Chapter 3

534 22 3
                                    

Ma'af baru update, kemarin ketiduran jadi gak update 😔

Sorry for typo gays... 😁






Happy Reading...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Author's POV

Bel istirahat berbunyi nyaring. Murid-murid mulai melangkah keluar setelah Mr. Stilinski menyudahi pelajaran dan berjalan keluar. Lucy termenung sebentar, saat tiba-tiba ada yang menepuk bahunya.

"Lucy, ke kantin yuk ?" Ajak Stefan.

"K-kau mengajakku?" Lucy terkejut saat Stefan tiba-tiba mengajaknya ke kantin.

"Iya, memangnya siapa lagi yang ada disini selain dirimu ?" Ujar Stefan sambil tersenyum geli.

Lucy hanya mengangguk, kemudian mengikuti langkah kaki jenjangnya Stefan keluar kelas. Sampai akhirnya Stefan menyejajarkan langkahnya dengan Lucy dan mencuri-curi pandang kepada gadis itu.

Sesampainya mereka berdua di kantin dan mengambil makanan mereka masing-masing, Stefan langsung menarik tangan Lucy mendekati meja yang sudah diisi oleh beberapa orang. Sepersekian mereka berjalan, ada yang memanggil laki-laki yang bersama Lucy sambil melambaikan tangannya.

"Hei Stefan, sebelah sini!" Dengan setengah berteriak, seorang laki-laki memanggil Stefan dari meja belakang yang agak jauh. Stefan langsung berbalik dan menarik tangan Lucy kembali untuk mengikutinya.

"Siapa gadis yang sedang bersamamu itu ?" Tanya salah satu laki-laki ketika mereka sudah duduk bersama mereka disatu meja.

"Oh... dia Lucy, murid baru di kelasku". Jawab Stefan sambil melirik Lucy.

"Oh, hai Lucy. Aku Allison, salam kenal". Ucap seorang gadis cantik yang duduk di sebelah laki-laki yang memanggil Stefan tadi, sambil menjabat tangan Lucy.

"Hai, aku Lucy. Salam kenal". Ucap Lucy sambil tersenyum. Seorang laki-laki  tampan berdiri sambil menjabat tangan Lucy dan memperkenalkan diri.

"Hai Lucy, aku Aiden. Salam kenal". Ujar laki-laki tadi yang duduk disebelah Allison sambil tersenyum ramah pada Lucy.

Lucy menganggukkan kepalanya dan membalas senyuman Aiden yang membuat beberapa orang yang sedang duduk di meja itu menahan napas sejenak karena terpesona senyuman Lucy. Sedangkan Stefan menatap tidak suka pada Aiden yang terus memperhatikan Lucy.

"Iya salam kenal juga" jawab Lucy yang membuat teman-temannya tersentak dan kembali pada dunianya masing-masing.

"Nah, kalau yang ini Justin". Lucy menengok sebentar laki-laki yang sedang menggoda gadis disebelahnya. Merasa namanya dipanggil, Justin langsung memalingkan wajahnya dan menghadap Lucy sambil tersenyum kecil.

"Hai, umm...".

"Lucy". Stefan membenarkan kata-kata Justin yang menggantung.

"Ya, Lucy . Salam kenal...". Ujar laki-laki yang bernama Justin tadi dan memalingkan wajahnya kembali pada gadis disebelahnya.

"Oh iya, dan yang ini Emily". Justin memperkenalkan gadis yang duduk disampingnya.
"Kekasihku". Tambah Justin yang membuat gadis tadi seketika mengeluarkan semburat merah dipipinya karena merasa tersipu atas pengakuan Justin.

"Hai Lucy, salam kenal. Hiraukan saja dia, tidak usah dipedulikan". Sanggah Emily sambil membuat-buat ekspresi dirinya sedatar mungkin agar tidak ketahuan bahwa dirinya sudah tersipu malu.

Tapi sayangnya Justin menyadari itu dan langsung menggoda kekasihnya itu, lagi.

"Hai sayang, kamu terlihat manis saat sedang tersipu seperti itu". Ucap Justin sambil mencubit pelan pipi Emily yang masih memerah malu.

"I-ih sakit tau". Sentak Emily sambil melayangkan pukulan-pukulan kecil ditangan yang mencubit pipinya tadi.

Seketika suara tawa dimeja itu pecah karena tingkah konyol sepasang kekasih itu. Dengan wajah cemberut Emily malah menambah suara tawa itu semakin keras, bahkan sampai Aiden memegangi perutnya dan Stefan yang masih ledakan tawanya.

Seketika itu juga seluruh penghuni kantin itu menatap mereka dengan pandangan aneh, heran, dan lain-lainnya.

Merasa diperhatikan, mereka langsung menghentikan tawanya dan berdehem untuk menetralkan tawanya meski masih diselingi kekehan-kekehan kecil.

Lucy hanya menatap mereka dengan senyuman hangat sambil menggelengkan kepalanya. Lucy juga berpikir apakah mereka selalu seperti itu ?, karena hubungan mereka sudah sangat seperti keluarganya dulu waktu mereka masih bisa bersama.

Lucy's POV

Memikirkan tentang hal itu, aku jadi teringat kenangan tentang keluarga kecilku. Tentang Dad yang selalu mengajakku berjalan-jalan di akhir pekan, dan Mom yang selalu bisa membuatku tersenyum bahagia.

Tapi sekarang hanya ada Mom yang setia menemaniku, selalu. Entah kemana perginya Dad. Setiap aku menanyakannya pada Mom, Mom selalu terisak. Jadi, aku memutuskan untuk tidak bertanya pada Mom lagi. Itu hanya mengingatkan Mom pada Dad yang tak pernah kembali.

Walaupun begitu, aku harus tetap bahagia bersama Mom dan aku bertekad akan mencari Dad.

Bunyi bel yang nyaring tanda istirahat telah usai, menyentakkanku dari pemikiran masa laluku.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahuku pelan.

"Hei Lucy... apa kau tidak mau masuk kelas, huh ?". Ah ternyata Stefan. Kulihat dia menatapku dengan kesal. Apa aku kelamaan ya memikirkan tadi ?, ah sudahlah.

Dengan memasang wajah tidak bersalahku, aku berkata.
"Eh ?, emang udah masuk yah ? Hhehe" sambil menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal.

"Sudahlah, ayo masuk ke kelas !". Ajak Stefan.

"Baiklah". Jawabku masih dengan memasang wajah tidak bersalahku. Aku berjalan cepat untuk mensejajarkan langkahku dengan Stefan.

Entah aku tidak tahu kemana Aiden, Justin, dan yang lain. Mungkin mereka sudah masuk lebih dulu.

Aku berjalan menuju ruang kelas bersama Stefan, tentunya. Aku berjalan sambil diselingi celotehan-celotehan dari Stefan yang sebenarnya mengganggu. Tapi bagiku tidak mengganggu sama sekali. Karena itu bisa membuat aku sesekali tersenyum dan tertawa lepas.

Setelah sampai didepan pintu kelas, Stefan menahan tanganku. Aku menatapnya sambil mengangkat satu alisku terheran-heran kenapa Stefan menahan tanganku.

Aku melirik tanganku yang masih ditahan oleh Stefan dan melihat Stefan bergantian.

"A-ah maaf tentang ini". Ujar Stefan sambil melepaskan tanganku yang ditahannya.

"Tidak apa. Memang ada apa ?". Tanyaku padanya.

"Mmm... itu. Lucy, maukah kau pulang bersamaku ?, aku akan mengantarmu".

Oh aku tidak bisa membayangkan ini, aku diajak pulang bersama dihari pertamaku disekolah ?, oleh seorang Stefan yang tampannya diatas rata-rata ?, apakah ada orang yang mampu menolaknya ?, kurasa tidak dengan melihat puppy eyes nya itu yang menggemaskan.

"Hmm... baiklah". Aku berpikir sejenak kemudian menjawab sambil menganggukan kepalaku dan tak lupa aku tersenyum. Senyum yang seakan-akan sebagai ucapan terima kasihku secara tidak langsung kepada Stefan.

--------------------

Bersambung...

🎀🎀🎀🎀🎀

Hai !!! I'm come back. Ada yang kangen sama author ??? Krik krik krik krik
Kayaknya gak ada deh 😞
Yaudah lanjut aja yah.

See you next chapter guys...

Dadah... ✋✋✋

Nisa_2025

15-12-2018

My Boyfriend Is A Demon [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang