BAB 14

2.8K 210 17
                                    

Mereka terkejut.

Aileen memanfaatkan kesempatan itu untuk menjauh.

Denise mendekat dengan kemarahan yang meletup-letup. Ia mendorong Aileen. “Gadis jahanam!” tamparan Denise melayang di wajah Aileen.

Aileen hanya dapat menatap kakaknya.

“Berani sekali kau merayu Evans! Tak tahu diri! Lihat siapa kau!” tangan Denise kembali melayang.

“Hentikan!” Evans menahan wanita itu.

“Dia hanya mau mengambil hartamu! Sekarang dia sudah tidak punya apa-apa lagi. Mama mengusirnya dari rumah dan tidak akan memberinya warisan! Dia hanya mau uangmu!”

Evans terkejut. “Benarkah itu, Aileen?” ia tidak dapat menyembunyikan kekagetannya.

Aileen hanya menatap Evans. Tak sepatah kata pun terlepas dari bibir mungilnya.

“Katakan padaku kalau itu salah.”

Air mata Aileen turun sebagai jawabannya.

“Percuma kau menangis. Air mata buayamu tidak berlaku di sini.”

Aileen tidak mau mendengar sepatah kata pun dari Evans. Ia membalikkan badan dan berlari.

“Aileen!” Evans mengejar.

“Tunggu!” Denise menahan. “Tidak usah kau kejar dia. Dia itu hanya mau uangmu.”

“DIAM!” bentak Evans.

“Dia sekarang miskin. Pasti dia mendekatimu untuk mendapatkan uangmu.”

“Aku tidak mau mendengar omong kosongmu!” Evans memperingatkan dengan bahaya.

Denise kesal. “Kau ini diberitahu tapi tidak mau dengar. Dia itu sekarang tidak punya apa-apa. Kelak ia juga tidak punya apa-apa. Gadis itu pelacur!”

Evans tidak bisa menahan diri untuk tidak menampar Denise.

Denise terperanjat. Seumur hidup baru kali ini ia ditampar. Mata hijaunya membelalak lebar.

“Kalau kau bukan wanita, aku pasti sudah menghajarmu,” geram Evans. Matanya yang berbahaya mengisyaratkan Denise untuk tidak membuka mulut. Tanpa menanti sepatah kata pun, Evans mengejar Aileen.

Ia telah menghabiskan waktu setengah tahun untuk menemukan Aileen. Ia tidak ingin kehilangan Aileen lagi dan tidak akan melepaskan gadis itu. Bila Evans mengulang balik, semua kejadian ini pasti berhubungan dengan hari itu, hari di mana orang tua Aileen menawarkan Denise. Saat itu ia berpikir keluarga LaSalle sedang mengetest kesungguhannya. Namun, siapa yang menyangka mereka benar-benar serius.

Evans benar-benar marah oleh cara mereka mencegahnya menikahi Aileen dan menyodorkan Denise padanya.

‘Denise adalah wanita yang cocok untukmu,’ kata mereka tiap saat.

Siapa yang peduli? Biarlah Denise menjadi seorang ratu kecantikan sejagat. Biarlah Denise menjadi seorang wanita pemikat nomor satu. Hatinya tetap tertuju pada Aileen dan hanya gadis itu seorang.

Hari itu ia meninggalkan rumah keluarga LaSalle dengan murka. Hari itu ia tidak menemui Aileen. Kepalanya terlalu dipenuhi emosi untuk bisa berpikir jernih. Hari itu ia menuduh Aileen ikut serta dalam acara pemaksaan orang tuanya.

Setelah hari itu ia menyibukkan diri dengan pekerjaannya yang terbengkalai selama ia berada di luar negeri.

Hari terus berlalu hingga akhirnya otaknya dapat berpikir jernih. Ia juga pada akhirnya bisa memberikan jawaban atas keingintahuan orang tuanya pada lamarannya ke keluarga LaSalle - tepatnya Aileen LaSalle. Ia menceritakan semua yang terjadi di rumah LaSalle di hari ia menemui keluarga LaSalle untuk membicarakan rencana pernikahannya dengan Aileen. Ia juga menyebutkan dugaannya atas keterlibatan Aileen.

AILEEN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang