[Pelanpelan aja. Long chapter >,<]
Yerim termenung di kamar setelah selesai membaca buku yang dibelikan Jungkook. Ia merasa hampa karena seharian tak mendapatkan telepon dari Jungkook. Apa lelaki itu baik-baik saja? Kekhawatiran Yerim meningkat ketika ia mengingat betapa anehnya perilaku Avengers jika berkaitan dengan Jungkook. Ingin sekali Yerim bertanya, namun ia terlalu menghormati privasi Jungkook. Dirinya hanya kekasih, bukan istri, ia sadar belum saatnya untuk ikut campur lebih jauh di kehidupan Jungkook.
"Kau sedang apa? Apa kau baik-baik saja? Aku harap kau tidak sakit..."
Yerim mengusap pipinya yang basah karena air mata menetes tanpa ia harapkan. Kenapa hatinya terasa sakit?
Pintu kamar terbuka, sang ayah berjalan dengan segelas susu hangat.
"Minum susunya lalu tidur, sayang."
Yerim menerima gelas tanpa minat. Ia tak meminum namun menghadap sang ayah. "Boleh Yerim bertanya? Papa dapat uang untuk operasi mata Yerim darimana?"
Minseok tau jika Yerim akan menanyakan hal itu.
"Tuan Jeon yang memberikannya. Ia mengatakan telah menganggapmu sebagai puterinya dan dia tak suka permintaannya ditolak. Percayalah, sayang, papa sudah menolaknya, namun ia tetap bersikeras."
"Papi sudah terlalu baik, pa. Aku merasa tak enak."
"Bagi tuan Jeon, itu bukanlah hal besar. Melihatmu bisa bergurau dengan puterinya bahkan menjalin hubungan dengan Jungkook, itu hal penting yang membuat Tuan Jeon bangga padamu sekaligus berterimakasih."
Yerim tersenyum tipis sembari menyematkan doa kebahagiaan untuk keluarga Jeon di lubuk hatinya yang paling dalam.
"PA, apa mama dan Saeron tak akan kembali?"
Minseok terdiam. Ia tak tau jawabannya karena ia sendiri juga bingung. Ia tak ingin tau lagi tentang kehidupan ibu dan anak itu. Hatinya sudah terlanjur sakit.
"Jika mereka tak ingin, juga tak apa. Papa tak akan menawarkan. Mereka sendiri yang membangun pembatas diantara kita, sayang. Sekarang, tak perlu pikirkan hal lain. Ingat kata dokter, kau jangan terlalu lelah. Matamu harus sering-sering diistirahatkan dan kondisi tubuh harus selalu fit untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu puteri kesayangan papa ini mendapatkan pendonor."
Yerim mengangguk. Ia segera meneguk habis susu hangat itu lalu bersiap tidur. Minseok membantu dan memberikan ciuman pengantar tidur untuk puteri tercinta.
*
"Pi...," suara lemah yang membuat seisi ruangan kompak menoleh ke asal suara.
"Iya kak, kakak butuh apa?" Yunho menghampiri putera keduanya yang terlihat sangat pucat. Jungkook baru bangun dari tidur panjangnya. Setiba dari kampus, lelaki itu tertidur dan baru bangun ketika waktu sudah larut. Avengers memilih menginap di rumah Jungkook karena mereka takut terjadi sesuatu dengan Jungkook.
"Ha..us..."
Chanyeol segera bergerak mengambil air minum dan memberikan sedotan berwarna putih untuk memudahkan Jungkook minum.
Dibantu oleh Yugyeom, Jungkook duduk dan minum. Tubuhnya terasa sangat lemas.
"Pi, apa tidak sebaiknya dibawa ke rumah sakit?"
Jungkook menggeleng lemah. Ia benci rumah sakit. Dan tak akan mau masuk rumah sakit. Yugyeom kembali menidurkan Jungkook dan membenarkan selimutnya. Matanya terasa panas saat melihat Jungkook tak berdaya.
"Tidur bro. Cepat pulih lalu kita buat onar lagi," ucap Yugyeom lalu memilih mundur dan keluar dari kamar karena air matanya nyaris jatuh.
"Aarghh," Jungkook sedikit mengerang karena ia merasakan sakit yang tentu saja didengar seluruh orang disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
River Flows In U √
FanficPercayalah... ketulusan itu akan memberikan akhir yang indah. Tak selamanya air mata pertanda akhir dari kehidupan, tapi buatlah air mata itu awal dari lembaran baru. Selama nafas masih berhembus, selama itu pula kisah masih berjalan. Tuliskan, tuli...