Hari beranjak sore ketika sebuah mobil terhenti di sebuah pekarangan rumah. Mobil itu terhenti karena ia akan menurunkan seorang gadis yang memang tinggal disana. Kim Saeron. Bukan niat Seokjin mengantarkan Saeron pulang. Tapi, karena ia enggan untuk bersitegang dengan sang ayah terus menerus, ia memilih mengalah dan mendiami Saeron sepanjang perjalanan.
"Kak, kakak tidak mampir?" tanya Saeron dengan keramahan berlipat-lipat dan Seokjin semakin merasa risih.
Tak mendapatkan jawaban membuat Saeron bungkam dan bersiap turun hingga suara gaduh terdengar. Seokjin juga tertarik dengan datangnya suara itu dan melihat seorang wanita yang diseret paksa keluar dari rumah.
"Mama...," gumaman Saeron membuyarkan fokus Seokjin.
Seokjin melirik Saeron yang bergegas keluar mobil tanpa peduli apa yang akan ia lakukan karena fokus utama pada sang ibu yang diseret oleh lelaki, dan Seokjin tau lelaki itu adalah kepala kluarga Kim. Meski ia tak menyukai Saeron, bukan berarti ia diam melihat wanita diperlakukan secara kasar. Naluri sebagai lelaki memaksa Seokjin untuk turun dari mobil berniat menolong wanita yang meronta itu.
"Papa! Apa yang papa lakukan?!" Saeron melepaskan genggaman tangan sang ayah pada tangan ibunya. Terlihat tangan itu memerah. Bisa diambil kesimpulan Tuan Kim menekan tangan itu kuat-kuat.
"Maaf, Tuan Kim. Bukan maksud saya ikut campur, tapi, tahan emosi anda. Nyonya Kim itu wanita, tak sepantasnya lelaki berbuat kasar seperti itu."
Kim Minseok menoleh pada Seokjin. Bukan marah diperingatkan demikian, dia malah meluapkan segala kata yang ingin ia tahan.
"Nak, jauhi Saeron dan jangan lanjutkan perjodohan ini."
"Papa!" seru Bomi dan Saeron bersamaan.
"Diam!" Minseok kembali membentak. "Aku tak akan menjodohkan lelaki baik-baik seperti Kim Seokjin dengan gadis berperilaku rendahan sepertimu! Kau sama sekali belum dewasa dan tak seharusnya kau memikirkan pernikahan!"
"Papa! Papa tak seharusnya mengambil keputusan sebelah pihak. Sae tak ingin membatalkannya!"
"Kalau memang kalian ingin perjodohan ini berlanjut, cari Yerim sampai dapat!!!"
"Apa?" Seokjin terkejut mendengar nama Yerim disebut. "Yerim? Mencari Yerim? Apa yang terjadi Tuan Kim?"
"Kau mengenal Yerim?" bukan menjawab, Minseok malah balik bertanya.
Seokjin hanya memberikan anggukan.
"Wanita-wanita berhati iblis ini dengan tega mengusir Yerim ketika aku tak ada. Nak, aku khawatir sekarang. Aku bingung harus mencari kemana.... Yerim memiliki keterbatasan dan sekarang ia entah berada dimana..."
"Tuan Kim tenanglah, aku akan membantu mencari Yerim sampai dapat."
"Kak, kau peduli sekali padanya dan kau tak pernah peduli padaku," protes Saeron.
"Jangan pernah kau muncul dihadapanku lagi," gumam Seokjin yang masih mampu terdengar oleh ketiga anggota keluarga Kim.
Minseok tak terkejut. Ia malah merasa senang mendengarkan keputusan Seokjin. "Dan, pergilah. Kalian pergi sekarang juga dari rumahku," Minseok berjalan menuju pintu dan menutup serta menguncinya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Bomi pada suaminya.
"Aku akan mencari Yerim. Pergilah tanpa membawa apapun dari rumah ini. Rasakan apa yang putriku rasakan. Setidaknya, mata kalian masih bisa untuk melihat kan? Sedangkan putriku, dia pergi sejak aku pergi karena urusan pekerjaan tanpa membawa apapun dan dalam keadaan tak bisa melihat."
KAMU SEDANG MEMBACA
River Flows In U √
FanfictionPercayalah... ketulusan itu akan memberikan akhir yang indah. Tak selamanya air mata pertanda akhir dari kehidupan, tapi buatlah air mata itu awal dari lembaran baru. Selama nafas masih berhembus, selama itu pula kisah masih berjalan. Tuliskan, tuli...