You're My Endless Love (Sequel Hate Rain, Love Rain)

1.1K 67 2
                                    

Pagi hari di awal musim semi, seorang yeoja bersurai panjang kecoklatan tengah duduk di dekat jendela kamarnya. Menikmati sinar matahari hangat yang menerpa tubuhnya. Kulitnya sedikit pucat, matanya kelihatan sayu. Jika dadanya tidak naik turun untuk bernafas, mungkin dia dikira patung.

"Yoona-ya, kau tidak sarapan?" tanya seorang yeoja bersurai panjang hitam lebat, melongok dari balik pintu kamar. Gadis bernama Yoona bergeming tidak menanggapi pertanyaan kakaknya, Choi Yuri.

Yuri menghela nafas. Sudah dua tahun ini adiknya selalu bersikap seperti itu. Sejak tunangannya, Lee Donghae meninggal dua tahun lalu karena kecelakaan. Sudah berbagai cara dilakukan oleh keluarganya, tapi tidak membuahkan hasil yang berarti.

"Baiklah, sarapanmu akan diantar Bibi Gong. Kali ini kau harus memakannya!" ujar Yuri sebelum menutup pintu kamar. Kepala Yoona berputar perlahan ke arah pintu berwarna putih itu, satu bulir air mata jatuh tanpa perintah.

"Mianhae, Yul eonni..."

Yuri menuruni tangga menuju ruang makan untuk sarapan bersama keluarganya yang lain.

"Bagaimana, Yul? Yoona mau turun?" tanya kakak laki-lakinya, Choi Siwon. Yuri menggeleng. Semua yang duduk di meja makan menghembuskan nafas berat.

"Eomma, kenapa Yoona imo tidak pernah ikut sarapan atau makan malam bersama kita?" tanya Kim Jong In, putra Choi Yuri dan Kim Jong Woon. Yuri tersenyum lalu mengelus puncak kepala Jong In yang duduk di sebelahnya.

"Yoona imo masih sakit, jika sudah sembuh nanti dia pasti ikut sarapan dan makan malam bersama kita lagi!" jawab Yuri lembut. Mencoba memberi pengertian pada putranya yang masih berumur 6 tahun.

"Kenapa Yoona imo sakitnya lama sekali?" tanya namja kecil di sebelah Jong In. Jong Woon berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Jong Dae-ya, cepat habiskan makananmu! Nanti kau terlambat ke sekolah! Kau juga, Jong In-ah!" kedua putra kembarnya serempak mengangguk lalu berucap, "Ne, Appa!"

Nyonya Choi tersenyum gemas melihat kedua cucunya. Tuan Choi memandang anak sulungnya dengan tatapan lelah. Siwon menatap ayahnya iba, mungkin ayahnya sudah tidak tahu bagaimana cara agar Yoona bisa kembali ceria seperti dulu.

"Siwon-ah, ayah mempercayakan semua padamu!" Siwon merasa ini tugas yang berat. Apa yang harus dia lakukan untuk membuat adiknya itu bangkit dari keterpurukannya?

Suasana ruang makan kembali hening. Beberapa menit kemudian, Jong Woon dan Yuri meninggalkan ruang makan bersama Jong In dan Jong Dae. Mengantar mereka sekolah. Disusul dengan Siwon bersama putrinya, Choi Sulli yang saat ini duduk di bangku Junior High School. Tuan Choi dan Nyonya Choi pergi ke acara reuni di daerah Daegu. Hwang Tiffany, istri Siwon, bergegas menuju kamar adik iparnya.

Tiffany mengehela nafas, sarapan yang diantar Bibi Gong masih belum tersentuh sedikitpun. Yoona masih belum berpindah posisi, hanya saja saat ini bahunya bergetar, menahan suara tangisan lolos dari mulutnya. Tiffany merengkuh tubuh Yoona dari belakang. Dia tahu. Tiffany tahu tadi Yoona mengintip dari atas saat keluarganya sarapan. Tiffany tahu, adik iparnya itu ingin sekali ikut sarapan bersama. Tapi dia takut, takut akan menangis saat melihat kebahagiaan kakak-kakaknya bersama keluarga kecil mereka. Egois menurut Tiffany, tapi dia tahu apa penyebab adik iparnya merasakan perasaan seperti itu.

"Uljimma, Yoong! Kau tidak boleh seperti ini terus. Semuanya menunggu dirimu kembali seperti dulu. Jong In dan Jong Dae terus bertanya tentangmu. Kau tidak rindu dengan mereka? Dengan Sulli? Dengan Ayah dan Ibu? Dengan Siwon Oppa, Yuri, dan Jong Woon? Kau tidak rindu pada mereka?"

Air mata semakin deras mengalir di kedua belah pipi tirus Yoona. Tidak dipungkiri, dia rindu mereka semua. Dia rindu mengajak bermain Jong In dan Jong Dae, dia rindu menemani Sulli belajar, dia rindu bermanja-manja dengan ayah dan ibunya, dia rindu dengan Siwon Oppa-nya, Yuri Eonni-nya, dan kakak iparnya itu. Tapi luka itu masih membekas erat di pikirannya dan otaknya. Kecelakaan yang menewaskan sang tunangan. Kecelakaan itu terjadi di depan mata kepalanya sendiri.

Story of Super GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang