Did You Feel Sorry for Me?
Lagi. Aku melihatnya lagi. Kali ini, dengan wanita yang berbeda. Bercanda tawa di sepanjang jalan, yang dulunya juga sering aku dan dia lewati dengan sendau gurau. Entah. Hatiku rasanya sudah mati rasa. Ingin menangis pun, rasanya air mataku sudah mengering. Tanganku meraih ponsel di atas meja, kumencoba menelepon dirinya.
"Halo?" sapanya, sedikit teredam dengan suara hingar-bingar di sekitarnya.
"Kau sedang dimana, Donghae Oppa?" tanyaku. Kedua netraku terus menatap dia yang tengah berhenti untuk mengangkat teleponku, dengan tangan yang masih tertaut erat dengan tangan gadis disampingnya.
"Eo, aku sedang meninjau lokasi proyek. Mianhae, Yoona-ya, aku sedang sibuk! Nanti aku telepon lagi, hm?"
Kulihat dia menaruh lagi ponselnya ke dalam saku, lalu kembali berjalan dengan senyum lebar, yang entah kapan terakhir kalinya ia tunjukkan kepadaku. Air mata yang kukira sudah mengering, ternyata keluar dengan sendirinya saat dia sudah hilang dari pandanganku. Hatiku. Hatiku yang kurasakan sudah mati rasa, ternyata masih menyimpan luka menganga. Kata maafnya tadi, benarkah dia benar-benar merasa bersalah padaku?
Play: Gavy NJ - Did You Feel Sorry for Me?
***
People Said Break It Up
"Sudah aku katakan berulang kali. Hentikan, Yoona-ya!" teriak Yuri sarat emosi. Seohyun yang duduk disebelahnya berusaha meredakan amarah gadis bermarga Kwon itu.
"Kau sudah berulang kali melihatnya bersama wanita lain. Bahkan aku dan Seohyun juga melihatnya. Keunde wae? Kenapa kau masih mempertahankan bajingan itu, hah?"
"Yuri-ya,"
"Apa lagi, Seohyun? Si bodoh ini harus diberitahu secara keras agar segera sadar kalau perbuatannya sia-sia!"
Lihat. Sahabat-sahabatku menyuruhku untuk menyudahi semuanya. Aku juga sudah memiliki tekad itu. Tapi nyatanya, saat diriku berhadapan dengan Donghae Oppa, tekad itu hilang. Aku kembali luluh ketika melihatnya bersikap lembut kepadaku. Pemandangan yang kulihat, tentang dirinya dan wanita-wanita yang dia ajak kencan dibelakangku, seolah hilang.
"Yoona-ya, kau bisa akhiri ini segera. Sebelum terlambat, sebelum nanti keluargamu dan keluarganya merencanakan pernikahan. Hatimu sudah terluka parah, Yoong. Aku mohon, jangan siksa dirimu lagi,"
Kalimat Seohyun membuat air mataku kembali mengalir dengan deras. Malam ini, aku menangisi dirinya untuk sekian kalinya.
Play : Gavy NJ - People Said Break It Up
***
GoneAku duduk di salah satu meja yang terletak di sudut kafe. Menunggunya. Hari ini, aku akan mengakhiri semuanya. Hubungan yang aku perjuangkan mati-matian, sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Di ujung rasa sakit itu, aku memilih pergi.
"Mianhae, Yoona-ya! Jalanan sedikit macet tadi," alasan klise. Aku tahu kalau sebelumnya kau tengah mengantar pulang wanita yang entah ke berapa kau ajak bermain api di belakangku.
"Gwaenchanayo, Donghae Oppa." balasku disertai senyum tipis. lee Donghae, pria dihadapanku saat ini tengah menampilkan senyumnya. Namun bukan senyum lebar yang kulihat tempo hari saat dia bersama wanitanya yang lain.
"Ada apa kau mengajakku bertemu?" biasanya, kita bertemu tanpa ada alasan mengapa harus bertemu. Dirimu sudah benar-benar berubah, Oppa.
"Ayo... kita akhiri semuanya, Oppa." Senyumnya tadi perlahan lenyap. Kutatap kedua matanya yang menampakkan sorot terkejut.
"Nan arra. Ada wanita lain selain diriku. Bahkan, wanita lain itu tidak hanya satu,"
"Y-Yoona-ya..."
"Sudah cukup luka yang kau berikan, Oppa. Aku tidak bisa berjuang lagi. Hubungan ini tidak bisa bertahan lagi. Maka dari itu, ayo kita sudahi semuanya, Lee Donghae..."
Play : JIN - Gone
***
You Said You Were HappyDua tahun kemudian...
Aku keluar dari pintu kedatangan luar negeri Bandara Incheon. Tidak banyak yang berubah. Tanah kelahiranku kurang lebih masih sama seperti dua tahun lalu, saat aku memutuskan pergi ke negeri seberang. Kembali kulangkahkan kakiku, mencari keberadaan dua sahabatku yang katanya hendak menjemput.
"Ya! Lim Yoona!" aku tersenyum sambil melambaikan tangan ke mereka berdua. Langkah kakiku kubuat lebar-lebar agar segera sampai di hadapan Yuri dan Seohyun.
"Ya! Kalau aku tidak menikah satu minggu lagi, apakah kau berencana selamanya tinggal di Jepang, hah?" sembur Yuri begitu saja, membuatku dan Seohyun tertawa.
"Aku heran, mengapa Yesung Oppa bisa betah denganmu dan ingin menikahimu? Kau masih belum terlihat seperti perempuan–"
"Neo jugullae?" ("Kau mau mati?")
"Aigoo, sudah jangan bertengkar! Ayo kita segera pulang, tadi si kembar aku tinggalkan bersama Kyuhyun Oppa, kasihan nanti dia kerepotan!" lerai Seohyun. Ah, Seohyun memang sudah menikah duluan di antara kami bertiga. Dia juga sudah dikaruniai anak kembar perempuan yang menggemaskan.
"Dia 'kan suamimu! Biar saja kerepotan mengurus anaknya!" ucap Yuri masih dengan nada ketusnya. Seohyun menghela napas.
"Anaknya itu anakku juga, calon Nyonya Kim. Kajja!"
Di dalam mobil yang akan membawa kami ke Seoul, kami bertiga banyak bertukar cerita. Tentang Seohyun bersama keluarga kecilnya, Yuri yang nampak stress dengan pernikahannya yang sebentar lagi, dan aku... yang memilih sibuk bekerja di Jepang sebagai jurnalis freelance disana.
"Em, Yoona-ya,"
"Waeyo?"
"Sebelum kuantar ke hotel tempatmu menginap, bisakah ikut kami sebentar?"
"Ke mana?" Seohyun menatap Yuri yang berada di kursi pengemudi, dibalas Yuri dengan helaan nafas berat, membuatku merasa ada yang mereka rahasiakan dariku.
Dan rahasia itu adalah...
... Lee Donghae, berada di rumah sakit jiwa.
Lututku melemas hingga membuatku terjatuh dengan posisi berlutut di tanah. Melihat sosok pria yang pernah aku cintai tengah tertawa-tawa sendiri dalam sebuah ruangan. Aku terisak keras. Kenapa? Kenapa dia menjadi seperti ini? Dia bilang padaku akan hidup bahagia. Tapi apa yang aku lihat sekarang? Donghae Oppa...
"Aku tidak bisa mengelak lagi 'kan? Baiklah, ayo kita akhiri semuanya,"
"Ne, gomawo, Oppa! Setelah ini, hiduplah dengan bahagia,"
"Aku akan hidup bahagia,"
Play: Gavy NJ - You Said You Were Happy
-FIN-
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Super Generation
Fanfiction[UPDATE SEWAKTU-WAKTU] . Kumpulan cerita tentang Super Generation couple Oneshoot, twoshoot and many more :)) [Pict in cover from Pinterest]