Seorang lelaki terbangun ditengah malam. Hal itu sudah beberapa kali meski tak rutin, ia lakukan. Lebih tepatnya ia melakukan karena tidak sadar. Ketika ia terbangun entah karena suatu mimpi, atau memang ingin bangun, ia segera bangun dan memilih untuk menikmati sisa-sisa malamnya. Masih teringat dengan kebiasaan yang dilakukan beberapa hari saat terbangun malam, lelaki itu segera mengambil kertas dan pensil. Kertas yang sudah tergambar sebagian. Ia ingin melanjutkannya.
Dilirik jam kecil berbentuk Iron-man yang kini menunjukkan angka puku dua dini hari. Ia menguap sejenak lalu memencet tombol lampu di meja belajar. Ia akan melanjutkan menggambar design sebuah rumah yang belum selesai.
"Hanya tinggal melengkapi bagian kiri lalu disempurnakan lagi gambarnya," gumamnya dengan suara serak khas orang bangun tidur. Suara dengkuran pelan mengiringi kegiatannya di malam hari.
"Papi terlihat begitu lelah."
Setelah mengatakan itu, ia bergerak menghampiri tempat tidur hanya untuk membenarkan selimut yang dikenakan sang ayah. Setelah itu, ia kembali lagi pada kegiatannya. Menggambar.
Beberapa jam kemudian, ia selesai menggambar. Terkekeh sebentar melihat hasilnya. "Sungguh mengenaskan. Aku tak bisa menggambar dengan baik."
Ia lalu menggulung kertas gambarnya dan menyiapkan selembar kertas lain. ia mencurahkan segala uneg-unegnya di kertas itu. cukup lama ia berpikir hingga akhirnya kertas itu penuh dengan torehan tinta biru.
Dirasa cukup dengan apa saja yang ia lakukan, Jungkook melirik jam. Sudah pagi dan ia merasa pegal. Segera dibereskan peralatannya lalu disimpan dengan rapi dan ia tertidur di sofa. Tak peduli ia akan bangun siang karena ia merasa tak ada jadwal apapun dan berniat akan membolos jika memang ada jadwal.
*
Suara gaduh membuat seorang gadis berlarian menuruni tangga dengan gerutuan yang tak henti keluar dari mulutnya. Ia merasa kesal pada orang yang sudah bisa ia duga kedatangannya.
Cklek..
"Siang cantik!!!" tiga penyebab keributan di pintu rumahnya membuat gadis itu berkacak pinggang.
"Dasar tamu tak tau sopan santun! Berisik kak!"
"Suka deh kalo bocah ini marah-marah. Lucu," goda salah satu dari ketiga tamu itu sembari mencubit hidung gadis yang wajahnya bersemu merah. Bukan jatuh cinta tetapi kesal karena tingkah konyol si mata sipit.
"Kak Jim, kalau kurang ajar Chae aduin ke kak Jungkook ya!"
Yang diancam tertawa begitu keras.
"Itu kucing siapa?"
"Kucingku. Namanya Miyu. Lucu kan? Dikasih kak Chan," Chaeyeon menjawab pertanyaan Yugyeom dengan mata berbinar. Kucing itu adalah penawar emosi yang ia rasakan. Segala macam emosi.
"Ini kita berdiri disini saja? Tidak dipersilahkan masuk?" tanya Jimin.
"Dasar si pendek bawel. Masuk gih!"
"Apa kau bilang, Chae? Tak sopan mengatai aku pendek! Aku lebih tua darimu."
"Masuk saja tanpa perlu ribut. Kak Jungkook di kamar," ucap Chaeyeon lalu menggendong kucingnya berlari masuk meninggalkan tiga orang yang merupakan sahabat Jungkook di pintu utama rumah besar keluarga Jeon.
"Biasanya kalau ada tamu larinya ke dapur ya? Buatin minum atau camilan begitu. Ini malah dia larinya keatas," gumam Jimin.
.
Jungkook bergerak-gerak gelisah dalam tidurnya. Ia merasa tak nyaman karena merasa ada yang salah dengan tubuhnya. Ada sentuhan dihidung, lengan, perut hingga menarik-narik ujung matanya. Hal itulah yang membuat Jungkook, mau tak mau membuka mata memaksa untuk melihat keadaan sekitar. Benar saja. Tiga sahabatnya dengan kurang ajar menjamah wajah hingga perut hanya untuk membangunkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
River Flows In U √
Fiksi PenggemarPercayalah... ketulusan itu akan memberikan akhir yang indah. Tak selamanya air mata pertanda akhir dari kehidupan, tapi buatlah air mata itu awal dari lembaran baru. Selama nafas masih berhembus, selama itu pula kisah masih berjalan. Tuliskan, tuli...