

"Waktu berlalu begitu cepat, Yer...dan kau sudah menjadi pianis yang hebat.."

"Itu semua karena kak Min Yoongi," Yerim menundukkan kepala. Sosok lain yang berarti dan harus meninggal karena kecelakaan. Sosok yang membuatnya mampu melihat keindahan dunia. Dibalik sikapnya yang tegas dan dingin, dia adalah sosok yang hangat.

"Maaf, aku tak bermaksud."

"Lalu, kemana tiga avenger yang tersisa, Yer? Kenapa tak datang?" tanya seorang wanita yang duduk di sebelah lelaki yang sibuk mengendarai mobil.

"Park Jihoon mendapatkan project besar, kak. Dia harus menggambar untuk projectnya itu. Andai Jungkook masih hidup, pasti dia bisa seperti Jihoon yang menjadi seorang arsitek. Park Jimin... coba tanyakan saja dia pada calon suamimu itu kak. Kan sekarang, Jimin bekerja menjadi sekertarisnya," perkataan Yerim membuat Seokjin tergelak. Ia yang memberikan tugas demi tugas sehingga Jimin tak punya banyak waktu luang.

"Dan Yugyeom...," Yerim melanjutkan ceritanya. "Dia sedang ada investigasi.. entahlah aku tak tau. Seorang Jaksa memang sibuk..."

Ya, orang-orang di sekitar Jungkook telah bahagia dengan jalan mereka sendiri meski mereka sempat merasa down karena kehilangan sosok yang berarti, namun, waktu tujuh tahun mampu membalikkan keadaan.

"Lagu apa yang akan kau mainkan?" tanya Bae Joohyun.

"River Flows In You. Lagu yang membuat Jungkook datang padaku dan lagu yang sering ku mainkan untuknya serta lagu yang membuat kami berpisah. lagu yang berarti, kak..."

River Flows In U √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang